Tidak semua orang berkesempatan menjadi tua. Namun, ketika masa tua itu tiba, tidak ada orang yang bisa kembali ke masa muda.
Dalam agama yang saya anut, Islam, ada hadis Rasulullah saw., yang berbunyi, “Manfaatkanlah lima (keadaan) sebelum (datangnya) lima (keadaan yang lain) yaitu hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu sebelum waktu sempitmu, masa mudamu sebelum masa tuamu, dan kayamu sebelum miskinmu.” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi)
Bagi saya, salah satu cara memanfaatkan masa muda sebelum datang masa tua adalah dengan mempersiapkan dana pensiun.
Tabungan Simponi
Masa muda adalah masa produktif. Pada masa ini, semangat kerja masih tinggi, kesehatan masih prima, peluang pun masih terbuka lebar.Masa-masa seperti ini tak akan selamanya menjadi milik kita. Pada waktunya, masa produktif ini akan berlalu. Akan tiba masa ketika semangat kerja mengendur, kesehatan mulai menurun hingga tak bisa menampilkan kinerja sebaik sebelumnya, dan peluang kerja menjadi lebih sempit.
Menabung pada masa produktif menjadi keharusan bagi saya. Saya bukan PNS atau anggota TNI/Polri yang akan mendapatkan uang pensiun setelah purnabakti.
Tentang pengelolaan keuangan ini saya tulis juga di sini:
- Bijak Mengelola Keuangan
- Mengelola Keuangan Keluarga Ala Freelancer
- Besar atau Kecil Keuangan Tetap Harus Dikelola
Saya juga bukan pegawai tetap sebuah kantor yang memberi dana pensiun untuk pegawainya. Sebagai pekerja lepas, saya harus mempersiapkan dana pensiun saya sendiri.
Untuk itu, saya membuka Tabungan Simponi di kantor cabang BNI di dekat tempat tinggal saya.
BNI Simponi adalah layanan program pensiun yang diselenggarakan oleh Dana Pensiun Lembaga Keuangan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (DPLK BNI) sejak tahun 1994 berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Siapa pun Anda, bisa menjadi peserta BNI Simponi. BNI Simponi bisa diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat apapun profesinya.
Kebetulan saya sudah menjadi nasabah BNI sejak tahun 2009 (Taplus dan Tapenas). Prosedur membuka Tabungan Simponi ini tidak rumit, sama saja seperti membuka tabungan jenis lain. Hanya saja, formulir yang harus saya isi lebih banyak, termasuk mengisi angket untuk mengetahui saya termasuk investor tipe apa.
BNI menawarkan tujuh pilihan paket investasi dalam pengelolaan dana pensiun.
- 75% (Deposito dan/atau Pasar Uang) dan 25% Obligasi.
- 50% (Deposito dan/atau Pasar Uang) dan 50% Obligasi.
- 100% Deposito dan/atau Pasar Uang.
- 100% Deposito Syariah, Pasar Uang Syariah, dan/atau Obligasi Syariah.
- 50% (Deposito Syariah, Pasar Uang Syariah, dan/atau Obligasi Syariah) dan 50% Reksa Dana Syariah.
- 50% (Deposito dan/atau Pasar Uang) dan 50% (Reksa Dana dan/atau Saham).
- 50% Obligasi dan 50% (Reksa Dana dan/atau Saham).
Dari hasil angket, ternyata saya termasuk investor jenis moderat. Salah satu paket investasi yang ditawarkan untuk investor seperti saya adalah Paket 1.
Hasil angket ini sama dengan keputusan saya sebelumnya setelah bertukar pikiran dengan teman saya yang seorang praktisi keuangan, plus penjelasan dari customer service BNI.
Mengenai investasi, saya tuliskan juga di sini:
Buku tabungan BNI Simponi |
Mengalokasikan Penghasilan
Pernah tebersit penyesalan karena saya baru membuat tabungan dana pensiun pada paruh kedua usia 30-an, apalagi jika membaca tulisan para perencana keuangan.Rasanya, beberapa ratus ribu rupiah per bulan yang saya alokasikan untuk dana pensiun menjadi tidak berarti jika dibandingkan prediksi kebutuhan di masa depan.
Namun, saya tak bisa mengalokasikan dana lebih daripada yang saya sanggupi untuk diautodebit dari Taplus saya setiap bulannya (saya sengaja memilih autodebit rekening agar tak ada alasan lupa menabung).
Pasalnya, saya juga harus mengalokasikan dana untuk asuransi dan tabungan pendidikan kedua anak saya, sedangkan besar penghasilan per bulan saya tidak tetap.
