Apa yang terbayang di benak
Teman-teman tentang pupuk cair? Lebih tepatnya, pupuk cair yang dari sampah
buah dan sayur?
“Hueks!
Bau!”
“Pasti
baunya busuk banget.”
Saya juga
sempat berpikiran seperti itu. Yang terbayang adalah tumpukan sampah di
TPS/TPA, plus air lindinya yang menggenang di mana-mana. Bau banget!
Seputar pengelolaan sampah ini saya tulis juga dalam artikel Daur Ulang Sampah Plastik dan Komposting serta Mengolah Barang Bekas Menjadi Bernilai Jual.
Pengolahan Sampah Sederhana
Ketika
menunggu Mbak Gibthi menjemput, saya berkesempatan melihat tempat pengolahan
sampah buah dan sayur di halaman belakang Superindo Ujungberung.
Tempat
pengolahan sampah basah itu sederhana saja. Hanya berupa dua tong plastik besar
berwarna biru tua. Bersih. Tidak ada yang berceceran di luar. Semua sampah
basah masuk ke tong itu.
Tong tersebut ditutup rapat, namun ada sebuah lubang udara di bagian atasnya.
Tong tersebut ditutup rapat, namun ada sebuah lubang udara di bagian atasnya.
Kang
Herdiana dari Superindo Ujungberung mengatakan bahwa sampah buah dan sayur yang
diolah dengan cara ini (ditambah dengan EM4 untuk memfermentasikan sampah organik secara cepat) sama sekali tidak menimbulkan bau busuk. “Baunya seperti peuyeum, bau ragi,”
ujarnya.
Saya
nggak percaya, dong. Masa, sih, nggak ada bau busuk? Penasaran, akhirnya saya
membuka tutup tong biru itu.
Eh, iyaaa. Ternyata Kang Herdiana benar. Baunya seperti peuyeum atau tape. Wah, kalau nggak menimbulkan bau begini, layak banget dong buat diterapkan di rumah.
Eh, iyaaa. Ternyata Kang Herdiana benar. Baunya seperti peuyeum atau tape. Wah, kalau nggak menimbulkan bau begini, layak banget dong buat diterapkan di rumah.
Pupuk Gratis
Sampah buah dan sayur yang diproses dengan cara tersebut
menghasilkan dua macam produk: kompos dan pupuk cair. Itu sebabnya di bagian
bawah tong ini ada keran. Fungsinya untuk mengalirkan pupuk cair.
“Trus, pupuk cair dan kompos itu dikemanain, Kang?” Benak
saya menduga, pasti dijual.
Ternyata dugaan saya salah besar. Kompos dan pupuk cair
hasil komposting itu tidak dijual. Warga sekitar yang membutuhkannya dapat
memperolehnya secara gratis.
Iya, gratis. Paling-paling bawa tempat sendiri dari rumah. Kalau untuk pupuk cair, bawa botol bekas kemasan air mineral.
Iya, gratis. Paling-paling bawa tempat sendiri dari rumah. Kalau untuk pupuk cair, bawa botol bekas kemasan air mineral.
Sayangnya, belum semua Superindo menerapkan hal ini.
Semoga ke depannya semua cabang Superindo (bahkan semua sektor usaha dan rumah
tangga) menerapkannya.
Ahaha… saya jadi teringat novel saya yang terbit tahun
2008 (ditulisnya sih tahun 2005), Kilau Satu Bintang. Alia, si mantan
copywriter yang tak bisa diam di rumah, memutuskan mengolah sampah menjadi
kompos. Tepatnya setelah TPA Leuwigajah longsor dan menewaskan kedua orangtua
Eni, remaja yang bekerja sebagai ART di rumahnya.
Kilau Satu Bintang, novel saya yang mengangkat masalah lingkungan hidup. |
Yang saya lihat sekarang bukan novel melainkan kenyataan. Senang
rasanya bertemu orang-orang dan perusahaan yang berkomitmen
pada masalah pengelolaan sampah.
Salam,
TR
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.