Wah, sesuatu banget. Kebetulan saya punya dua buku preteen (di atas anak-anak, tapi di bawah remaja) yang baru terbit. Judulnya Cermin dan The Shy. Jadi, langsung saya daftarkan deh di postingan woro-woro Kang Ali Muakhir di Grup PBA.
Acara literasi lainnya yang melibatkan saya, beberapa di antaranya adalah Meet and Sketching with Noomic's Author, Bincang Menulis di Telkom University, dan Penjurian Lomba Cerpen KPCI.
10 Penulis dari 10 Penerbit
Banyak yang mendaftar tapi cuma 10 orang yang akan diambil. Dipilih dari penerbit yang berbeda-beda. Alhamdulillah, saya salah satu yang terpilih.Setelah tahu terpilih, tindakan pertama saya adalah menghubungi editor tercinta.
"Jadi, butuh apa aja, Mbak Eno?"
Butuh ongkos transpor Bandung - Jakarta pp, Mbak. Hehehe....
Singkat cerita, Penerbit Anak Kita akan menyediakan noomic Cermin dan The Shy (plus noomic Teh Tethy Ezokanzo, Silat Boys), doorprize, serta banner.
Ketersediaan buku yang akan di-launching di lokasi itu penting banget, lho. Pengunjung launching yang mau membeli buku tersebut jadi nggak perlu mencari-cari stan penerbit lagi.
Bisa langsung beli di ruang launching, trus langsung ditandatangani dan foto-foto dengan penulis, deh. :)
Sebenarnya sih saya ingin berangkat pukul delapan, tapi ternyata ada travelnya pukul tujuh dan sembilan. Saya pilih yang pagi aja, deh biar bisa santai berkeliling dari stan ke stan.
Tiba di pool X-Trans Jakarta (Jl. Blora) beberapa menit sebelum pukul sepuluh. Meski dulu pernah tiga tahun tinggal di Jakarta, saya buta soal jalan di kota ini. Dulu taunya cuma dari rumah ke kantor.
Untungnya Nando menawarkan diri untuk menjemput dan mengantarkan saya ke Istora. Makasih banyaaaak banget buat obrolan delapan penjuru mata anginnya, dari kucing, buku, pekerjaan, sampai politik. You're the best! Bagiku kamu tak tergantikan
Terima kasih banyak, Panitia IIBF 2014, Forum Penulis Bacaan Anak, Kang Ali dan Kang Imran yang jadi PJ, Mbak Nana dan Penerbit Anak Kita (Grup Agromedia) yang udah mendukung banget, temen-temen penulis, Mbak Dhani dan Rini untuk foto-fotonya, semua pengunjung acara launching (waaa....semua kursi di ruangan ini penuuuh!), serta semua pecinta buku bacaan anak.
Seperti kata MC kece, Ina Inong, "Salah satu tujuan launching adalah memperkenalkan buku baru dengan harapan agar dibeli", jadi jangan lupa membeli buku kami, yaaa... :)
"Jadi, butuh apa aja, Mbak Eno?"
Butuh ongkos transpor Bandung - Jakarta pp, Mbak. Hehehe....
Singkat cerita, Penerbit Anak Kita akan menyediakan noomic Cermin dan The Shy (plus noomic Teh Tethy Ezokanzo, Silat Boys), doorprize, serta banner.
Ketersediaan buku yang akan di-launching di lokasi itu penting banget, lho. Pengunjung launching yang mau membeli buku tersebut jadi nggak perlu mencari-cari stan penerbit lagi.
Bisa langsung beli di ruang launching, trus langsung ditandatangani dan foto-foto dengan penulis, deh. :)
Berangkat dari Bandung
Meski acara launching baru akan dimulai pukul 15.00 WIB, saya berangkat dari Bandung pukul tujuh pagi.
Sebenarnya sih saya ingin berangkat pukul delapan, tapi ternyata ada travelnya pukul tujuh dan sembilan. Saya pilih yang pagi aja, deh biar bisa santai berkeliling dari stan ke stan.
Tiba di pool X-Trans Jakarta (Jl. Blora) beberapa menit sebelum pukul sepuluh. Meski dulu pernah tiga tahun tinggal di Jakarta, saya buta soal jalan di kota ini. Dulu taunya cuma dari rumah ke kantor.
Untungnya Nando menawarkan diri untuk menjemput dan mengantarkan saya ke Istora. Makasih banyaaaak banget buat obrolan delapan penjuru mata anginnya, dari kucing, buku, pekerjaan, sampai politik. You're the best! Bagiku kamu tak tergantikan
Istora masih sepi, buku-buku pun masih tertata rapi. Jadi, saya puas banget melihat-lihat.
