Ketika akan memasuki bulan Ramadhan kemarin, saya sudah menyusun sejumlah rencana.
Melaksanakan ibadah-ibadah bulan Ramadhan seperti berpuasa, tadarus Al-Qur’an, shalat tarawih dan shalat-shalat sunat lainnya, serta banyak-banyak berzikir dan berdoa, tentu saja masuk ke daftar.
Di bulan Ramadhan, kan, Allah melipatgandakan pahala. Itu yang saya tahu. Masa sih mau disia-siakan? Sayang banget.
Kerja Juga Ibadah
Selain itu, tetap bekerja juga ada dalam daftar saya. Menyelesaikan
beberapa naskah novel yang lama terbengkalai, mengedit naskah-naskah orderan
dari penerbit, menulis di blog, berjualan buku di toko online saya, dan
sebagainya.
Puasa-puasa kok masih sibuk aja mengejar dunia?
Hehehe… mau bertanya seperti itukah? Saya bukan mengejar dunia tapi mencari
nafkah yang halal. Beda, dong.
Menurut saya, sih, kalau mengejar dunia sudah
tutup mata tutup kuping atas segala yang ada di kiri kanannya, bahkan kalau
perlu dengan menghalalkan segala cara.
Sementara itu, mencari nafkah yang halal justru diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an.
Sementara itu, mencari nafkah yang halal justru diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an.
“Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui yang gaib dan nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah [9]: 105)
Kalau mau mengikuti teladan Nabi Muhammad saw., tentu nggak ada alasan
dong buat nggak bekerja di bulan Ramadhan. Nabi Muhammad saw., adalah seorang
pekerja dan pedagang yang ulet, rajin, dan jujur.
“Sesungguhnya di antara dosa-dosa, ada yang tidak bisa dihapus (ditebus) dengan pahala shalat, sedekah, atau haji namun hanya dapat ditebus dengan kesusahpayahan dalam mencari nafkah." (HR. Ath-Thabrani)
Jadi, bekerja pun bernilai ibadah selama diniatkan karena Allah.
Jauh Panggang dari Api
Rencana bisa saja disusun secara mendetail. Niat pun bisa saja begitu
mulia. Namun, kenyataan berkata lain. Selama bulan Ramadhan ini badan saya
rasanya lemeees melulu.
Seingat saya tahun lalu nggak seperti ini, deh. Ramadhan tahun lalu saya
mondar-mandir mengurus ini itu untuk mendaftaran anak-anak ke SMP dan SMK.
Stamina tetap fit.
Kok tahun ini loyo banget, ya? Padahal saya selalu makan sahur. Kenyataannya, badan lemas terus dan mata mengantuk melulu. Malas melakukan apa-apa. Bawaannya ingin tidur dan bermalas-malasan saja.
Jika dipaksakan bekerja pun rasanya kurang konsentrasi. Gagal fokus terus, rasanya.
Kok tahun ini loyo banget, ya? Padahal saya selalu makan sahur. Kenyataannya, badan lemas terus dan mata mengantuk melulu. Malas melakukan apa-apa. Bawaannya ingin tidur dan bermalas-malasan saja.
Jika dipaksakan bekerja pun rasanya kurang konsentrasi. Gagal fokus terus, rasanya.
Duh, apa yang salah nih? Sayang sekali kalau Ramadhan berlalu begitu saja.
Kurang Cairan
Setelah beberapa hari lemas nggak jelas, akhirnya saya mencari informasi
ke sumber-sumber tepercaya di internet, salah satunya adalah website AQUA.
Ternyata badan saya yang lemas dan loyo di bulan Ramadhan ini kemungkinan karena
kurangnya asupan cairan.
Salah satu
komponen utama dalam tubuh manusia kan air. Bahkan, 60% dari berat badan
manusia adalah air.
Beberapa penelitian pun menunjukkan bahwa terpenuhinya kebutuhan cairan dalam tubuh akan membantu kita tetap sehat terhindar dari berbagai penyakit.
Beberapa penelitian pun menunjukkan bahwa terpenuhinya kebutuhan cairan dalam tubuh akan membantu kita tetap sehat terhindar dari berbagai penyakit.
Hm… pantas saja ketika tubuh saya kekurangan cairan, badan langsung terasa
lemas dan susah berkonsentrasi.
Bekerja pada malam hari, jangan lupa minum ya. |
Tapi namanya juga, kan, puasa. Nggak minum seharian. Wajar, dong, kalau
kekurangan cairan.
Benar, selama berpuasa, pada siang hari memang tidak ada asupan cairan ke
dalam tubuh.
Namun, bukan berarti wajar kalau tubuh sampai kekurangan cairan. Tubuh membutuhkan cairan dalam jumlah yang sama pada saat berpuasa dan saat tidak berpuasa.
Namun, bukan berarti wajar kalau tubuh sampai kekurangan cairan. Tubuh membutuhkan cairan dalam jumlah yang sama pada saat berpuasa dan saat tidak berpuasa.
Jika tidak sedang berpuasa, bisa minum kapan saja. Ketika berpuasa tentu
tidak bisa, padahal kebutuhan tubuh tidak berkurang.
