Suatu sore, saya berbalas SMS dengan seorang teman baik. Teman saya ini adalah seorang penulis novel, pemenang dalam lomba lomba menulis novel yang diadakan oleh sebuah penerbit ternama.
Dari SMS haha-hihi dan ngegosip nggak jelas, pembicaraan pun berangsur-angsur menjadi lebih serius.
Topik
utama sore itu adalah tentang nasib ketika naskah ditolak. Teman saya bilang, dia baru
menarik kembali dua naskah novelnya dari penerbit tempat dia pernah menang lomba.
Baca Juga: Menunggu Naskah Terbit
Huahaha... saya tertawa. Bukan ngetawain, tapi karena saya juga baru melakukan hal yang sama. Jumlah naskah yang saya tarik pun sama. Dua!
Penolakan itu kami terima dari obrolan dengan editor kami masing-masing. Para editor tercinta sempat bingung untuk menolak karena naskah itu bagus-bagus (EHEEEMMM *capslokkkk! :D*). Tapi sekarang naskah yang mereka butuhkan bukan yang seperti itu.
Bisa aja sih diterima, tapi antrean terbitnya mengular. Musim telah berganti, ternyata.
Tapi harapan belum hilang. Dengan riang gembira dan semangat pede jaya, kami mengirimkan naskah-naskah kami ke penerbit lain. Naskah kami ditolak bukan karena jelek, kok. Huhuy...!
Kepedean kami terbukti. Naskah kami cepat diadopsi oleh penerbit lain.
Tak sedikit pula yang tidak bisa menerima (sedih, putus asa, marah, dan kembali memaki-maki) ketika kemudian naskahnya ditolak.
Tak jarang pula yang menuding kalau penerbit hanya mau menerima naskah dari penulis buku yang sudah jadi alias sudah pernah menerbitkan buku sebelumnya.
Tahukah, penulis yang sudah jadi pun tak kebal dari penolakan? Cerita saya di atas buktinya.
Pernah menang dalam sebuah lomba menulis novel di penerbit BESAR *capslock!*, pernah nerbitin novel, pernah menang penghargaan ini itu, bukan berarti naskah-naskah selanjutnya selalu diterima.
Tapi bisa juga naskah kita ditolak karena kita salah memilih penerbit, karena musim telah berganti, karena penerbit tersebut memiliki kebijakan baru, atau karena penerbit tersebut sudah overload naskah.
Tidak usah putus asa jika naskah ditolak. Ditolak di satu penerbit, bukan berarti akan ditolak oleh penerbit lain. Jadi, yuk kita lihat lagi naskah kita. Mungkin ada yang perlu diperbaiki atau dirombak. Tetap semangat aja, yuk.
Huahaha... saya tertawa. Bukan ngetawain, tapi karena saya juga baru melakukan hal yang sama. Jumlah naskah yang saya tarik pun sama. Dua!
Naskah Ditolak?
Intinya begitu. Tapi penolakan itu tidak kami terima dalam kata-kata "NASKAH ANDA DITOLAK".Penolakan itu kami terima dari obrolan dengan editor kami masing-masing. Para editor tercinta sempat bingung untuk menolak karena naskah itu bagus-bagus (EHEEEMMM *capslokkkk! :D*). Tapi sekarang naskah yang mereka butuhkan bukan yang seperti itu.
Bisa aja sih diterima, tapi antrean terbitnya mengular. Musim telah berganti, ternyata.
Tapi harapan belum hilang. Dengan riang gembira dan semangat pede jaya, kami mengirimkan naskah-naskah kami ke penerbit lain. Naskah kami ditolak bukan karena jelek, kok. Huhuy...!
Kepedean kami terbukti. Naskah kami cepat diadopsi oleh penerbit lain.
Tak Perlu Memaki
Hal seperti ini yang sering tidak bisa diterima oleh para penulis pemula. Tak sedikit yang keberatan dan bahkan memaki-maki (penerbit) jika harus menunggu satu hingga enam bulan untuk mendapat kabar tentang nasib naskahnya.Tak sedikit pula yang tidak bisa menerima (sedih, putus asa, marah, dan kembali memaki-maki) ketika kemudian naskahnya ditolak.
Tak jarang pula yang menuding kalau penerbit hanya mau menerima naskah dari penulis buku yang sudah jadi alias sudah pernah menerbitkan buku sebelumnya.
Tahukah, penulis yang sudah jadi pun tak kebal dari penolakan? Cerita saya di atas buktinya.
Pernah menang dalam sebuah lomba menulis novel di penerbit BESAR *capslock!*, pernah nerbitin novel, pernah menang penghargaan ini itu, bukan berarti naskah-naskah selanjutnya selalu diterima.
Beberapa dari novel-novel saya ini pernah ditolak atau batal terbit di sebuah penerbit sebelum akhirnya diterima dan diterbitkan oleh penerbit lain. |
Penyebab Naskah Ditolak
Bisa jadi naskah ditolak karena benar-benar hancur, nggak punya nilai jual, nggak ada keistimewaannya, nggak ada nilai lebihnya dibandingkan naskah dari penulis lain, dan nggak layak terbit.Tapi bisa juga naskah kita ditolak karena kita salah memilih penerbit, karena musim telah berganti, karena penerbit tersebut memiliki kebijakan baru, atau karena penerbit tersebut sudah overload naskah.
Tidak usah putus asa jika naskah ditolak. Ditolak di satu penerbit, bukan berarti akan ditolak oleh penerbit lain. Jadi, yuk kita lihat lagi naskah kita. Mungkin ada yang perlu diperbaiki atau dirombak. Tetap semangat aja, yuk.
Salam,
Triani Retno A
Penulis Buku, Novelis, Editor Freelance
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.