Oya, begitu sampai di Istora, saya langsung kirim SMS ke Kang Ali dan editor saya. Ini sebenarnya masih bingung juga. Nanti acara launching buku bacaan anak ini di Ruang Kenanga berapa, ya?
Kata Kang Ali, Ruang Kenanga 1 atau 2. Eh tapi... Ruang Kenanga 1 penuh dengan orang Saudi Arabia. Interior dan wangi-wangiannya pun Arab banget. Kayaknya nggak mungkin di sini, deh.
Ruang Kenanga 2... lah, isinya buku Mandarin semua. Interiornya juga Mandarin banget.
Ruang Kenanga 3 dan 5 dipakai untuk lomba, sedangkan Ruang Kenanga 4 untuk stan sebuah penerbit. Jadi... keliling-keliling lagi, deh. Mampir ke stan ini itu, beli buku-buku untuk amunisi menulis.
Pas lewat (lagi) di depan stan Agromedia... whuaaa...saya melongo cantik melihat dua banner besar plus meja penuh noomic di sana. Waktu saya lewat pertama kali, belum ada nih.
Waaah... waaah... bener-bener dukungan penuh dari penerbit, euuuy. Saya jadi terharu level 100.
Pukul 14.30, waktu saya lagi makan donat sambil ngayal seram di tribun, Kang Ali ngirim SMS lagi. Ngabarin kalau acaranya di Ruang Kenanga 4. Saya diminta menunggu-menyambut-mencegat teman-teman Pabers di sana.
Baru turun dari tribun, saya ketemu Mbak Nana, editor saya. Kami ke stan Agromedia dulu, baru ke Ruang Kenanga 4. Beneran di sini nih? Di ruangan ini selain ada stan penerbit, juga ada baju muslim dan donat.
Launching buku bacaan anak di bagian mananya? Apakah sambil makan donat? Asiiik...! Eh tapi ternyata salah info. Acaranya di ruang Kenanga 5.
Teh Ina Inong memandu acara ini sendirian karena Gia yang direncanakan akan berduet nge-MC dengan Teh Ina, ternyata tepar. Kabarnya sih, gejala tifus.
Sembilan penulis dijejer kece di depan. Wylvera Windayana (Ke Tanah Suci, Yuk - Qibla. Buku duet dengan Dian Kristiani), Linda Satibi (Aku Sayang Nabi Muhammad - Indiva), Arif Y. Pranata (Mencari Jejak Si Kumbang - Mitra Bocah Muslim), Devi Raissa R (Asal Mula Namaku - Rabbit Hole), saya (Cermin dan The Shy - Anak Kita), Gabriel Fabiano (Fixiano - Sinotif Publishing), Anisa Widiyarti (Aku Bisa Begini, Aku Bisa Begitu - Tiga Ananda), Susanti Hara (Bintang Jindo), Chitra Savitri (Masya Allah, Ciptaan Allah yang Kecil Tapi Ajaib - Adi Bintang), dan Kay Arikunto (Surga dan Neraka - Dar! Mizan).
Sepuluh penulis ini bervariasi dari segi usia, pengalaman menulis, dan genre buku bacaan anak.
Oya, begitu sampai di Istora, saya langsung kirim SMS ke Kang Ali dan editor saya. Ini sebenarnya masih bingung juga. Nanti acara launching buku bacaan anak ini di Ruang Kenanga berapa, ya?
Kata Kang Ali, Ruang Kenanga 1 atau 2. Eh tapi... Ruang Kenanga 1 penuh dengan orang Saudi Arabia. Interior dan wangi-wangiannya pun Arab banget. Kayaknya nggak mungkin di sini, deh.
Ruang Kenanga 2... lah, isinya buku Mandarin semua. Interiornya juga Mandarin banget.
Ruang Kenanga 3 dan 5 dipakai untuk lomba, sedangkan Ruang Kenanga 4 untuk stan sebuah penerbit. Jadi... keliling-keliling lagi, deh. Mampir ke stan ini itu, beli buku-buku untuk amunisi menulis.
Pas lewat (lagi) di depan stan Agromedia... whuaaa...saya melongo cantik melihat dua banner besar plus meja penuh noomic di sana. Waktu saya lewat pertama kali, belum ada nih.
Banner + noomic Cermin, The Shy, dan Silat Boys di stan Agromedia. Foto: Triani Retno. |
Waaah... waaah... bener-bener dukungan penuh dari penerbit, euuuy. Saya jadi terharu level 100.
Pukul 14.30, waktu saya lagi makan donat sambil ngayal seram di tribun, Kang Ali ngirim SMS lagi. Ngabarin kalau acaranya di Ruang Kenanga 4. Saya diminta menunggu-menyambut-mencegat teman-teman Pabers di sana.
