Konferensi Penulis Cilik Indonesia
Tiba juga hari yang ditunggu-tunggu. Konferensi Penulis Cilik Indonesia (KPCI) 2014.Hari Selasa, 4 November, saya berangkat ke Cisarua, Bogor, bareng empat juri dari Bandung. Hendra, Novi, Dian, dan Puri.
Saya yang paling terakhir tiba di tempat janjian, di depan kampus Unpad DU. Untung juga, sih. Jadi, sebelum sempat kasuat-suat zaman kuliah di Unpad, udah langsung digelandang ke mobil :D
Setelah sekitar empat jam perjalanan ditemani lagu-lagu Sheila on 7 (ketauan deh ini para juri datang dari generasi mana), sampailah kami di Hotel Rizen Premiere. Tepat jam makan siang. Hehehe....
Sebagian peserta sudah berkumpul di ballroom. Namun, ada juga yang baru datang, masih menyeret koper dan menyandang ransel, atau sedang registrasi.
Ada yang masih terlihat malu-malu, ada yang masih nempel pada orangtua, tapi ada juga yang langsung heboh dengan teman-temannya.
Ooow... asyik sekali memperhatikan polah anak-anak hebat yang datang dari berbagai penjuru Nusantara ini. Telinga pun langsung diserbu logat berbagai daerah.
Ada yang masih terlihat malu-malu, ada yang masih nempel pada orangtua, tapi ada juga yang langsung heboh dengan teman-temannya.
Ooow... asyik sekali memperhatikan polah anak-anak hebat yang datang dari berbagai penjuru Nusantara ini. Telinga pun langsung diserbu logat berbagai daerah.
Sebagian juri ketika baru tiba di Hotel Rizen Premiere. Siap buat bertemu para peserta KPCI (foto: Dian Hartati). |
Sejak babak penyisihan, saya sudah penasaran dengan Ahek, peserta dari Papua. Jadi, sejak tiba di Rizen saya langsung lirik kanan lirik kiri. Yang mana, sih?
Kebetulan pas selesai makan saya bertemu seorang anak laki-laki berkulit gelap dan berambut ikal. Inikah?
Oooh... ternyata bukan. Anak yang masih terlihat malu-malu itu ternyata dari Maluku.
Belakangan saya baru tahu bahwa Ahek tidak hadir. Duuuh... sayangnya. Walaupun tidak hadir, tetap bersemangat menulis di Papua sana ya, Nak.
Peserta yang baru datang berkumpul di ballroom. |
Sore hari, ketika para peserta tengah beristirahat, Kang Rama memimpin briefing para juri.
Penjurian semua bidang lomba (cerpen penulis dan pemula, dongeng, syair, dan pantun) akan dilakukan serentak pada tanggal 5 November, pukul 07.30-11.30.
Sekadar mengingatkan, penjurian awal KPCI berlangsung di Bandung tanggal 20-23 Oktober 2014.
Kang Rama dan para juri. Briefing! |
Naik Sepid dari Kampung
Acara pembukaan berlangsung pukul 19.10 - 20.30. Ballroom menjadi hijau segar oleh warna kaus KPCI para peserta, panitia, juri, plus kakak-kakak LO.
Sebelum Pak Ibrahim Bafadal datang, para peserta menampilkan yel-yel mereka. Banyak yang masih malu-malu, nih. Hehehe....
Peserta dari Bengkalis (Riau), Sumedang, Pontianak, dan Aceh juga menceritakan pengalaman perjalanan mereka dari daerah ke Jakarta.
Yang paling heboh adalah cerita peserta dari Bengkalis, Riau tentang pengalamannya naik sepid (speedboat) dari kampungnya ke Pekanbaru, naik turun lift di hotel di Pekanbaru, naik pesawat ke Jakarta, lalu naik bus ke Bogor.
Ceritanya memikat banget (maklum, peserta lomba dongeng). Seruuuu, lucuuu, tapi juga bikin terharu. Ballroom langsung riuh dengan tawa dan tepuk tangan.
Sebelum Pak Ibrahim Bafadal datang, para peserta menampilkan yel-yel mereka. Banyak yang masih malu-malu, nih. Hehehe....
