World Book Day
Tanggal 25 April lalu saya menjadi pembicara dalam acara Meet The Auhor di SMA PU Al Bayan Sukabumi . Acara ini diselenggarakan dalam rangka The World Book Day.Sekadar info, SMU PU Al Bayan
ini adalah sebuah boarding school khusus cowok. Wuiiih...kebayang nggak sih jadi pembicara di sekolah khusus cowok begini?
Biasanya kan audiensnya heterogen, seperti di acara Bedah Buku dan Sharing Kepenulisan di Depok atau World Book Day di SMK Wikrama Bogor.
Perjalanan ke Sukabumi
Berangkat dari Bandung setelah
shalat Ashar, rasanya badan teraduk-aduk dalam perjalanan ke Cibadak, Sukabumi.
Well, sebenarnya
saya kurang menyukai perjalanan pada malam hari. Tak adanya pemandangan yang
bisa dilihat membuat saya merasa mual.
Membaca buku atau online di ponsel hanya akan membuat saya semakin mual.
Sekitar pukul sebelas malam, mobil SMA Al Bayan yang membawa saya dan putri sulung saya tiba di Hotel Sekar Wangi. Alhamdulillah.
Membaca buku atau online di ponsel hanya akan membuat saya semakin mual.
Sekitar pukul sebelas malam, mobil SMA Al Bayan yang membawa saya dan putri sulung saya tiba di Hotel Sekar Wangi. Alhamdulillah.
Esok paginya, sekitar pukul
delapan Heni Fauzia, pustakawan SMA PU Al Bayan, menjemput ke hotel. Sekitar 20
menit perjalanan, kami tiba di tujuan. Wow. Lebih keren daripada foto
yang saya lihat di internet.
SMA PU Al Bayan Sukabumi, boarding school khusus cowok. |
|
Meet The Author
Itu acaranya. Meet The
Author. Isinya ngobrol-ngobrol santai seputar membaca dan menulis. Aula yang
menjadi tempat acara masih sepi ketika saya tiba.
Kursi-kursi yang tersusun rapi di sana pun masih kosong melompong. Memang masih setengah jam lagi dari jadwal.
Sayanya aja yang pengin datang lebih cepat supaya bisa melihat-lihat dan foto-foto dulu. Hehehe….
Kursi-kursi yang tersusun rapi di sana pun masih kosong melompong. Memang masih setengah jam lagi dari jadwal.
Sayanya aja yang pengin datang lebih cepat supaya bisa melihat-lihat dan foto-foto dulu. Hehehe….
Acara dibuka dengan dengan
pembacaan Surat Al-Iqra ayat 1-5 dan sambutan dari Kepala Sekolah. Setelah itu,
barulah acara inti, meet the author.
Waktu udah duduk di depan, baru deh kelihatan kalau aula penuh dengan sekitar 200 siswa Al Bayan plus siswa SMA dan SMP sekitar yang diundang khusus untuk acara ini.
Waktu udah duduk di depan, baru deh kelihatan kalau aula penuh dengan sekitar 200 siswa Al Bayan plus siswa SMA dan SMP sekitar yang diundang khusus untuk acara ini.
Karena ini bukan workshop
atau sejenis itu, saya nggak bawa materi macam-macam. Saya cuma cerita tentang
manfaat membaca dan menulis. Di antara manfaat itu adalah:
- Mengurangi stres (Dr. David Lewis. The Journal of Psychosomatic).
- Mengurangi risiko terkena alzheimer (Natural Academy of Science, Amerika Serikat).
- Memberikan inspirasi (Raplh Wado Emerson).
- Memicu imajinasi, menambah kosakata, mendorong introspeksi diri. (Jordan E. Ayan).
Dalam Islam pun membaca mendapat perhatian
penting. Wahyu yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah saw., pun adalah
perintah untuk membaca. Iqra’. Bacalah.