Baru turun dari tribun, saya ketemu Mbak Nana, editor saya. Kami ke stan Agromedia dulu, baru ke Ruang Kenanga 4. Beneran di sini nih? Di ruangan ini selain ada stan penerbit, juga ada baju muslim dan donat.
Launching buku bacaan anak di bagian mananya? Apakah sambil makan donat? Asiiik...! Eh tapi ternyata salah info. Acaranya di ruang Kenanga 5.
Buku Bacaan Anak
Acara dimulai ngaret sekitar setengah jam, menunggu ruangan dibersihkan dan dirapikan dulu.Teh Ina Inong memandu acara ini sendirian karena Gia yang direncanakan akan berduet nge-MC dengan Teh Ina, ternyata tepar. Kabarnya sih, gejala tifus.
Show time! (Foto: Dhani Pratikno) |
Sembilan penulis dijejer kece di depan. Wylvera Windayana (Ke Tanah Suci, Yuk - Qibla. Buku duet dengan Dian Kristiani), Linda Satibi (Aku Sayang Nabi Muhammad - Indiva), Arif Y. Pranata (Mencari Jejak Si Kumbang - Mitra Bocah Muslim), Devi Raissa R (Asal Mula Namaku - Rabbit Hole), saya (Cermin dan The Shy - Anak Kita), Gabriel Fabiano (Fixiano - Sinotif Publishing), Anisa Widiyarti (Aku Bisa Begini, Aku Bisa Begitu - Tiga Ananda), Susanti Hara (Bintang Jindo), Chitra Savitri (Masya Allah, Ciptaan Allah yang Kecil Tapi Ajaib - Adi Bintang), dan Kay Arikunto (Surga dan Neraka - Dar! Mizan).
Sepuluh penulis ini bervariasi dari segi usia, pengalaman menulis, dan genre buku bacaan anak.
Yang paling muda jelas Ian yang masih kelas 6 SD. Yang paling tua... ah, siapa ya? Sepertinya semua masih 17 tahun, deh.
Ada yang membawa buku debut alias buku pertama (Ian, Devi, Susanti, Linda), ada yang sudah buku kesekian.
Saya sendiri, walaupun buku saya sudah cukup banyak, untuk kategori buku anak, Cermin dan The Shy yang terbit hampir bareng ini adalah buku kedua dan ketiga saya (novel anak pertama saya terbit tahun 2012). Jadi, saya masih unyu, kan? :D
Usia dan pengalaman boleh berbeda-beda tapi visi tetap satu: menyuguhkan buku cerita anak yang bervariasi dan berkualitas.
Ada yang membawa buku debut alias buku pertama (Ian, Devi, Susanti, Linda), ada yang sudah buku kesekian.
Saya sendiri, walaupun buku saya sudah cukup banyak, untuk kategori buku anak, Cermin dan The Shy yang terbit hampir bareng ini adalah buku kedua dan ketiga saya (novel anak pertama saya terbit tahun 2012). Jadi, saya masih unyu, kan? :D
Usia dan pengalaman boleh berbeda-beda tapi visi tetap satu: menyuguhkan buku cerita anak yang bervariasi dan berkualitas.
Proses Kreatif Menulis Buku Anak
Teh Ina dan Mbak Wiwik (yang ditarik menjadi MC dadakan) banyak mengulik proses kreatif dari setiap buku anak yang tengah di-launching.
Ternyata sebagian membutuhkan waktu sekitar dua tahun hingga akhirnya bisa terbit menjadi buku. Ada yang karena butuh riset lama, karena editing, atau belum dapat jodoh yang tepat.
Teman-teman yang menulis buku islami (Mbak Wiwik, Mas Ari, Mbak Linda) butuh riset dari sumber yang sahih, dong. Nggak bisa kalau hanya googling karena info di internet nggak selalu sahih.
Begitu juga Mbak Vivi yang melakukan riset pustaka untuk mencari tahu tentang hal-hal kecil yang menakjubkan.
Nah, terbukti kan? Sebuah buku itu nggak sim salabim terbit. Ada proses panjang yang harus dilalui.
Ternyata sebagian membutuhkan waktu sekitar dua tahun hingga akhirnya bisa terbit menjadi buku. Ada yang karena butuh riset lama, karena editing, atau belum dapat jodoh yang tepat.
Teman-teman yang menulis buku islami (Mbak Wiwik, Mas Ari, Mbak Linda) butuh riset dari sumber yang sahih, dong. Nggak bisa kalau hanya googling karena info di internet nggak selalu sahih.
Begitu juga Mbak Vivi yang melakukan riset pustaka untuk mencari tahu tentang hal-hal kecil yang menakjubkan.