Peserta dari Bengkalis (Riau), Sumedang, Pontianak, dan Aceh juga menceritakan pengalaman perjalanan mereka dari daerah ke Jakarta.
Yang paling heboh adalah cerita peserta dari Bengkalis, Riau tentang pengalamannya naik sepid (speedboat) dari kampungnya ke Pekanbaru, naik turun lift di hotel di Pekanbaru, naik pesawat ke Jakarta, lalu naik bus ke Bogor.
Ceritanya memikat banget (maklum, peserta lomba dongeng). Seruuuu, lucuuu, tapi juga bikin terharu. Ballroom langsung riuh dengan tawa dan tepuk tangan.
Nah, ini dia peserta dari Bengkalis itu. |
Penentuan Tema Lomba
Usai acara pembukaan, saya, Shinta, Nunik, Novi, Kang Huda, dan Emmus rembukan tentang tema untuk lomba cerpen besok.
Iyesss, tema memang ditentukan secara dadakan tetapi masih dalam kerangka besar pendidikan karakter. Keuntungan penentuan tema secara dadakan ini adalah minimalnya kebocoran.
Jadi, tidak ada peserta yang sudah tahu lebih dulu apa tema yang harus mereka tulis
Setelah berdiskusi dan menghabiskan satu kotak besar cokelat, sekitar pukul 23.00 akhirnya kami menyepakati tema "berpikir kreatif dalam memecahkan masalah" untuk lomba cerpen besok.
Saatnya Berlomba
Rabu, 5 November 2014. Lomba menulis cerpen akan dilaksanakan di ballroom dari pukul 07.30-11.30 WIB.Dalam waktu sekitar 3,5 jam (07.30-08.00 dipakai untuk menjelaskan aturan dan tema lomba kepada peserta) peserta harus menulis cerpen sepanjang 2-5 halaman.Tulis tangan lho, ya.
Shinta, jubir para juri cerpen sedang memberikan pengarahan kepada peserta lomba. |
Selama para penulis cilik ini berlomba, para juri mengawasi sekaligus menjawab pertanyaan mereka. Ada saja yang bertanya.
Dari apa boleh nulisnya pakai pensil, apa boleh pakai huruf sambung, apa boleh kalau cuma tiga halaman, gimana kalau mau bikin huruf yang biasanya italic di komputer, boleh nggak kalau ganti judul, sampai yang sambil senyum-senyum lucu bilang belum bisa membuat tanda tangan dan lupa alamat sekolah.
Beberapa anak yang masih kecil juga minta dibukakan tutup botol air mineral :) Beberapa lainnya mendadak kebelet BAK. Untung ada kakak-kakak LO yang stand by di ballroom dan siap mengantar mereka ke toilet.
Senang rasanya melihat anak-anak itu berfokus menulis. Ada yang tau-tau sudah dua-tiga halaman. Salut.
Satu-dua anak sempat terlihat kebingungan. Sebagai penulis (bukan sebagai juri :D ) saya sangat paham jika ada peserta yang mati gaya eh mati kata ketika harus langsung menulis tema yang baru disodorkan.
Ada faktor mood, konsentrasi, penguasaan tema, wawasan, dan ketenangan yang memengaruhi.
Ternyata, para peserta berhasil menyelesaikan tulisannya sekitar satu jam sebelum waktu usai. Hebaaat!
Bagi para juri cerpen (terutama cerpen pemula), ini hadiah luar biasa. Berarti kami dapat bonus waktu untuk membaca dan menilai puluhan tulisan itu.
Sementara anak-anak melanjutkan acara mereka yang seru-seru seputar dunia tulis-menulis, para juri pindah ke ruangan lain yang steril dari peserta dan pendamping.
Setelah itu, berjuang mencari karya terbaik. Fokus, fokus, fokus. Sesekali terjadi diskusi kecil.
Serius menjuri cerpen karya para peserta. Beberapa naskah sukses bikin juri terperangah. Keren! (Foto: Dian Hartati) |
Beberapa peserta tak bisa melepaskan diri dari contoh yang diberikan ketika briefing, ada juga beberapa peserta ngelantur dari tema yang diberikan.
Namun, beberapa peserta lain sukses membuat juri yang sedang membaca naskahnya spontan berseru, "Kereeen!"
