Deadline. Satu kata ini sepertinya sudah menjadi teman akrab
bagi para penulis. Terutama bagi penulis yang sedang mengerjakan suatu proyek, pekerjaan, atau mengikuti lomba menulis.
Bagi
sebagian penulis, deadline justru menjadi daya tarik tersendiri. Memesona dan
memacu adrenalin. Bagi saya sendiri, adanya deadline itu merupakan cara
mendisiplinkan diri. Patuhi deadline atau kesempatan emas terlepas. Ikuti deadline
atau kehilangan kepercayaan dari klien.
Amunisi Menghadapi Deadline
Kalau
sudah begini, butuh amunisi dong untuk menghadapi deadline. Amunisi itu berupa
kopi dan ekstra camilan. Ekstra camilan?
Iyesss. Pada
hari-hari normal saja saya baru bisa berpikir lancar kalau sambil ngemil. Apalagi
pada hari-hari hectic menjelang deadline.
Simpelnya, saya butuh kopi dan camilan untuk menjaga agar otak dan mata tetap terjaga. Agar saya bisa duduk tenang di depan laptop untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Simpelnya, saya butuh kopi dan camilan untuk menjaga agar otak dan mata tetap terjaga. Agar saya bisa duduk tenang di depan laptop untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Camilan
itu rupa-rupa jenisnya. Keripik (oooh, di dekat rumah saya ada dua toko yang
khusus menjual beraneka keripik dan camilan kriuk-kriuk lainnya), biskuit,
wafer, jajan pasar, dan buah-buahan. Terlihat menggiurkan atau malah …
mengerikan? Hehehe ….
Saya
beruntung, tubuh saya tidak gampang melar. Body Mass Index (BMI) saya pun masih
tergolong normal.
Hasil penghitungan BMI saya. Kamu juga bisa kok cek BMI di http://www.lighthouse-indonesia.com/ |
Eits…. Yakiiiin
… badan tidak gampang melar?
Eh, emh …
baiklah. Camilan-camilan itu biasanya membuat pipi dan perut saya menjadi
sedikit lebih chubby daripada biasanya. BMI normal tapi perut chubby.
Astaga … menyedihkan banget!
Rekor
tergila saya dalam tiga tahun terakhir ini adalah hanya tidur dua jam dalam
waktu 48 jam demi mengejar deadline penulisan sebuah buku pengayaaan. Hampir
sepanjang hari saya duduk di depan meja kerja, berkutat dengan laptop dan
buku-buku referensi.
Saya
hanya meninggalkan meja kerja untuk ke kamar mandi, shalat, serta mengambil makanan
dan minuman. Tidur? Yeah, saya bahkan tertidur dalam posisi duduk dengan laptop
sebagai bantal.
Setelah badai
deadline itu berlalu, barulah sakit-sakit di punggung, bahu, kaki, dan kepala
terasa.
Dear writers, merasa akrab dengan perilaku sedentari ini? :) |
Gaya Hidup Sedentari
Belakangan
barulah saya tahu bahwa yang saya lakukan selama ini adalah sedentari. Namanya
memang cantik, tetapi sedentari ini termasuk gaya hidup yang tidak sehat.
Dalam talkshow
yang diadakan oleh LightHOUSE Indonesia pada bulan Mei 2016, dr. Sophia Benedicta
Hage, Sp.KO menyebutkan bahwa sedentari adalah segala aktivitas yang dilakukan
di luar waktu tidur dan mengeluarkan energi yang sangat sedikit. Misalnya
posisi duduk dan berbaring.
Mager
alias malas gerak?
Hm … ternyata
tidak selalu karena mager. Memang, sih, mager juga termasuk perilaku sedentari,
seperti juga duduk santai menonton TV, membaca buku sambil ngemil, dan chatting
sambil tidur-tiduran. Bukan cuma 10-5
menit, melainkan sampai berjam-jam.
Namun,
ada juga perilaku sedentari yang bukan dalam rangka leyeh-leyeh. Misalnya berjam-jam
duduk dalam perjalanan ke luar kota, terjebak macet di dalam kota saat traffic
jam, atau bekerja seharian dalam posisi duduk. Seperti saya. Saya bisa duduk berjam-jam sehari, lebih-lebih ketika deadline sudah di depan mata.
Dampak Sedentari pada Kesehatan
Berjam-jam
dalam posisi duduk atau tiduran tentu tidak baik bagi kesehatan. Yang sering saya
rasakan adalah pegal-pegal di punggung dan bahu, serta sakit kepala.
Namun,
ternyata dampak sedentari ini lebih mengerikan daripada sekadar pegal-pegal. dr.
Sophia Benedicta Hage, Sp.KO menyebutkan bahwa gaya hidup sedentari ini bisa mengakibatkan
penyakit kardiovaskuler, diabetes, sindroma metabolik, dan obesitas. Duh,
seram banget!
Tapi
bagaimana jika aktivitas sedentari itu tidak bisa dihindari karena merupakan
bagian dari pekerjaan?
Bukan mager tapi tetap saja merupakan perilaku sedentari. |
Minimalkan Risiko Sedentari
Untuk
meminimalkan risiko yang ditimbulkan dari perilaku sedentari, dr. Sophia Benedicta
Hage, Sp.KO menganjurkan kita melakukan cara berikut.
- Mengurangi frekuensi sedentari.
- Mengurangi durasi waktu duduk.
