Ketika itu saya diberi sebuah celengan berbentuk tupai. Di bagian bawahnya ada tutup yang mudah dibuka. Sesekali saya diajak ke bank untuk menabung.
Ketika
kuliah dan mulai punya penghasilan sendiri, yang terpikir pertama kali oleh
saya adalah mengelola keuangan saya dengan menabung.
Demikian pula tahun-tahun selanjutnya. Ketika mendapat uang, selalu mendahulukan menabung.
Demikian pula tahun-tahun selanjutnya. Ketika mendapat uang, selalu mendahulukan menabung.
Bagi saya
ketika itu, begitulah cara investasi untuk masa depan. Menabung di awal
merupakan cara yang efektif agar penghasilan tidak langsung bablas tanpa sisa. Singkatnya sih, besar atau kecil keuangan harus dikelola.
Kalau saya pegawai kantoran, mungkin repotnya tak seberapa karena bulan depan toh akan mendapat gaji lagi.
Kalau saya pegawai kantoran, mungkin repotnya tak seberapa karena bulan depan toh akan mendapat gaji lagi.
Kenyataannya,
saya adalah seorang freelancer. Kalau tidak berdisiplin menabung di awal
mendapat penghasilan, bisa kerepotan sendiri ketika musim sepi order datang. Bijak mengelola keuangan menjadi suatu keharusan.
Namun,
lama-kelamaan saya jadi berpikir. Cukup nggak, sih, mewujudkan impian masa depan
hanya dengan menabung?
Nilai Uang Dulu dan Sekarang
“Dulu Mami dikasih uang saku seribu. Udah
cukup banget, tuh, buat ongkos angkot pergi pulang dan jajan di sekolah.
Sekarang kalian mau nggak dikasih uang saku segitu?”
Mendengar
cerita saya yang berujung pada pertanyaan itu, anak sulung saya langsung protes
keras. “Mamiii … sekarang ongkos angkot ke sekolah aja udah dua ribu. Seribu mah
nggak sampai ke mana-mana.”
Begitulah.
Dilihat dengan kacamata nostalgia, harga-harga di masa lalu sangat murah. Semasa SMA, dengan uang
Rp 500,- saya sudah bisa kenyang makan satu porsi batagor.
Sekarang? Uang Rp 500,- belum bisa untuk membeli apa-apa. Untuk satu porsi batagor itu sekarang saya harus mengeluarkan uang Rp 12.000.
Sekarang? Uang Rp 500,- belum bisa untuk membeli apa-apa. Untuk satu porsi batagor itu sekarang saya harus mengeluarkan uang Rp 12.000.
Saya mulai khawatir. Bagaimana dengan nilai tabungan saya di
masa depan? Jangan-jangan nasibnya sama seperti batagor itu.
Seram rasanya membayangkan uang yang hari ini saya tabung
dengan susah payah kelak menjadi seolah tak berarti. Kalau sudah begitu, apa
yang harus saya lakukan?
Bertahun-tahun menabung dengan susah payah lalu nilai uang merosot itu rasanya ... perih banget! |
Menabung dan Investasi
Berangkat dari kekhawatiran itu, saya mulai mencari
informasi. Lalu mulai terbukalah pemahaman saya. Menabung memang aman dan
risikonya kecil tetapi keuntungannya pun kecil dan tidak kebal inflasi.
Duuuuh … tidak kebal inflasi. Ini yang bertahun-tahun
luput dari perhitungan saya padahal terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Harga seporsi batagor itu, misalnya. Teruuus saja meroket padahal isinya begitu-begitu saja.
Harga seporsi batagor itu, misalnya. Teruuus saja meroket padahal isinya begitu-begitu saja.
Yang mampu menghadapi inflasi ini adalah investasi. Risikonya
tentu ada tetapi kita bisa meminimalkan risiko itu dengan mengenali jenis-jenis
investasi yang ada, kemudian memilih investasi terbaik yang sesuai
dengan kita.
Dalam buku Kiat-Kiat Membiakkan Uang di Masa Sulit, Nofie Iman menyebutkan bahwa investasi dibedakan dalam dua kategori.
Dalam buku Kiat-Kiat Membiakkan Uang di Masa Sulit, Nofie Iman menyebutkan bahwa investasi dibedakan dalam dua kategori.
- Investasi non-keuangan.
- Investasi keuangan.
Termasuk dalam investasi keuangan adalah investasi emas, properti
(rumah, tanah), serta benda seni dan koleksi (misalnya prangko dan lukisan).
Sementara itu, yang termasuk kategori investasi keuangan adalah
pasar uang dan pasar modal. Saham, obligasi, dan reksa dana tercakup di sini.
Di kalangan awam seperti saya, investasi keuangan kalah
populer dibandingkan investasi rumah kos, tanah, atau emas
Dan ternyata, menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada tahun 2014 kemarin baru 0,2% penduduk Indonesia yang melakukan investasi di pasar modal.
Dan ternyata, menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada tahun 2014 kemarin baru 0,2% penduduk Indonesia yang melakukan investasi di pasar modal.
Rupanya saya termasuk kalangan mayoritas. Kamu gimana?
Termasuk yang 0,2% atau sama-sama dengan saya di golongan 99,8%? Hiks, menjadi
mayoritas ternyata tidak selalu hebat, ya.
Investasi Reksa Dana
Baiklah, sekarang saya sadar bahwa menabung saja tidak cukup.