Sekitar pukul 15.30, kami telah mendapatkan nama-nama peserta yang menjadi juara 1, 2, 3 serta juara harapan 1, 2, 3.
Kami berenam juga sepakat memilih seorang peserta sebagai juara favorit para juri cerpen.
Malam harinya, semua peserta berkumpul di ballroom untuk mengikuti acara Konferensi Penulis Cilik Indonesia. Dalam acara ini mereka mengadakan sidang-sidang dan memilih Ketua KPCI 2014. Para juri bebas tugas, deh.
Suasana sidang komisi peserta KPCI 2014. |
Bertemu Pak Menteri Anies Baswedan
Kamis, 6 November 2014. Pagi ini para peserta KPCI 2014 (tentu saja bersama para juri, panitia, dan kakak-kakak LO) akan meluncur ke Jakarta, tepatnya ke kantor Kemendikbud.Para peserta pasti senang campur deg-degan, nih. Soalnya... nama-nama para pemenang akan diumumkan di sana, di depan Mendikbud RI, Bapak Anies Baswedan.
|
Acara dijadwalkan dimulai pukul 09.30 WIB. Setengah jam sebelum acara dimulai, peserta KPCI 2014 sudah duduk rapi di ruangan.
Lalu... tepuk tangan bergemuruh ketika Pak Anies Baswedan memasuki ruangan.
Waaah...menterinya benar-benar datang. Dan saya menyesal karena tidak membawa buku beliau untuk ditandatangani. :(
Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya (btw, kenapa saya pengin nangis ya ketika menyanyikan lagu ini?) dan berdoa bersama.
Setelah itu, ada laporan dari ketua panitia dan Ibu Sari Meutia, CEO Penerbit Mizan.
Dalam sambutannya, Bu Sari mengatakan bahwa Indonesia adalah satu-satunya negara yang rutin mengadakan konferensi penulis cilik berskala nasional.
Penerbit dan praktisi perbukuan dari luar negeri pun kagum karenanya. Keren banget, kaaan?
Setelah diselingi oleh tari Saman yang dibawakan oleh murid-murid SD Pondok Labu, Jakarta, giliran Mendikbud memberikan kata sambutan.
Pak Anies yang (ketika acara ini berlangsung) baru beberapa hari menjadi Mendikbud RI menceritakan pengalamannya semasa duduk di kelas 1 SMA.
Ketika itu beliau mengikuti penataran pengurus OSIS se-Indonesia di kantor Kemendikbud ini.
Keaktifan dan ide-ide beliau selama acara tersebut rupanya memikat Mendikbud kala itu, Pak Fuad Hasan. Pak Fuad mengundang beliau untuk ke ruangannya.
"Siapa sangka, sekian dekade kemudian, saya masuk ke ruangan itu lagi sebagai menteri."
Selanjutnya, beliau mengungkapkan rasa bangganya pada para peserta KPCI.
Ketika itu beliau mengikuti penataran pengurus OSIS se-Indonesia di kantor Kemendikbud ini.
Keaktifan dan ide-ide beliau selama acara tersebut rupanya memikat Mendikbud kala itu, Pak Fuad Hasan. Pak Fuad mengundang beliau untuk ke ruangannya.
"Siapa sangka, sekian dekade kemudian, saya masuk ke ruangan itu lagi sebagai menteri."
Selanjutnya, beliau mengungkapkan rasa bangganya pada para peserta KPCI.
Mendikbud RI, Anies Baswedan, memberikan kata sambutan. |
Menurut penggagas Gerakan Indonesia Mengajar ini, kemampuan menulis sangat penting. Bukan berarti harus menjadi penulis. Berkiprah di bidang apa pun, kemampuan menulis akan jadi pengungkit yang luar biasa.
"Sekolah seharusnya mengangkat ekspresi siswa, bukan malah membuat para siswa kehilangan ekspresi. Menulis merupakan salah satu cara untuk berekspresi," ujar Pak Anies Baswedan.
Haduuuh... pengin rasanya lari ke panggung trus menyampaikan pesanan anak saya, "Bapaaak, tolong dong Kurikulum 2013 ditinjau ulang. Anak-anak dibebani tugas, tugas, dan tugas. Kapan sempat berekspresi? Gurunya juga bingung mau ngajar apa, malah ada yang jarang masuk dan cukup kasih tugas."