- Bangkit berdiri sekitar lima menit setelah duduk selama 1-2 jam.
- Mengurangi jenis aktivitas sedentari.
Lebih lanjut,
dokter spesialis kedokteran olahraga lulusan Universitas Indonesia ini
menyarankan agar kita membiasakan diri untuk berjalan kaki.
Ahaha,
jadi ingat cerita teman saya ketika kami meeting di Jakarta pekan lalu.
Dari kantornya di kawasan Kebon Sirih, ia dan rekan-rekannya kerap berjalan
kaki sejauh sekitar 300 meter ke Sarinah untuk makan siang.
Gerak fisik
sederhana begini ternyata bisa membantu mencegah obesitas dan gangguan
kesehatan lainnya akibat sedentari.
Jika Telanjur Kelebihan Berat Badan
Bagaimana
jika sudah telanjur kelebihan berat badan, apalagi jika sampai obesitas?
Tentu
saja tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Obesitas bukan hanya membuat kita
kesulitan membeli baju dengan ukuran yang sesuai, melainkan juga bisa
mengundang banyak penyakit mematikan.
Jika berat
badan sudah telanjur melesat di atas normal, sebaiknya mengikuti program
pengurangan berat badan. Tujuannya adalah mencapai berat badan ideal dan
terhindar dari berbagai penyakit.
Eh,
tunggu! Jangan asal-asalan berdiet untuk menurunkan berat badan. Diet asal-asalan
mungkin bisa membuat kita terlihat lebih kurus.
Sayangnya, diet asal-asalan juga bisa mengundang berbagai penyakit seperti maag, diabetes, sakit kepala, dan osteoporosis.
Agar
program penurunan berat badan ini berhasil dengan baik, lakukan di bawah
pengawasan ahlinya, misalnya yang dilakukan di LightHOUSE Indonesia.
Klinik LightHOUSE Indonesia. |
LightHOUSE
Indonesia merupakan klinik penurunan berat badan yang telah tepercaya dan
teruji selama lebih dari 11 tahun.
Klinik ini memiliki berbagai keunggulan yang membuatnya pantas dilirik untuk membantu kita mencapai berat badan ideal.
Salah satunya adalah karena memiliki program yang komprehensif dengan melibatkan dokter, ahli gizi, psikolog, dan terapis olahraga.
Klinik ini memiliki berbagai keunggulan yang membuatnya pantas dilirik untuk membantu kita mencapai berat badan ideal.
Salah satunya adalah karena memiliki program yang komprehensif dengan melibatkan dokter, ahli gizi, psikolog, dan terapis olahraga.
Penurunan Berat Badan di LightHOUSE
Ada
beberapa paket penurunan berat badan yang bisa dipilih di LightHOUSE Indonesia.
Program penurunan berat badan di LightHOUSE Indonesia. |
Merasa
asing dengan istilah-istilah di atas? Hehehe ….. Injex dan mesoterapi adalah
terapi penunjang yang merupakan andalan klinik LightHOUSE Indonesia.
Sementara itu, terapi meta booster membuat injex dan mesoterapi bekerja lebih efektif dalam membakar lemak.
Sementara itu, terapi meta booster membuat injex dan mesoterapi bekerja lebih efektif dalam membakar lemak.
Kalau
lymphatic drainage? Well, pembuluh limfatik dalam tubuh kita berperan penting
dalam metabolisme lemak. Terapi lymphatic drainage berguna untuk membebaskan
aliran lemak dalam pembuluh limfatik agar proses pembakarannya menjadi lebih
cepat.
Hebatnya,
di klinik LightHOUSE ini ada tes DNA. Fungsinya untuk mengecek apakah ada mutasi
gen dalam tubuh seseorang yang membuatnya cepat gemuk atau sulit langsing.
Dengan
tes DNA ini bisa diketahui diet yang cocok untuk orang tersebut, bagaimana
respons tubuhnya terhadap makanan, sistem penyimpanan lemak dalam tubuhnya, kemampuan
tubuhnya dalam menyerap lemak, serta kecenderungan kenaikan berat badannya.
Oya,
LightHOUSE Indonesia juga punya program khusus untuk anak-anak (LightKIDS),
remaja, (LightTEEN), serta ibu hamil dan menyusui (lightMOM).Yes, obesitas pun bisa dialami oleh anak-anak dan remaja.
Aktif dan Tetap Sehat
Kesehatan
adalah investasi yang sangat berharga. Harta sebanyak apa pun menjadi tak
berharga jika tubuh digerogoti penyakit. Salah satu cara agar tetap sehat adalah
dengan menjaga berat badan dalam kondisi ideal.
Dikejar
deadline pekerjaan bukan alasan untuk tidak melakukan aktivitas fisik. Sekadar
berjalan-jalan di sekitar ruang kerja atau bersenam ringan.
Camilan sebisa mungkin diganti dengan camilan sehat yang tidak mengancam berat badan. Begadang pun kalau tak ada gunanya ya tak usah dilakukan. Bukankah begitu, Kak Oma?
Camilan sebisa mungkin diganti dengan camilan sehat yang tidak mengancam berat badan. Begadang pun kalau tak ada gunanya ya tak usah dilakukan. Bukankah begitu, Kak Oma?
Kalau
tubuh sehat, ide-ide pun akan mengalir lancar. Yuk tetap kreatif, aktif
bergerak, dan sehat tanpa obesitas. Sehat nikmat yang luar biasa.
***
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.