Nah, terbukti kan? Sebuah buku itu nggak sim salabim terbit. Ada proses panjang yang harus dilalui.
Aih... MC-nya sampe ngadeprok di lantai :) (Foto: Fixiano) |
Dalam kesempatan launching kemarin, saya satu-satunya yang membawa buku bacaan anak bergenre horor.
Yup, Cermin dan The Shy memang bertema horor. Namun, karena ditujukan untuk anak-anak, horornya soft. Nggak ada adegan sadis memuakkan yang bisa menghancurkan nafsu makan pembacanya.
Dalam buku horor saya banyak cerita tentang anak-anak indigo yang memiliki kemampuan tak biasa.
Tidak mudah menjadi anak-anak seperti itu. Sudahlah sering terganggu oleh kemampuan mereka sendiri, lingkungan pun sering memvonis negatif: dukun, tukang cari perhatian, tukang ngayal, gila, atau ketempelan setan. Mereka butuh dipahami dan didampingi, bukan divonis negatif.
Rini, seorang pengunjung, bertanya pada saya, bagaimana kiat agar tidak merasa takut ketika menulis cerita-cerita horor.
Hm...sebenernya takut juga, sih :D. Untuk menyiasatinya, saya menulis pada siang hari dan ketika rumah tidak sedang sepi. Hehehe....
Ada juga yang bertanya tentang pilihan kata untuk cerita anak-anak. Saya pribadi sih lebih suka menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti. Dengan pilihan kata yang simpel, cerita juga bisa memikat, kok.
Lalu, kenapa cerita horor? Apa karena sedang tren?
Saya bukan sengaja menulis Cermin dan The Shy ini karena faktor tren. Naskah ini saya tulis akhir tahun 2012, lho, tapi baru tahun 2014 dapat jodoh. Mampir ke sini ya buat baca Behind the story Cermin dan The Shy.
Yang bikin makin seru, acara launching ini bertabur hadiah. Malah boleh milih sendiri mau buku apa sebagai hadiahnya.
Wiiih... nggak nyesel banget deh kalau datang ke acara PBA. Dapat ilmu, dapat teman, dapat suasana yang kekeluargaan, dapat hadiah pula.
Yup, Cermin dan The Shy memang bertema horor. Namun, karena ditujukan untuk anak-anak, horornya soft. Nggak ada adegan sadis memuakkan yang bisa menghancurkan nafsu makan pembacanya.
Dalam buku horor saya banyak cerita tentang anak-anak indigo yang memiliki kemampuan tak biasa.
Tidak mudah menjadi anak-anak seperti itu. Sudahlah sering terganggu oleh kemampuan mereka sendiri, lingkungan pun sering memvonis negatif: dukun, tukang cari perhatian, tukang ngayal, gila, atau ketempelan setan. Mereka butuh dipahami dan didampingi, bukan divonis negatif.
Rini, seorang pengunjung, bertanya pada saya, bagaimana kiat agar tidak merasa takut ketika menulis cerita-cerita horor.
Hm...sebenernya takut juga, sih :D. Untuk menyiasatinya, saya menulis pada siang hari dan ketika rumah tidak sedang sepi. Hehehe....
Ada juga yang bertanya tentang pilihan kata untuk cerita anak-anak. Saya pribadi sih lebih suka menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti. Dengan pilihan kata yang simpel, cerita juga bisa memikat, kok.
Lalu, kenapa cerita horor? Apa karena sedang tren?
Saya bukan sengaja menulis Cermin dan The Shy ini karena faktor tren. Naskah ini saya tulis akhir tahun 2012, lho, tapi baru tahun 2014 dapat jodoh. Mampir ke sini ya buat baca Behind the story Cermin dan The Shy.
Yang bikin makin seru, acara launching ini bertabur hadiah. Malah boleh milih sendiri mau buku apa sebagai hadiahnya.
Wiiih... nggak nyesel banget deh kalau datang ke acara PBA. Dapat ilmu, dapat teman, dapat suasana yang kekeluargaan, dapat hadiah pula.
Foto bareng usai launching. (Foto: Rini Lasman) |
Terima kasih banyak, Panitia IIBF 2014, Forum Penulis Bacaan Anak, Kang Ali dan Kang Imran yang jadi PJ, Mbak Nana dan Penerbit Anak Kita (Grup Agromedia) yang udah mendukung banget, temen-temen penulis, Mbak Dhani dan Rini untuk foto-fotonya, semua pengunjung acara launching (waaa....semua kursi di ruangan ini penuuuh!), serta semua pecinta buku bacaan anak.
Seperti kata MC kece, Ina Inong, "Salah satu tujuan launching adalah memperkenalkan buku baru dengan harapan agar dibeli", jadi jangan lupa membeli buku kami, yaaa... :)
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.