Namanya obrol-obrol ya mesti interaktif dong :) |
Lalu bagaimana dengan menulis?
Seseorang yang gemar membaca
belum tentu suka menulis. Namun, orang yang suka menulis sebaiknya gemar
membaca. Kenapa? Yuuuk…kembali lagi pada manfaat membaca.
Untuk membangkitkan semangat
teman-teman remaja ini dalam menulis, saya menampilkan beberapa slide berisi quote
dari pada tokoh mengenai menulis. Salah satunya quote ini,
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. ~Pramoedya Ananta Toer~
Itu salah satu sebab R.A.
Kartini lebih populer dibandingkan banyak wanita pejuang lainnya. Kartini
menulis, sedangkan yang lain tidak. Karena tertulis, buah pikiran Kartini masih
dapat dibaca hingga hari ini.
Keterampilan menulis ini penting
untuk dimiliki oleh setiap orang. Bukan berarti harus menjadi penulis puisi, cerpenis,
atau novelis.
Menulis bukan hanya menulis fiksi. Menulis adalah keterampilannya. Apa yang ditulis silakan sesuaikan dengan minat dan bidang keahlian masing-masing.
Dokter menulis, keren. Arsitek menulis, keren. Notaris menulis, keren. Ustaz menulis, keren. Guru menulis, keren.
Buatlah tulisan dalam bidang ilmu yang dikuasai dengan bahasa yang mudah dipahami.
Sekali lagi, belajar menulis nggak berarti harus menjadi penulis puisi, cerpen, atau novel. Lebih lanjut tentang ini bisa dibaca di Untuk Kamu yang Ingin Jadi Penulis Novel dan Duhai Muslimah, Menulislah.
Menulis bukan hanya menulis fiksi. Menulis adalah keterampilannya. Apa yang ditulis silakan sesuaikan dengan minat dan bidang keahlian masing-masing.
Dokter menulis, keren. Arsitek menulis, keren. Notaris menulis, keren. Ustaz menulis, keren. Guru menulis, keren.
Buatlah tulisan dalam bidang ilmu yang dikuasai dengan bahasa yang mudah dipahami.
Sekali lagi, belajar menulis nggak berarti harus menjadi penulis puisi, cerpen, atau novel. Lebih lanjut tentang ini bisa dibaca di Untuk Kamu yang Ingin Jadi Penulis Novel dan Duhai Muslimah, Menulislah.
Sesi Tanya Jawab
Ketika sesi tanya jawab
dimulai, weeeew… banyak sekali yang mengacungkan tangan. Entah karena memang
antusias ingin bertanya atau naksir doorprize di hadapan saya.
Hehehe….
Untuk acara ini, Penerbit Elex Media Komputindo yang menerbitkan tujuh novel saya memberikan 10 buku anyar untuk doorprize. Salah satunya adalah serial terbaru saya dan kelima sahabat saya: Genk Kompor 3.
Untuk acara ini, Penerbit Elex Media Komputindo yang menerbitkan tujuh novel saya memberikan 10 buku anyar untuk doorprize. Salah satunya adalah serial terbaru saya dan kelima sahabat saya: Genk Kompor 3.
Eh tapi kayaknya memang
karena antusias nanya, deh. Buktinya, setelah doorprize habis, teteeeeup banyak
yang nanya sampai saya sesak napas. Hehehe....
Total ada 15 penanya dalam lima sesi dengan dua pertanyaan ditujukan pada putri saya.
Total ada 15 penanya dalam lima sesi dengan dua pertanyaan ditujukan pada putri saya.
Oya, saya memang sengaja
membawa putri saya untuk menunjukkan bahwa siapa saja bisa jadi penulis. Nggak
harus kuliah di Sastra dulu, nggak harus jadi orang dewasa dulu. Anak-anak juga
bisa menjadi penulis.
Saya bahkan bertemu banyak penulis cilik berusia SD dalam ajang KPCI. Bisa dibaca di tulisan saya Aku Punya Karya, Aku Bisa serta Yang Muda Yang Menulis.
Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan umumnya sekitar mendapat inspirasi, nulis tapi nggak selesai, dan
waktu yang paling baik untuk menulis.
Inspirasi bisa didapatkan
dari mana saja. Dari sesuatu yang mengusik pikiran kita, dari peristiwa di
sekitar kita, dari khayalan dan harapan kita, dari curhat teman, dan
sebagainya.
Udah nulis sekian halaman
trus nggak selesai? Kalau mentok banget, tinggalkan aja dulu bentar buat
refreshing. Tapi jangan lama-lama, ntar keburu males.
Kalau sering mentok gitu, ada baiknya di awal membuat kerangka tulisan (outline). Outline ini bukan patokan kaku. Fungsinya adalah sebagai pegangan supaya nggak bingung mau nulis apa.
Dan yang nggak kalah penting, kuatkan tekad. Saya, sih, terus terang ngerasa sayang banget kalau udah nulis berhalaman-halaman trus nggak selesai.
Sesi tanya jawab. |
Lalu, waktu yang paling baik
untuk menulis? Nah, itu relatif sekali. Tiap orang punya prime time masing-masing.
Ada yang suka dini hari, tengah malam, seusai shalat Subuh, sebelum tidur, dan
sebagainya.
Intinya sih, kalau tekad kita kuat, waktu bisa dicari deh. Kalau bisa ngobrol atau main gitar selama berjam-jam, masa buat nulis selama 10-15 menit aja nggak bisa?
Intinya sih, kalau tekad kita kuat, waktu bisa dicari deh. Kalau bisa ngobrol atau main gitar selama berjam-jam, masa buat nulis selama 10-15 menit aja nggak bisa?
Eh, beberapa anak langsung
bilang kalau mereka lebih suka dini hari setelah tahajud dan menunggu waktu
Subuh tiba. Alhamdulillah.
Ogest Si Penyemangat
Ketika memperkenalkan
aktivitas putri saya sewaktu jadi wartawan cilik, saya menampilkan foto salah
satu narasumber yang pernah ia wawancarai.
Namanya Ogest, mantan penyanyi cilik yang lumpuh karena penyakit Guillan Barre Syndrome (GBS).
Namanya Ogest, mantan penyanyi cilik yang lumpuh karena penyakit Guillan Barre Syndrome (GBS).
Dalam kondisinya yang
serba terbatas, Ogest tetap berkarya. Ia tetap menyanyi dan menciptakan lagu.
Caranya menulis lirik lagu pun tak seperti biasa. Hanya sebelah tangannya yang masih bisa digerakkan, itu pun sangat terbatas dan telapak tangannya terus mengepal. Ogest menulis lirik-lirik lagunya dengan cara “meninju” ponselnya.
Caranya menulis lirik lagu pun tak seperti biasa. Hanya sebelah tangannya yang masih bisa digerakkan, itu pun sangat terbatas dan telapak tangannya terus mengepal. Ogest menulis lirik-lirik lagunya dengan cara “meninju” ponselnya.
Ogest saja bisa, kenapa kita yang
masih dianugerahi kesempurnaan fisik masih mencari-cari alasan?
Kisah hidup Ogest ini pernah saya ikutkan dalam Lomba Menulis Come On Inspire Bank OCBC NISP dan menjadi salah satu pemenangnya.
Last but not least, senang
banget berkesempatan datang, bersilaturahmi, dan ngobrol-ngobrol dengan teman-teman di Sukabumi, Al Bayan khususnya.
Sayang nggak sempat jalan-jalan di kompleks SMA keren ini karena harus ngejar travel untuk ke Bandung. Terima kasih banyak, yaaa. :)
Salam,
Sayang nggak sempat jalan-jalan di kompleks SMA keren ini karena harus ngejar travel untuk ke Bandung. Terima kasih banyak, yaaa. :)
Salam,
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.