Saya berusaha menepis rasa pesimistis itu. Bukankah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali?
Jalan keluar yang saya ambil adalah tetap dengan jumlah dana yang rutin diautodebit plus menyetor tunai jika sedang ada penghasilan tambahan.
Misalnya ketika jatuh tempo pembayaran royalti buku-buku
saya atau mendapat honor editing yang lebih besar daripada kebutuhan bulanan.
Yang perlu dicermati di sini adalah tidak tetapnya penghasilan yang diperoleh seorang penulis setiap bulannya. Royalti buku, misalnya.
Royalti yang besarnya 7%-10% dari harga jual buku ini tidak datang tiap bulan, melainkan hanya satu kali dalam 4, 6, atau 12 bulan (tergantung penerbit). Jumlahnya pun selalu berbeda-beda, tergantung pada jumlah buku yang terjual.
Rentang penghasilan saya sebagai penulis dan editor lepas dalam satu bulan cukup lebar, dari dua ratus ribu rupiah hingga belasan juta rupiah per bulan.
Artinya, saya harus pintar-pintar mengatur keuangan saya, termasuk mengalokasikan penghasilan saya untuk masa sekarang dan masa depan.
Buku-buku saya yang terbit sekarang memang bisa menjadi semacam tabungan untuk masa depan.
Saya lihat tak sedikit buku (novel dan buku nonfiksi) karya penulis senior yang masih dicetak ulang atau terbit kembali (di penerbit yang sama atau penerbit yang berbeda), belasan hingga puluhan tahun setelah terbit pertama kali.
Namun, saya tak mau hanya mengandalkan itu. Selain mempersiapkan dana pensiun di Tabungan Simponi BNI, sekarang saya sedang mempertimbangkan untuk membuat rumah kos sebagai salah satu investasi hari tua.
Saya memang berniat akan terus menulis sampai usia senja, seumur hidup. Yang saya inginkan, pada masa pensiun nanti saya menulis untuk kesenangan semata, bukan lagi untuk kejar setoran.
Pada masa itu, rasanya terlalu zalim jika saya memaksa tubuh saya untuk bekerja siang-malam demi menyelesaikan menulis novel.
Saya ingin menikmati masa pensiun saya dengan tenang dan bahagia sembari menyaksikan anak-anak saya menapaki masa produktif mereka.
Buku BNI Simponi dan BNI Taplus |
Dana Pensiun Freelancer
Tidak seperti pegawai kantoran yang akan pensiun pada usia 55-60 tahun, penulis dan editor freelance seperti saya agak asing dengan istilah "usia pensiun". Lebih-lebih profesi penulis dapat ditekuni tanpa mengenal batasan usia, dari anak usia SD hingga lansia.Yang perlu dicermati di sini adalah tidak tetapnya penghasilan yang diperoleh seorang penulis setiap bulannya. Royalti buku, misalnya.
Royalti yang besarnya 7%-10% dari harga jual buku ini tidak datang tiap bulan, melainkan hanya satu kali dalam 4, 6, atau 12 bulan (tergantung penerbit). Jumlahnya pun selalu berbeda-beda, tergantung pada jumlah buku yang terjual.
Rentang penghasilan saya sebagai penulis dan editor lepas dalam satu bulan cukup lebar, dari dua ratus ribu rupiah hingga belasan juta rupiah per bulan.
Artinya, saya harus pintar-pintar mengatur keuangan saya, termasuk mengalokasikan penghasilan saya untuk masa sekarang dan masa depan.
Buku-buku saya yang terbit sekarang memang bisa menjadi semacam tabungan untuk masa depan.
Saya lihat tak sedikit buku (novel dan buku nonfiksi) karya penulis senior yang masih dicetak ulang atau terbit kembali (di penerbit yang sama atau penerbit yang berbeda), belasan hingga puluhan tahun setelah terbit pertama kali.
Namun, saya tak mau hanya mengandalkan itu. Selain mempersiapkan dana pensiun di Tabungan Simponi BNI, sekarang saya sedang mempertimbangkan untuk membuat rumah kos sebagai salah satu investasi hari tua.
Sebagian buku karya saya yang sudah terbit |
Impian Hidup Tenang
Hidup tenang di hari tua tanpa merepotkan anak cucu adalah idaman semua
orang, termasuk saya.
Mempersiapkan tabungan dana pensiun sejak muda adalah salah
satu upaya untuk mewujudkan impian itu menjadi kenyataan.
