Sesuai namanya yang berunsur “teen”, sasaran pembaca teenlit adalah remaja SMP, SMA, sampai awal kuliah. Penulisnya bisa siapa saja.
Bahasa yang digunakan dalam teenlit umumnya santai, apalagi dalam dialog-dialognya. Tapi bukan berarti boleh menulis teenlit dalam bahasa yang acakadut.
Jangan pula menulis teenlit
dengan bahasa SMS, apalagi bahasa alay. Meski santai, menulis teenlit juga
memerlukan EYD, tata bahasa, dan logika.
Kalau naskah teenlit-mu acakadut,
jangan ngamuk jika naskahmu langsung ditolak (Sst… naskah yang cepat dapat
jawaban dari penerbit adalah naskah yang BAGUS BANGET dan naskah yang JELEK
BANGET).
Tema Teenlit
Tema apa sih yang bisa digarap
dalam teenlit? Cinta?
Kebanyakan teenlit memang bicara tentang cinta. Taksir-taksiran, pedekate, dan sebagainya. Tapi, teenlit juga bisa bicara tentang masalah lain yang ada dalam kehidupan remaja.
Hidup remaja nggak cuma pedekate, kan? Dicampur-campur saja seperti cendol. Kalau cendol ijo diminum/dimakan gitu aja pasti nggak keruan, deh. Coba dicampur santan, gula merah, es, dan sedikit potongan nangka. Slruup… enak banget.
Kebanyakan teenlit memang bicara tentang cinta. Taksir-taksiran, pedekate, dan sebagainya. Tapi, teenlit juga bisa bicara tentang masalah lain yang ada dalam kehidupan remaja.
Hidup remaja nggak cuma pedekate, kan? Dicampur-campur saja seperti cendol. Kalau cendol ijo diminum/dimakan gitu aja pasti nggak keruan, deh. Coba dicampur santan, gula merah, es, dan sedikit potongan nangka. Slruup… enak banget.
Mau menulis? Simak tipsnya di sini ya:
Begitu juga teenlit. Tema
cinta-cintaan remaja bisa diperkaya dengan banyak hal, misalnya demonstrasi,
korupsi, kerusuhan, belajar cari duit, kesetiakawanan sosial, lingkungan hidup, dan lain-lain.
Kalau sepanjang 100 halaman A4 ketik 1,5 spasi cuma bicara tentang pedekate, bosan juga kali yaaa….
Novel teenlit saya, misalnya. FOOLOVE. Judulnya memang mengandung unsur LOVE, tapi isinya tak cuma cinta. Ada cerita tentang remaja yang tak bisa lepas dari Facebook. Ada remaja yang menjadi korban kejahatan teman Facebook, remaja yang mengembangkan potensi dirinya melalui Facebook, remaja yang nilai ulangannya hancur gara-gara Facebook, hingga solidaritas dan kesetiakawanan.
Kalau sepanjang 100 halaman A4 ketik 1,5 spasi cuma bicara tentang pedekate, bosan juga kali yaaa….
Novel teenlit saya, misalnya. FOOLOVE. Judulnya memang mengandung unsur LOVE, tapi isinya tak cuma cinta. Ada cerita tentang remaja yang tak bisa lepas dari Facebook. Ada remaja yang menjadi korban kejahatan teman Facebook, remaja yang mengembangkan potensi dirinya melalui Facebook, remaja yang nilai ulangannya hancur gara-gara Facebook, hingga solidaritas dan kesetiakawanan.
Jadi, kata siapa novel teenlit hanya berkisah tentang cinta dan cinta?
Catatan
Materi ini pernah saya sampaikan di kelas Jumat Cendol tanggal 5 April 2011. Makasih untuk Pak Kepsek Mayoko AikO yang mengizinkan saya memublikasikan materi ini di sini.)
Salam,
Salam,
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.