Untunglah saya tidak senekat itu. Hehehe.... Tapi boleh, dong, berharap Pak Anies akan membawa angin segar pada pendidikan di Indonesia.
Usai sambutan dari Pak Anies, ada pementasan spesial dari para peserta KPCI 2014. Meski baru dua hari kenal, anak-anak hebat ini kompak sekali tampil di panggung, membawakan kisah pangeran yang kehilangan senyum.
Pementasan drama. |
Pengumuman Pemenang
Dan... tibalah saat yang ditungggu-tunggu itu. Pengumuman pemenang lomba menulis cerpen pemula, cerpen penulis, menulis pantun, menulis cerpen, dan mendongeng. Rasanya bisa denger suara jantung adik-adik peserta yang dag dig dur dhueeerrr.... nih.
Suasana hening dan bergemuruh berganti-ganti. Hening ketika nama pemenang akan disebutkan, gemuruh oleh tepuk tangan ketika nama sang pemenang diucapkan dengan lantang oleh MC.
Satu per satu pemenang maju ke panggung. Ada yang berseri-seri semringah, ada yang masih tak percaya.
Di kursi peserta, ada yang bersorak sorai karena teman sekolah, sedaerah, atau sekamarnya menang. Ada yang terduduk lesu karena tak menang, ada juga yang diam-diam menangis.
Inilah perlombaan. Ada yang menang, ada yang kalah. Namun, kalian semua LUAR BIASA. Kalian berani berlomba, berani menunjukkan kemampuan dan karya kalian.
Dewan juri dan Pak Anies Baswedan, Mendikbud RI. |
Jalan-Jalan ke Kidzania
Usai rangkaian acara di Kemendikbud, rombongan peserta KPCI bergerak ke Pacific Palace untuk berwisata edukatif di Kidzania!Woooow... yang tadi sempat nangis karena sedih atau kecewa, langsung berseri-seri lagi. Duuuh, siapa sih yang nggak seneng main di Kidzania.
Di sana bisa merasakan jadi penyiar TV, jadi kameramen, jadi petugas pemadam kebakaran, dokter, pegawai bank, pegawai toko, dan sebagainya. Seru banget!
Para juri aja kalau bisa nyamar jadi anak kecil, rasanya pengin banget main di sana. Eyang Djoko Lelono aja sampai ngaku-ngaku masih berusia 11 tahun supaya bisa main di sana... dan tentu aja ditolak. Hihihi... *sungkem*
Sayangnya, Kidzania memang khusus buat anak-anak. Jadi, para juri cuma bisa mendampingi, foto-fotoan, ngiri, dan... teringat anak di rumah. Hehehe....
Keriangan di Kidzania harus diakhiri pada pukul 16.00. Saatnya kembali ke Hotel Rizen Premiere di Cisarua untuk acara wisuda, pementasan kelompok, dan penutupan.
Acara penutupan dimulai sekitar pukul delapan malam. Istirahat mandi, shalat, dan makan tadi masih belum cukup untuk menghilangkan lelah. Namun, kelelahan itu seperti hilang ketika tiba saatnya pementasan kelompok.
Pentas seni. |
Cerianya peserta KPCI :) |
Kakak Juri ikutan juga :) |
Pentas seni para peserta di malam penutupan. |
Usai sudah acara KPCI 2014. Besok pagi (Jumat, 7 November 2014) seluruh peserta akan kembali ke daerah masing-masing.
Tentunya dengan ratusan teman baru di hati, dengan beraneka ilmu yang akan mengasah kemampuan mereka dalam menulis, dengan segunung pengalaman yang akan mereka bagi pada teman-teman mereka, dengan semangat "Aku bisa!".
KPCI 2014! Jujur, Cerdas, Punya Karya.... Aku Bisa!
Sampai jumpa di KPCI 2015.
Sebagian juri KPCI 2014. |
Juri ikut jalan-jalan ke Kidzania :D |
Bukan hanya tentang kerja dan penjurian, tapi juga kebersamaan dan persahabatan. |
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.