Saya pun sadar bahwa berinvestasi itu penting.
Saya ingin berinvestasi agar uang yang saya hasilkan pada masa produktif tidak menjadi seperti sekarung daun kering yang tak berharga di masa depan.
Saya ingin berinvestasi agar uang yang saya hasilkan pada masa produktif tidak menjadi seperti sekarung daun kering yang tak berharga di masa depan.
Masalahnya, dengan penghasilan yang pas-pasan, saya tidak
sanggup kalau harus berinvestasi langsung dalam jumlah besar. Kira-kira investasi
apa yang sesuai dengan orang awam seperti saya? Tentunya mesti investasi yang amanah, jangan investasi bodong.
Investasi apa yang cocok? |
Sepertinya investasi dalam bentuk reksa dana adalah jenis
yang tepat. Uang yang diinvestasikan di reksa dana akan dikelola oleh manajer
keuangan yang andal dan tepercaya.
Wait! Dikelola oleh manajer keuangan? Berarti uang yang
diinvestasikan itu harus besar, ya? Puluhan atau mungkin ratusan juta? Duh!
Bagaimana bisa mulai berinvestasi? Dari mana dapat uang sebanyak itu?
Ternyata, berinvestasi tidak harus dengan uang puluhan atau
ratusan juta. Danareksa Investment Management (DIM) melalui Program Investasiku Masa Depanku memberi kesempatan pada kita untuk berinvestasi dari nominal
yang terjangkau, yaitu Rp 200.000,- per bulan dalam reksa dana saham dan reksa
dana campuran.
Reksa dana saham dipilih jika jangka waktu berinvestasi
adalah minimal 5 tahun. Sementara itu, jika waktu investasi minimal 3 tahun,
reksa dana yang bisa dipilih adalah reksa dana campuran.
Oya, untuk kedua jenis reksa dana di Danareksa Investment Management ini kita bisa memilih yang konvensional atau yang syariah.
Oya, untuk kedua jenis reksa dana di Danareksa Investment Management ini kita bisa memilih yang konvensional atau yang syariah.
Untuk reksa dana syariah ada dua macam:
- Danareksa Syariah Berimbang (termasuk reksa dana campuran)
- Danareksa Indeks Syariah dan Danareksa Saham.
Sementara itu, untuk reksa dana konvensional ada delapan:
- Danareksa Anggrek Fleksibel,
- Danareksa Mawar,
- Danareksa Mawar 10,
- Danareksa Mawar Fokus 10,
- Danareksa Mawar Konsumer 10,
- Danareksa Mawar Komoditas 10, dan
- Danareksa Mawar Rotasi Sektor Strategis.
Lega rasanya. Ternyata masyarakat berpenghasilan pas-pasan seperti saya juga berkesempatan berinvestasi dan "menyelamatkan" nilai uang yang dimiliki.
Mengelola Investasi untuk Masa Depan
Lebih dini merencanakan masa depan akan lebih baik. Namun,
kalau sudah telanjur berkepala tiga atau empat, bukan berarti pasrah
dan tak perlu lagi berinvestasi. Lebih baik terlambat daripada tidak sama
sekali, kan?
Sudah tergerak untuk mulai berinvestasi? Simak, deh, tips ini.
1. Mantapkan tekad untuk berinvestasi.
Investasi merupakan pengelolaan uang dalam jangka panjang.
Selama jangka waktu tertentu dana kita tidak bisa ditarik. Kalaupun bisa
ditarik, belum memberikan hasil yang tinggi.
2. Teliti memilih lembaga investasi.
Pilihlah yang dapat dipercaya, bereputasi baik, terdaftar di Bapepam,
dan diawasi oleh OJK.
3. Hati-hati investasi bodong.
Investasi bodong ini biasanya menawarkan hasil tinggi tanpa risiko dalam waktu singkat.
Menurut para pakar perencana keuangan, high return selalu diikuti
dengan high risk.
4. Kenali karakter diri sendiri.
Kalau termasuk orang yang tidak berani menanggung risiko besar,
lebih baik memilih investasi yang risikonya lebih rendah. Di DIM kita bisa mengecek profil risiko secara online. Dengan begitu kita tahu investasi apa yang tepat.
Bahan Bacaan
Iman, Nofie. 2008. Kiat-Kiat Membiakkan Uang di MAsa Sulit: Investasi Untuk Pemula. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Kompas.com. Hanya 0,2 Persen penduduk Indonesia yang Investasi di Pasar Modal. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/02/28/1153375/Hanya.0.2.Persen.Penduduk.Indonesia.yang.Investasi.di.Pasar.Modal. Diunduh tanggal 5 Juni 2016.
Manurung, Adler Haymans. 2008. Panduan Lengkap Reksa Dana Investasiku. Jakarta: Kompas.
Kompas.com. Hanya 0,2 Persen penduduk Indonesia yang Investasi di Pasar Modal. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/02/28/1153375/Hanya.0.2.Persen.Penduduk.Indonesia.yang.Investasi.di.Pasar.Modal. Diunduh tanggal 5 Juni 2016.
Manurung, Adler Haymans. 2008. Panduan Lengkap Reksa Dana Investasiku. Jakarta: Kompas.
Artikel ini diikutsertakan dalam
Blogger Writing Competition - Investasiku Masa Depanku
bersama ReksaDana Danareksa. Isi dan tulisan dari artikel/blog post ini di luar
tanggung jawab Danareksa Investment Management
Salam,
Triani Retno A
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.