Selama beberapa hari di akhir September hingga awal Oktober
kemarin saya berkesempatan menginap di The 101 Hotel Jakarta Sedayu Dharmawangsa, Jakarta.
Hotel yang terletak di Darmawangsa Square ini nyaman. Namun, saya tak bisa sepenuhnya menikmati kenyamanan itu karena banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan. Yup, saya menginap di sana memang dalam rangka bekerja.
Nggak usah jauh-jauh, deh. TV dengan puluhan saluran di kamar
saja tak sempat dinyalakan. Pukul tujuh sudah turun ke ruang makan, lalu
mendekam di ruang meeting sepanjang hari.
Waktu nginep di hotel yang ini juga bukan asli staycation, tapi lagi ada kerjaan. Cuma kan selalu ada waktu buat bersantai di sela pekerjaan :D
Kembali sebentar ke kamar untuk shalat Zuhur, Ashar, dan Maghrib. Malam hari, masuk kamar pun sambil memeluk setumpuk berkas.
Waktu nginep di hotel yang ini juga bukan asli staycation, tapi lagi ada kerjaan. Cuma kan selalu ada waktu buat bersantai di sela pekerjaan :D
Kembali sebentar ke kamar untuk shalat Zuhur, Ashar, dan Maghrib. Malam hari, masuk kamar pun sambil memeluk setumpuk berkas.
Tempat Favorit di The 101 Hotel
Hahaha…. Jujur saja, restoran dan lounge hotel ini
menjadi tempat favorit saya. Karena saya hobi makan? Haduuuh… nggak juga.
Bagi saya makan itu untuk hidup, bukan hidup untuk makan. Lagi pula, tak semua makanan yang tersedia di sana bisa saya santap karena pertimbangan kesehatan. Bukan karena lagi diet untuk menurunkan berat badan.
Bagi saya makan itu untuk hidup, bukan hidup untuk makan. Lagi pula, tak semua makanan yang tersedia di sana bisa saya santap karena pertimbangan kesehatan. Bukan karena lagi diet untuk menurunkan berat badan.
Jadi, meskipun makanan di hotel ini menggugah selera dan
teman-teman saya sering mengiming-imingi “Ini enak banget, Noooo”, saya tak
tergoda.
Paling-paling hanya bisa nyengir melihat makanan berbahan udang atau cumi-cumi yang menguarkan aroma sedap.
Paling-paling hanya bisa nyengir melihat makanan berbahan udang atau cumi-cumi yang menguarkan aroma sedap.
Lantas, makan apa?
Wohoho… kalem. Banyak pilihan, kok. Tapi yang mau saya
ceritakan di sini hanya dessert-nya.Seperti biasa, ini berarti "Eno was here". :D |
Dari Dessert ke Dessert
Well, saya memang
penggemar dessert. Mungkin karena saya memang lebih suka mengemil
daripada menyantap makanan berat. Lagi pula di area dessert ini saya tak
perlu bertemu dengan beraneka pantangan. Whuaaa… senangnya.
Beragam hidangan penutup saya nikmati di sana. Puding
termasuk yang sering muncul. Favorit saya adalah puding yang berwarna coklat dengan saus madu ini. Manis, lembut, dan sepintas ada rasa seperti biskuit marie, tapi dalam versi yang sangat lembut.
Puding, cheese cake, dan black forest. Dessert yang maknyus di The 101 Hotel. |
Terganggu dengan penyajiannya yang sepiring bertiga dengan cheese
cake dan black forest? Hehehe… itu karena saya males mondar-mandir
mengambil dessert yang semuanya menggoda mata. Jadi, saya gabungkan saja
dalam satu piring.
Cheese cake-nya juga sedap menggoyang lidah. Tapi saya tetap menempatkan si puding ini di nomor satu karena rasanya lebih ringan dan segar.
Di lidah saya, puding-puding yang lain tak seenak puding yang satu ini. Vlanya juga terlalu terasa susunya. Bagi orang lain sih mungkin enak. Sayangnya, saya bukan penikmat susu.
Makanan yang ini juga cocok loh buat dijadikan dessert ala hotel berbintang:
Cheese cake-nya juga sedap menggoyang lidah. Tapi saya tetap menempatkan si puding ini di nomor satu karena rasanya lebih ringan dan segar.