Saya memang berniat akan terus menulis sampai usia senja, seumur hidup. Yang saya inginkan, pada masa pensiun nanti saya menulis untuk kesenangan semata, bukan lagi untuk kejar setoran.
Pada masa itu, rasanya terlalu zalim jika saya memaksa tubuh saya untuk bekerja siang-malam demi menyelesaikan menulis novel.
Saya ingin menikmati masa pensiun saya dengan tenang dan bahagia sembari menyaksikan anak-anak saya menapaki masa produktif mereka.
Tulisan
ini disertakan dalam BNI Blogging Competition 2014.
#Update: Alhamdulillah, tulisan ini terpilih menjadi Juara Favorit.
Aku juga nasabah BNI Mbak Ret ^^ setelah wisuda Februari lalu, BNI Taplus Mahasiswa berubah menjadi Taplus Muda ^^
BalasHapus@Fakhrisiena: Naah... ayo ikut lombanya juga.
BalasHapusUntung setelah BNI Taplus Muda nggak ada BNI Taplus Tua, ya *telen antiaging*
@Dhea: Aamiiin. Makasih udah mampir, Mbak Dhea :)
BalasHapusWew inspiratif sekali teh, kirain tak ada lah tabungan yang mendukung para freelancer T_T ternyata, eh ternyata,trims ya teteh info pengalamannya, semoga menang ^_^
BalasHapushttp://zee-flp.blogspot.com/
@Zee: Aamiin.
BalasHapusBuka aja Zee, dari sekarang. Jumlah minimal yang harus kita masukkan per bulan bisa kita tentukan sendiri, kok. Seoran pertama pas buka rekening memang agak besar (kalo gak salah 500 rebu. Kalo gak salah loh yaaa. Aku kebetulan waktu buka Simponi lagi ada rezeki berlebih jadi bisa buka di atas minimal), tapi iuran per bulannya minimal cuma 50 rebu. Nggak jauh beda dengan pulsa hape sebulan, kan ya? :)
Keren bunda ^0^
BalasHapusSangat mengingatkan pada kami yang lebih muda untuk bijak mempersiapkan dana pensiun sendiri di hari tua nanti...sukses terus bunda ^_^
@Switz: Makasih udah main ke Teras Teera, Ayu. :)
BalasHapusIya, menabung sedikit demi sedikit sejak muda lebih baik daripada nggak nabung sama sekali. Apalagi Ayu masih muda. :)
Setuju banget, Mbak. Semua sebaiknya dipersiapkan sejak dini, ya.
BalasHapusJadi pengen buru-buru ke BNI, nih. Kira-kira jam segini buka gak, ya?
BalasHapus@Haya: He-eh, Hay. Kalopun nggak bisa sejak dini, masih nggak ada kata terlambat ya. *membela diri :D*
BalasHapusMakasih udah main ke sini ya, Hay. Mau dong ikutan nginep di Acacia :))
@Sandi: Udah tutup kali, San. Besok pagi aja. Setelah ngebangunin ayam jago buat berkokok, lo langsung deh berangkat. :))
BalasHapusMesti berani nyisihin duit sekarang buat bikin dana pensiun sendiri kalo kayak kita2 mah, San.
Terima kasih tulisannya, Mbak! Jadi inget lagi ama BNIku, yang kutinggalkan di tanah air. Semoga manfaat buat kita ya, Mbak.
BalasHapus@Cool : Makasih udah berkunjung, Mbak. :) Aamiin. Semoga bermanfaat untuk semua. :)
BalasHapusiih, jadi inget untuk mengurus account2 yang ada di BNI..termasuk nyari info ttg rekening haji. katanya ada juga, ya...nuhun teteh diemutan.
BalasHapusnice post!
@Kitab: Heuheu... iya tabungan haji. Daku belum bikin euy.
BalasHapusKayaknya emang rempong banget mesti nabung untuk ini itu. Tapi mending rempong sekarang sih ya, mumpung badan masi kuat :)
Makasih udah mampir, yaaa :)
Dulu, aku udah pernah buka mbak Eno :) sayangnya aku tutup karena berhenti bekerja. Sekarang jadi kepikiran buat buka lagi :D
BalasHapus@Qadriea: Sayang ya, yang dulu ditutup. Kalo bisa sih buka lag ya, Qad? :)
BalasHapusDulu waktu masih kerja kantoran, aku malah nggak punya tabungan pensiun. Pas kantorku punya rencana buat bikin tabungan pensiun untuk semua karyawannya, aku malah keburu resign. :)