Artinya, kita tetap harus minum air sebanyak yang biasa kita minum pada hari-hari tidak berpuasa, minimal dua liter sehari.
Artinya, kita tetap harus minum air sebanyak yang biasa kita minum pada hari-hari tidak berpuasa, minimal dua liter sehari.
Minum sekaligus dua liter ketika sahur memang ridak mungkin. Kita, kan,
bukan unta yang bisa minum berliter-liter air sekaligus untuk cadangan selama
beberapa hari.
Lagi pula, mual juga kalau minum air sebanyak itu sekaligus. Mengikuti teladan Rasulullah saw., makan dan minumlah secukupnya dan jangan berlebih-lebihan.
Lagi pula, mual juga kalau minum air sebanyak itu sekaligus. Mengikuti teladan Rasulullah saw., makan dan minumlah secukupnya dan jangan berlebih-lebihan.
Trik 242
AQUA menyarankan kita menggunakan trik 242 untuk memenuhi kebutuhan tubuh
akan cairan pada bulan Ramadhan.
Lebih rincinya begini:
- Saat berbuka puasa, awali dengan meminum satu gelas air
putih. Setelah menyantap takjil, minum satu gelas lagi.
- Saat malam, minum empat gelas. Tidak perlu sekaligus
empat gelas, ya. Kita bisa meminumnya dalam beberapa kesempatan. Yang
penting, terpenuhi. Misalnya 1 gelas sebelum makan malam, 1 gelas setelah
makan malam, 1 gelas setelah shalat tarawih dan saat tadarus Al-Qur’an, serta
1 gelas air putih lagi ketika akan tidur.
- Saat sahur, minum dua gelas lagi. Satu gelas ketika baru bangun tidur dan akan sahur, serta satu gelas lagi setelah selesai makan.
Jaga asupan cairan selama berpuasa agar tubuh selalu fit. |
Total jadi delapan gelas. Kalau 1 gelas = 250 ml, berarti 8 gelas = 2.000 ml
alias dua liter. Sesuai dengan kebutuhan tubuh kita.
Untuk mendapatkan hasil terbaik, sangat disarankan untuk mengonsumsi air
putih. Minum teh atau kopi sih boleh-boleh saja, tetapi tidak disarankan,
lebih-lebih pada orang yang mempunyai masalah lambung seperti saya.
Alih-alih bikin segar, langsung minum kopi saat berbuka puasa malah bisa memicu sakit maag. Kalau untuk sahur, saya memang sudah menghindari minum teh atau kopi karena kedua minuman ini bersifat diuretik.
Pengalaman yang sudah-sudah, sih, jadi lebih sering buang air kecil setelah minum teh atau kopi. Akibatnya, belum juga tengah hari sudah merasa sangat haus.
Alih-alih bikin segar, langsung minum kopi saat berbuka puasa malah bisa memicu sakit maag. Kalau untuk sahur, saya memang sudah menghindari minum teh atau kopi karena kedua minuman ini bersifat diuretik.
Pengalaman yang sudah-sudah, sih, jadi lebih sering buang air kecil setelah minum teh atau kopi. Akibatnya, belum juga tengah hari sudah merasa sangat haus.
Kenapa minum air putih lebih baik? Air putih baik sekali kita konsumsi
karena tidak mengandung pewarna, pemanis, atau pengawet. Air putih juga tidak
memicu naiknya asam lambung seperti kopi, teh, atau minuman bersoda.
Minum Cukup, Tubuh Sehat, Puasa Lancar
Setelah mengetahui trik itu, saya segera menerapkannya. Alhamdulillah, badan
jadi lebih fit dan puasa jadi lebih lancar.
Saya tetap sanggup hunting buku-buku untuk toko online saya, menjualnya, serta mengirimkan paket-paket buku kepada pembeli.
Masih ada tenaga, deh, buat mengangkut paket-paket itu ke agen ekspedisi.
Saya tetap sanggup hunting buku-buku untuk toko online saya, menjualnya, serta mengirimkan paket-paket buku kepada pembeli.
Masih ada tenaga, deh, buat mengangkut paket-paket itu ke agen ekspedisi.
Tetap bekerja seperti biasa. |
Kemarin-kemarin saya menyiasati badan lemas dan gagal fokus di siang hari
dengan bekerja pada malam hari.
Sekarang, setelah memperbaiki asupan cairan ke dalam tubuh, saya juga bisa bekerja pada siang hari. Kemarin siang saya berhasil proofing naskah sebanyak hampir 300 halaman.
Sekarang, setelah memperbaiki asupan cairan ke dalam tubuh, saya juga bisa bekerja pada siang hari. Kemarin siang saya berhasil proofing naskah sebanyak hampir 300 halaman.
Puasa memang bukan alasan untuk bermalas-malasan. Puasa justru menjadi
saat kita memperbanyak ibadah dan berlomba-lomba melakukan kebaikan.
Semoga Allah memperpanjang usia kita agar dapat bertemu dengan Ramadhan
tahun depan.
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.