Dari
dulu sampai sekarang, dalam urusan ponsel saya tetap sama: REWEL. Entah untuk
ponsel yang saya pakai sendiri atau yang untuk dipakai oleh anak saya.
Kalau
untuk saya pribadi, kerewelan itu hanya
pada harga dan fitur. Biasa dong emak-emak, maunya yang kualitas bagus
tapi harga ekonomis. Hehehe….
Kalau
untuk anak-anak, penyebab kerewelan itu lebih panjang: harga, fitur, manfaatnya
buat anak, dan keamanan.
Satu
tahun mengulur waktu membelikan ponsel untuk anak sulung saya (ketika itu dia
kelas 4 SD) gara-gara dua faktor terakhir itu.
Seberapa bermanfaatnya, sih,
ponsel pintar yang ramah anak? Aman nggak sih anak seumur dia bawa ponsel sendiri? Beda keluarga beda cerita, pastinya. Masing-masing pasti punya pertimbangan tersendiri untuk membelikan atau tdak membelikan ponsel untuk anak..
Setelah
timbang sana timbang sini, akhirnya saya putuskan untuk mengizinkannya membeli
ponsel. Namun, setelah dia duduk di kelas lima daaaan… dia harus menabung uang
sakunya untuk keperluan itu.
Setahun
berlalu, akhirnya si Kakak memiliki ponsel sendiri. Ponsel murah meriah saja.
Yang penting bisa untuk telepon, SMS, plus ada kamera.
Dengan ponsel begitu
saja dia sudah girang. Sudah tidak jadi makhluk asing di tengah teman-temannya
yang memiliki ponsel.
Saya
juga senang karena ternyata dia bisa mengoptimalkan fungsi ponselnya itu. Tidak
cuma untuk SMS-an dengan teman atau foto-fotoan, tapi juga untuk mewawancarai
orang-orang.
Yup, ponsel sederhana itu menjadi andalannya sebagai wartawan
cilik untuk merekam obrolan dengan narasumber.
Sekadar Ponsel Tak Lagi Cukup
Ponsel
pertamanya itu hanya bertahan setahun. Ketika akan membelikan ponsel kedua,
pertimbangan saya lebih panjang dan lama.
Pasalnya, yang diinginkan si Kakak
sekarang adalah ponsel pintar yang terkoneksi ke internet. A
duh, anak kelas
enam SD pegang ponsel pintar sendiri? Berbagai bayangan negatif langsung
menyerbu saya yang mungkin kebanyakan menyimak berita di TV dan internet.
|
Sisi negatif jika anak memiliki ponsel pintar |
Duuuh…paranoid sekali rasanya. Masih dibalut rasa paranoid,
saya coba menggunakan akal sehat.
Selalu ada dua sisi dalam hidup. Ada negatif
pasti ada positifnya. Jadi, apa sisi positifnya?
|
Sisi positif jika anak memiliki ponsel pintar |
Well, setelah si Kakak
berjanji akan lebih rajin belajar, barulah saya mengizinkannya memiliki ponsel
pintar pertamanya. Anak sekarang berada di zaman yang berbeda dengan zaman saya
dulu.
Suka tidak suka, itu harus saya terima. Tinggal bagaimana saya sebagai
orangtua mengarahkan dan mendampinginya.
Sekarang
si Kakak duduk di kelas 8 SMP. Ponsel pintar menjadi temannya sehari-hari. Dia
akan galau tingkat bidadari kalau kuota internetnya habis atau internet lola.
|
Anak-anak dan gadget. |
Khawatir?
Hehe… masiiih. Apalagi sekarang adiknya yang kelas 3 SD sudah mulai suka main ponsel, meminjam ponsel saya atau si Kakak. Namun, saya mencoba berkepala dingin saja.
Si Kakak banyak
menggunakan ponselnya untuk bergaul di medsos dan browsing. Tugas saya
mengawasi, menjaga komunikasi dengannya, dan berdoa supaya dia tidak kebablasan
dalam menggunakan ponsel pintarnya.
