Biasanya
saya berbincang-bincang begini bersama para remaja, usia SMP hingga mahasiswa. Misalnya di acara World Book Day SMK Wikrama Bogor dan acara Meet the Author di SMA PU Al Bayan Sukabumi.
Kali ini berbeda. Yang hadir dalam acara tersebut bukan mahasiswa melainkan
para dosen FEB.
Akibatnya,
buku-buku yang akan saya bawa untuk doorprize dan display pun
terpaksa ditinjau ulang.
Penulis Buku Populer
Menurut jadwal,
acara dimulai pukul 13.15 tapi ternyata mulur sedikit. Nggak masalah saya mah.
Malah bisa mengobrol dulu dengan beberapa dosen yang sudah datang, termasuk
dengan Pak Fajar Prabowo, dosen FEB yang bertindak sebagai moderator.
Selain
saya, ada Pak Dandan dari Penerbit Refika yang juga akan berbincang tentang
dunia tulis-menulis ini.
FYI, Penerbit Refika ini berfokus menerbitkan buku-buku ajar untuk perguruan tinggi.
FYI, Penerbit Refika ini berfokus menerbitkan buku-buku ajar untuk perguruan tinggi.
Sempat
heran juga, sih, kenapa saya yang penulis novel (kebanyakan) remaja dan blogger
suka-suka ini diminta sharing pengalaman di lingkungan yang sepertinya
tak bersinggungan dengan jenis tulisan saya.
Rupanya
panitia memang sengaja menghadirkan penulis buku populer yang bukan dosen untuk
berbagi pengalaman seputar menulis.
Terpilihlah nama saya setelah direkomendasikan oleh Penerbit Elex Media Komputindo yang menerbitkan beberapa novel saya.
Terpilihlah nama saya setelah direkomendasikan oleh Penerbit Elex Media Komputindo yang menerbitkan beberapa novel saya.
Cerita saya ketika menjadi moderator untuk acara Meet and Greet Penerbit Elex Media Komputindo di Bandung.
Bincang Menulis
Sesuai
judulnya “sharing pengalaman”, acara yang diplot untuk saya dan Pak
Dandan dibuat seperti mengobrol saja.
Pak Fajar langsung membuka dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ringan. Seperti sudah berapa lama saya menulis, buku yang pertama kali terbit, dan mengatur waktu untuk menulis.
Pak Fajar langsung membuka dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ringan. Seperti sudah berapa lama saya menulis, buku yang pertama kali terbit, dan mengatur waktu untuk menulis.
Pertanyaan seperti mood menulis yang menghilang dan
naskah yang tidak kunjung selesai pun muncul dari para dosen.
Ah, iya. Bapak Ibu dosen ini kan sudah sibuk dengan pekerjaan
di kampus. Mengajar, meneliti, kuliah lagi… lalu pulangnya terjebak macet dan
sampai rumah disambut dengan urusan keluarga.
Bincang-bincang tentang menulis di FEB Telkom University. |
Sebenarnya untuk orang-orang sibuk seperti ini ada trik jitu untuk menghasilkan buku (bukan buku antologi).
1. Buat sinopsis
Buat sinopsis secara menyeluruh dan kerangka tulisan yang lengkap. Kerangka ini berfungsi sebagai pegangan untuk menulis, mengandung poin-poin penting yang menjadi isi setiap bab.
Di bab satu poinnya apa saja, bab dua apa, dan seterusnya sampai bab terakhir.
Di bab satu poinnya apa saja, bab dua apa, dan seterusnya sampai bab terakhir.
Dengan
kerangka lengkap begini, kalau suatu waktu terpaksa meninggalkan aktivitas
menulis karena ada kesibukan lain, risiko lupa mau menulis apa bisa
diminimalkan.
2. Menulis naskah butiran.
Naskah butiran ini tidak harus runtut dari bab satu hingga bab terakhir. Buku jenis ini bisa dibaca dari bagian mana saja, dari depan dulu, tengah dulu, atau belakang dulu. Tidak harus runtut dari bab pertama sampai terakhir.
Buku yang
berupa kumpulan artikel atau esai merupakan contoh buku butiran. Tiap judul
membahas masalah yang berbeda namun dalam satu tema besar.
Jadi, kalau tentang bisnis ya bisnis saja. Jangan tahu-tahu ada tulisan tentang mengasuh anak.
Jadi, kalau tentang bisnis ya bisnis saja. Jangan tahu-tahu ada tulisan tentang mengasuh anak.
3. Gandeng co-writer atau ghostwriter.
Tidak sedikit, kok, motivator dan orang terkenal yang menggunakan jasa co-writer atau ghostwriter untuk menulis.Komunikasi Rasa Ekonomi
Pak Fajar sempat pula menyinggung tentang beberapa penghargaan yang saya peroleh di bidang menulis.
