Ketika memasuki minggu terakhir puasa, teman-teman saya mulai banyak yang menulis status seputar berburu tiket kereta api, mudik, dan THR.
Saya? Hm… saya senyum-senyum aja, deh. Bagi saya, kedua hal tersebut tidak
berlaku.
"Lhooo, kenapa nggak mudik? Mudik, dong. Berlebaran di kampung
halaman dengan orangtua dan saudara-saudara."
Hehehe… memangnya saya mau mudik
ke mana? Di Bandung kan saya tinggal bersama orangtua. Yang ada, ketika Lebaran
kakak-kakak dan keponakan yang mudik ke rumah orangtua saya.
Bikin THR Sendiri
Selain mudik, eforia “dapat THR” juga tak berlaku bagi saya.
Saya bukan karyawan di perusahaan mana pun. “Kantor” saya banyak tetapi saya
bukan karyawan.
Jelasnya, saya adalah seorang freelancer alias pekerja lepas. Dengan demikian, saya tidak termasuk kelompok orang yang mendapat THR dari perusahaan. Kalau mau THR, saya harus mengupayakannya sendiri.
Saya yakin, tak cuma saya yang harus “menyediakan THR” untuk
diri sendiri. Para pekerja lepas dan mereka yang bekerja di sektor informal
pasti akrab dengan hal ini.
Berbagi pengalaman mengelola keuangan dengan penghasilan tidak tetap:
Berbagi pengalaman mengelola keuangan dengan penghasilan tidak tetap:
Nah, di sinilah tantangannya. Sebagai single parent
dan freelancer, saya harus pintar-pintar mengatur dana yang ada agar tak
amblas gara-gara ingin berlebaran secara meriah.
Bisa saja ketika menjelang Lebaran ada honor meluncur ke rekening
saya tapi itu bukan alasan untuk membelanjakannya sesuka hati.
Penghasilan freelancer sangat tidak tetap. Bisa jadi bulan ini dapat 10 juta, misalnya, tapi dua-tiga bulan berikutnya cuma dapat beberapa ratus ribu rupiah atau malah nol.
Kalau tidak cermat keuangan, bisa berabe.
Penghasilan freelancer sangat tidak tetap. Bisa jadi bulan ini dapat 10 juta, misalnya, tapi dua-tiga bulan berikutnya cuma dapat beberapa ratus ribu rupiah atau malah nol.
Kalau tidak cermat keuangan, bisa berabe.
Lebaran Tanpa Miskin Mendadak
Lalu bagaimana supaya suasana Lebaran tetap menyenangkan
tanpa membuat saya miskin mendadak setelahnya?
Setidaknya, ini yang akan saya lakukan.
1. Hari Kemenangan
Ya, memantapkan dalam hati bahwa Hari Raya
Idul Fitri adalah hari kemenangan setelah sebulan berpuasa.
Sebulan digembleng
untuk mengendalikan hawa nafsu. Sebulan dilatih untuk lebih peduli pada sesama,
lebih berempati pada kaum dhuafa.
Kalau saya berlebih-lebihan dalam merayakan
Idul Fitri, berarti puasa saya belum sampai menyentuh maknanya.
2. Menentukan pengeluaran khusus Lebaran.
Sebenarnya tak
terlalu banyak yang dipersiapkan untuk Lebaran. Hanya sedikit makanan, kue-kue,
dan pakaian untuk anak-anak.
Kebetulan saya bukan jenis orangtua yang setiap
bulan membelikan pakaian baru untuk anak-anak. Jadi, tak ada salahnya
membeli baju baru untuk berlebaran (biasanya sih sudah mencuri start sebelum
Ramadhan).
Harga sembako yang selalu melonjak di
bulan-bulan ini membuat saya mau tak mau harus merogoh kocek lebih dalam.
3. Memisahkan dana untuk membayar zakat.
Jangan sampai
deh berpuasa penuh sebulan tapi zakat (terutama zakat fitrah) tak dibayar.
Jika mendapat dana lebih menjelang Lebaran, akan langsung saya alokasikan
sebagai berikut.
- Untuk kebutuhan rutin (bayar telepon, listrik, dsb). Hari Raya memang istimewa, tetapi ada pengeluaran rutin yang tetap harus dibayarkan.
- Untuk jalan-jalan. Karena anak-anak libur sekolah, perlu juga jalan-jalan begini. Nggak usah jauh-jauh. Di Bandung juga kan banyak tempat yang menarik untuk didatangi. Kalau sudah jalan-jalan, pasti ujungnya makan-makan.
- Untuk tambahan modal toko buku online saya.
- Untuk tabungan.
- Untuk cadangan buat bulan depan (antisipasi kalau bulan depan pemasukan sedikit).
Tabungan
Bicara tentang tabungan, saya memaksa diri berdisiplin. Caranya adalah dengan menabung di awal bulan melalui autodebit.
Tips menabung dan berinvestasi dari recehan:
Tabungan yang saya pilih adalah tabungan berjangka, yaitu tabungan pendidikan dan tabungan pensiun. Dengan autodebit ini, saya bisa meminimalkan risiko lupa menabung.
Tabungan berjangka untuk rencana keuangan masa depan. |
Bagi saya, tabungan berjangka ini penting untuk masa depan.
Tabungan berjangka juga mencegah saya gatal tangan untuk menarik dana yang ada
setiap saat.
Dengan begitu, dana yang tersimpan akan relatif lebih aman dan bisa dipergunakan sesuai tujuan di masa depan.
Dengan begitu, dana yang tersimpan akan relatif lebih aman dan bisa dipergunakan sesuai tujuan di masa depan.
Saat ini tak perlu repot mencari informasi tentang tabungan
berjangka atau produk finansial lainnya. Kita bisa mencarinya melalui internet
terlebih dahulu. Supaya lebih gampang, bisa buka situs www.cermati.com.
Situs cermati.com membantu mencari produk finansial yang kita butuhkan. |
www.cermati.com akan
membantu menemukan produk finansial terbaik. Produk-produk yang ditawarkannya
memungkinkan kita dengan mudah melakukan perbandingan antara berbagai bank,
untuk kemudian membuat keputusan yang paling tepat sesuai dengan situasi finansial
dan kebutuhan kita.
Ada banyak produk di www.cermati.com.
Dari tabungan biasa, tabungan berjangka, deposito syariah, hingga kredit
pemilikan rumah.
Tiap produk menghadirkan alternatif dari bank-bank ternama seperti BNI, BCA, dan Mandiri.
Tiap produk menghadirkan alternatif dari bank-bank ternama seperti BNI, BCA, dan Mandiri.
Alhamdulillah, saya sudah memiliki tabungan berjangka dari BNI. Namun, ketika melihat-lihat produk www.cermati.com, sepertinya saya tertarik membuka tabungan bisnis untuk toko buku online saya agar tidak tercampur dengan uang untuk tabungan dan kebutuhan sehari-hari.
Karena usaha saya masih kecil-kecilan (saya biasa menyebutnya “usaha modal menyisihkan uang belanja”), saya mesti memilih yang setoran awalnya terjangkau.
Bijak Finansial
Lebaran memang ditunggu-tunggu tetapi bukan berarti bisa
bebas tanpa kendali. Pengendalian diri yang sudah dilatih selama sebulan
berpuasa, akan diuji pada 11 bulan lainnya, dimulai dari saat Lebaran.
Bijak finansial merupakan salah satu bentuk pengendalian diri itu.
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.