Untunglah, dia tetap senang bergaul dengan
teman-teman sekolahnya, tetap senang membaca buku, dan tetap menulis. Lebih lanjut saya tulis dalam artikel Berliterasi Sejak dari Rumah.
|
Tetap suka membaca di tengah serbuan gadget |
Ponsel Pintar yang Ramah Anak
Sekarang,
kekhawatiran dan kerewelan orangtua seperti saya agaknya akan berkurang drastis
setelah Acer mengeluarkan ponsel pintar yang baru. Acer Liquid Z320.
Apa
keistimewaannya?
|
Acer Liquid Z320 |
Sebelumnya,
kita lihat lagi yuk, apa yang paling membuat orangtua khawatir jika anak
menggunakan ponsel, baik ponsel milik sendiri maupun meminjam milik orangtua.
Yup, khawatir anak terlalu asyik menggunakan ponsel hingga lupa waktu dan
kebablasan mengakses internet.
Nah,
Acer Liquid Z320 mengantisipasi hal tersebut dengan menyediakan fitur Kids
Center yang memang didesain khusus untuk anak-anak.
|
Kids Center pada Acer Liquid Z320 |
Dalam fitur yang sudah
pre-install di Acer Liquid Z320 ini ada parental
control. Dengan parental control ini, orangtua bisa melakukan
hal-hal berikut.
|
Ada laporan penggunaan langsung ke email orangtua. |
1. Mengatur situs web yang boleh
dikunjungi oleh anak.
Huuuft. Lega banget, deh. Anak-anak jadi
terhindar dari situs-situs yang tak layak mereka datangi. Serem banget kan, ya,
kalau anak-anak kita sampai membuka situs yang berbau pornografi atau sadis.
Orangtua tetap perlu menerapkan budaya sensor mandiri sebagai bentuk kepedulian terhadap anak.
2. Mengatur waktu anak untuk bermain
dengan ponsel pintar.
Dengan pengaturan ini, anak-anak tidak
akan main game atau berselancar sampai lupa waktu. Orangtua
yang agak pelupa seperti saya juga akan terbantu banget. “Main game-nya
15 menit aja yaaa!”
Tapi karena sama-sama lupa, yang 15 menit itu bisa mulur jadi setengah jam,
bahkan lebih. Nah, dengan Acer Liquid Z320 tidak perlu lagi ada kejadian
seperti ini.
Orangua juga akan mendapat laporan penggunaan lho. Jadi, kita bisa
tahu apa saja yang dibuka oleh anak dan berapa digunakannya.
3. Mengatur agar anak tidak bisa membeli
aplikasi baru tanpa izin orangtua.
Penting, nih, supaya kartu kredit
orangtua nggak jebol atau pulsa mendadak nol karena anak asyik belanja aplikasi
atau mengunduh ini-itu yang berbayar tanpa menyadari konsekuensinya.
Jadi nggak
perlu lagi rewel mengingatkan, “Main game yang yang gratis
aja, ya. Jangan yang pake bayar!”
|
Pilih aktivitas apa? Belajar atau bermain? |
Ketika
menggunakan Acer Liquid Z320 anak tetap bisa memaksimalkan potensi mereka.
Ini
karena adanya aplikasi untuk menggambar, mewarnai, plus kamera khusus anak yang
dilengkapi dengan banyak pilihan latar belakang dan stiker.
Selain itu, ada
ribuan aplikasi edukasi yang akan membantu anak-anak belajar dan mengasah
kreativitas.
Dan yang nggak kalah penting, anak-anak nggak akan bosan karena kontennya itu-itu saja. Kok bisa?
Oooh… ternyata karena Kids Center ini dilengkapi dengan update content. Keren banget!
|
Menu belajar di Kids Center. |
Saya,
sih, melihat adanya Kids Center dari Acer Liquid Z320 ini sebagai sarana agar
anak-anak mendapat manfaat positif dari kecanggihan teknologi. Selain itu juga menjadi rambu-rambu agar mereka tetap bersosialisasi dengan teman-teman dan keluarga mereka
di dunia nyata.
Nggak mau, dong, kalau anak piawai menggunakan gadget tetapi
antisosial.
Jadi,
yuk manfaatkan teknologi keren ini untuk mengoptimalkan potensi dan kreativitas
secara positif.
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.