“Bu Retno
ini dari Komunikasi, kan, ya? Tapi saya lihat penghargaan yang pernah diraih
kok malah berbau ekonomi dan finance? Juara 1 Lomba Blog Sunlife
Anugerah Caraka, Juara Lomba Blog Danareksa, Juara 1 Lomba Blog Parenting Antikorupsi, Juara Favorit BNI Blogging Competition….”
Jadi ingat komentar Mas Benny, penulis sekaligus kakak angkatan saya di kampus beberapa hari sebelumnya. "Salah jurusan nih waktu kuliah." Wehehe....
Secara keilmuan saya tidak ada apa-apanya dibandingkan para dosen ekonomi yang bergelar master, doktor, dan Ph.D di kampus FEB Telkom University ini.
Modal saya cuma membaca-baca buku dan artikel dengan tema terkait, sesekali ikut acara bincang-bincang tentang pengelolaan keuangan, dan mengalami sendiri.
Kelebihan saya sepertinya cuma satu. Saya bisa menulis tema serius dengan gaya story telling yang sederhana sehingga lebih dekat dengan pembaca awam. :)
Secara keilmuan saya tidak ada apa-apanya dibandingkan para dosen ekonomi yang bergelar master, doktor, dan Ph.D di kampus FEB Telkom University ini.
Modal saya cuma membaca-baca buku dan artikel dengan tema terkait, sesekali ikut acara bincang-bincang tentang pengelolaan keuangan, dan mengalami sendiri.
Kelebihan saya sepertinya cuma satu. Saya bisa menulis tema serius dengan gaya story telling yang sederhana sehingga lebih dekat dengan pembaca awam. :)
Cinderamata dari Telkom Univesity, diberikan oleh Ibu Indrawati, Ph.D |
Penerbit Refika
Saya
tertarik juga mendengar uraian Pak Dandan dari Penerbit Refika terkait dengan
buku ajar. Ada beberapa poin menarik yang sempat saya catat.
1. Riset pasar.
Pameran buku (bookfair) merupakan salah satu cara bagi penerbit untuk melakukan riset pasar. Pada event seperti itu, penerbit bisa bertemu langsung dengan konsumen. Dari situ penerbit bisa tahu buku seperti apa yang banyak peminatnya.2. Naskah yang ditolak.
Penerbit
Refika menolak naskah yang baru berupa kerangka. Jadi, meskipun kerangka berguna ketika menulis, sebaiknya yang dikirimkan ke Penerbit Refika sudah berupa naskah utuh, bukan sekadar kerangka.
Alasan Penerbit Refika menolak naskah yang baru berupa kerangka adalah ketika dikembangkan menjadi naskah utuh, isinya sering berbeda dengan yang ada di kerangka. Padahal, yang disetujui akan diterbitkan adalah yang tertulis di kerangka awal.
Lanjut ke sini ya untuk tahu lebih banyak tentang 7 Penyebab Naskah Ditolak.
Omong-omong, saya juga lebih sering kirim naskah utuh ke penerbit. Lebih enak gitu Kalau ada yang kerangka dulu, biasanya saya lakukan karena editor yang meminta secara personal.
Omong-omong, saya juga lebih sering kirim naskah utuh ke penerbit. Lebih enak gitu Kalau ada yang kerangka dulu, biasanya saya lakukan karena editor yang meminta secara personal.
3. Disertasi dan tesis menjadi buku.
Yang dilihat adalah hasil penelitiannya, bukan metode penelitian yang digunakan. Itu pun harus dikembangkan atau dirombak lagi supaya bisa diterima oleh pasar.4. Titel akademis.
Bagi seorang penulis buku ajar, titel sangat berpengaruh. Makin tinggi titelnya, makin besar peluang naskahnya diterbitkan. Titel ini juga memengaruhi persentase royalti di Penerbit Refika. Lebih tinggi titelnya, lebih tinggi royaltinya.Masya Allah. Semoga semakin banyak dosen yang menulis, ya.
Semangat Menulis
“Modal
utama dalam menulis adalah tekad dan praktik.” Sependek itu saja kalimat
penutup saya. Hehehe … Kan namanya kalimat penutup, bukan bab penutup.
Tanpa
tekad yang kuat, kemungkinan besar tulisan akan terbengkalai atau bahkan tidak
pernah dimulai. Tanpa praktik, tulisan tidak pernah terwujud.
Semoga
selalu semangat menulis, ya, Bapak dan Ibu Dosen. Kami yang di luar dunia
kampus menanti tulisan populer berkualitas karya Bapak dan Ibu Dosen :)
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.