Membaca judulnya saja sudah tertebak bahwa jalinan cinta di dalam novel ini melibatkan empat orang. Namun, hal tersebut tak menyurutkan keinginan saya untuk membaca novel karya penulis kelahiran Pematangsiantar ini.
Ini bukan pertama kalinya saya membaca karya Indah Hanaco. Namun, tak urung saya menahan napas ketika membaca kisah cinta Violet, Quinn, Jingga, dan Eirene ini. Kalimat-kalimat puitis nan romantis bertebaran di mana-mana.
Baca juga: (Bukan) Salah Waktu yang Tidak Setia
Jeffry bertubuh proporsional, mata agak sipit, hidung lurus dan langsing, alis dan pipinya sedang, bibir penuh, dan kulit putih. (halaman 9)
Quinn dan Eirene tak kalah indah. Saking tampannya, teman kos Violet bahkan bertanya apakah Quinn adalah malaikat yang turun ke bumi (halaman 82).
Untunglah, ternyata mereka tak sempurna. Jeffry yang tampan itu selalu jelalatan melihat perempuan cantik, Quinn yang seperti malaikat turun ke bumi itu ternyata memiliki gigi yang berantakan dan agak jorok, Violet tak tegas pada perasaannya.
Konflik langsung dibuka dengan mata Jeffry yang tak terkendali setiap melihat perempuan cantik, tak peduli meskipun saat itu Violet berada di sisinya. Violet kesal namun masih bertahan, asalkan Jeffry tak selingkuh.
Dunia Para Sempurna
Sejak awal cerita, saya seperti terbawa dalam dunia para sempurna. Empat tokoh utama dalam novel ini begitu sempurna, indah memesona. Violet, misalnya. Ia digambarkan berkulit warna karamel yang eksotis, bibir mungil, mata lebar, wajah tirus, dagu lancip, gigi rapi dan putih, rambut hitam. (halaman 8)Jeffry bertubuh proporsional, mata agak sipit, hidung lurus dan langsing, alis dan pipinya sedang, bibir penuh, dan kulit putih. (halaman 9)
Quinn dan Eirene tak kalah indah. Saking tampannya, teman kos Violet bahkan bertanya apakah Quinn adalah malaikat yang turun ke bumi (halaman 82).
Untunglah, ternyata mereka tak sempurna. Jeffry yang tampan itu selalu jelalatan melihat perempuan cantik, Quinn yang seperti malaikat turun ke bumi itu ternyata memiliki gigi yang berantakan dan agak jorok, Violet tak tegas pada perasaannya.
Konflik langsung dibuka dengan mata Jeffry yang tak terkendali setiap melihat perempuan cantik, tak peduli meskipun saat itu Violet berada di sisinya. Violet kesal namun masih bertahan, asalkan Jeffry tak selingkuh.
Situasi menjadi tak terkendali ketika mereka bertemu Eirene dan Quinn pada pesta pernikahan mantan teman sekolah mereka. Jeffry terpesona pada Eirene. Terang-terangan terpesona. Tak perlu orang genius untuk bisa melihat ketertarikan Jeffry pada Eirene.
Violet tak tahan lagi, lalu memutuskan untuk membuat jeda dalam hubungannya dengan Jeffry. Bukannya menyelesaikan masalah, perpisahan sementara itu justru membuat mereka semakin terbelit dalam masalah.
Violet tak tahan lagi, lalu memutuskan untuk membuat jeda dalam hubungannya dengan Jeffry. Bukannya menyelesaikan masalah, perpisahan sementara itu justru membuat mereka semakin terbelit dalam masalah.
"Saat kamu dan aku
Melebur dalam satu gradasi waktu
Mengapa yang ada hanya damai?
Lalu kemana semua kecanggungan
Yang seharusnya menjajah kalbuku?
Sungguh, kamu membuatku takut
Bila suatu detik di masa nanti
Aku hanya menginginkanmu di dekatku
Meniupkan napas
Dan menghirup udara yang sama denganku
Tanpa sekat dan ruang di antaranya"
(halaman 113)
Romantis. Kesan itu tak lekang sepanjang membaca novel ini. Entah karena saya telanjur jatuh cinta pada Quinn, entah karena lagu-lagu era '90-an yang menjadi kegemaran Quinn dan Violet yang berselera musik jadul.
Lagu-lagu jadul itu antara lain adalah Fixing My Broken Heart (Indecent Obsession), How Do You Heal A Broken Heart (Chris Walker), dan (Everything I Do) I Do It For You (Bryan Adams).
Baca juga: Resensi Novel Backpacker in Love
Selain itu, ada pula beberapa kata yang tidak sesuai dengan KBBI edisi 4 tetapi tertulis dalam novel ini. Apakah ini adalah bahasa selingkung penerbit? Di antaranya adalah:
Ada juga penggunaan kata "mengacuhkan" (halaman 7) dan "acuh" (halaman 106) yang salah kaprah. Dalam KBBI, acuh berarti peduli, mengindahkan. Mengacuhkan berarti memedulikan, mengindahkan. Melihat kedua kalimat dalam halaman tersebut, seharusnya "tak mengacuhkan" dan "tak acuh".
Cacat kecil itu tak mengurangi kenikmatan membaca novel ini. Mudah-mudahan kesalahan tersebut diperbaiki dalam cetak ulangnya. Penggemar novel romantis, silakan jatuh cinta pada novel ini.
Cacat Kecil
Menulis dan mengedit naskah tebal seperti novel ini pasti butuh kerja ekstra. Lelah, itu pasti. Mungkin kelelahan mata itu juga yang membuat beberapa typo berada dalam novel ini. Misalnya:- kemana (halaman 60 dan 113), seharusnya ke mana.
- mengynyah (halaman 85), seharusnya mengunyah.
- makin (halaman 83), seharusnya makan.
- meneral (halaman 86), seharusnya mineral.
- sekalipun (halaman 7 dan 24). Penulisannya memang bisa "sekalipun" (= kata hubung untuk menandai perlawanan makna; sungguhpun, meskipun), bisa "sekali pun" (= satu kali pun; satu kali juga). Melihat kalimatnya, yang seharusnya digunakan adalah "sekali pun".
Selain itu, ada pula beberapa kata yang tidak sesuai dengan KBBI edisi 4 tetapi tertulis dalam novel ini. Apakah ini adalah bahasa selingkung penerbit? Di antaranya adalah:
- respon (halaman 40) KBBI: respons.
- familiar (halaman 41) KBBI: familier.
- menghujam (halaman 223). KBBI: menghunjam.
Ada juga penggunaan kata "mengacuhkan" (halaman 7) dan "acuh" (halaman 106) yang salah kaprah. Dalam KBBI, acuh berarti peduli, mengindahkan. Mengacuhkan berarti memedulikan, mengindahkan. Melihat kedua kalimat dalam halaman tersebut, seharusnya "tak mengacuhkan" dan "tak acuh".
Cacat kecil itu tak mengurangi kenikmatan membaca novel ini. Mudah-mudahan kesalahan tersebut diperbaiki dalam cetak ulangnya. Penggemar novel romantis, silakan jatuh cinta pada novel ini.
Data Buku
Judul: Cinta 4 Sisi
Pengarang : Indah Hanaco
Penerbit: Grasindo
Tahun: 2013 (cetakan 1)
Tebal : viii + 264 halaman
ISBN : 978-602-251-010-9
Harga: Rp50.000,00
Salam,
Triani Retno A
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.