Di lidah saya, puding-puding yang lain tak seenak puding yang satu ini. Vlanya juga terlalu terasa susunya. Bagi orang lain sih mungkin enak. Sayangnya, saya bukan penikmat susu.
Makanan yang ini juga cocok loh buat dijadikan dessert ala hotel berbintang:
- Siliwangi Bolu Kukus, Jajanan Kekinian di Bogor
- Bika Bogor Talubi dari talas dan ubi.
- Bolu Susu Lembang yang Mantul
Serba puding di The 101 Hotel Jakarta Sedayu Darmawangsa. |
Selain bermacam-macam puding, beraneka pastry juga tersedia
di sana.
Ada pie, camilan kesukaan saya. :) |
Beraneka pastry. |
Bisa menebak mana favorit saya? Betuuuul…. Pai buah. Saya suka
pai, makanya saya ambil dua. Hehehe…. Alhamdulillah, rasanya memuaskan.
Kulit painya renyah (tapi tidak terlalu renyah sehingga belum-belum sudah hancur). Tekstur vlanya lembut.
Di lidah saya, vlanya terasa manis tapi tidak terlalu manis sehingga malah membuat saya ingin menambah beberapa potong pai lagi… kalau nggak malu. 😀
Kulit painya renyah (tapi tidak terlalu renyah sehingga belum-belum sudah hancur). Tekstur vlanya lembut.
Di lidah saya, vlanya terasa manis tapi tidak terlalu manis sehingga malah membuat saya ingin menambah beberapa potong pai lagi… kalau nggak malu. 😀
Pizzanya juga enak. Tapi mungkin karena saya sudah lebih dulu
kenyang sarapan nasi, kelezatannya jadi tidak terasa maksimal. Pastry lain yang
sempat saya cicipi sih menurut saya tidak istimewa.
Jajan Pasar di Hotel Bintang 4
Kue-kue jajanan pasar khas Indonesia juga hadir sebagai hidangan
penutup di The 101 Hotel. Beraneka warna dan berukuran imut-imut.
Dibandingkan dengan kue tradisional yang biasa dijual di pasar atau toko kue di depan kompleks saya, yang di The 101 ini memang berukuran lebih imut. Ada bika ambon, kue lapis, apem, kue pukis, dan kue talam.
Dibandingkan dengan kue tradisional yang biasa dijual di pasar atau toko kue di depan kompleks saya, yang di The 101 ini memang berukuran lebih imut. Ada bika ambon, kue lapis, apem, kue pukis, dan kue talam.
Jajan pasar di hotel berbintang. |
Keberadaan kue-kue jajanan pasar di hotel sekelas The 101 Hotel Jakarta Sedayu
Dharmawangsa ini
patut diapresiasi.
Iya, dong. Biar orang-orang asing yang nginep di sini juga kenal sama kue khas Indonesia. Selain kue jajan pasar, ada juga beberapa bubur manis khas Indonesia seperti bubur ketan hitam dengan saus santan yang gurih.
Iya, dong. Biar orang-orang asing yang nginep di sini juga kenal sama kue khas Indonesia. Selain kue jajan pasar, ada juga beberapa bubur manis khas Indonesia seperti bubur ketan hitam dengan saus santan yang gurih.
Itu yang kue-kue. Gimana dengan hidangan penutup berupa
buah-buahan? Waaah… selalu tersedia kalau yang ini mah. Penikmat buah-buahan
dimanjakan, deh, di sini. Tapi buat saya buah-buahan bukan hidangan penutup.
Saya biasa memakan buah dulu, baru kemudian hidangan utama dan hidangan penutup.
Menurut beberapa artikel yang pernah saya baca, urutan seperti ini lebih sehat bagi tubuh, sekaligus dapat menekan nafsu makan sehingga mengurangi risiko kegemukan.
Saya biasa memakan buah dulu, baru kemudian hidangan utama dan hidangan penutup.
Menurut beberapa artikel yang pernah saya baca, urutan seperti ini lebih sehat bagi tubuh, sekaligus dapat menekan nafsu makan sehingga mengurangi risiko kegemukan.
Nah, kamu kira-kira suka dessert yang mana?
Salam,
Triani Retno A
Penulis Buku, Novelis, Editor Freelance
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.