Sebulan terakhir ini rasanya ada yang salah dengan badan saya. Migrain jadi sering menyerang saya. Bisa seharian saya tak berdaya gara-gara migrain.
Sempat terpikir migrain
itu karena sedang kedatangan tamu bulanan. Tapi eeeh…. kok sakit kepalanya
nggak hilang-hilang, ya?
Keram di kaki juga sering
sekali mengganggu tidur malam saya. Bayangkan saja. Lagi enak-enak tidur lalu
mendadak terbangun karena keram.
Kadang-kadang di telapak kaki, kadang-kadang di betis. Kalau sudah di betis, waduuuh, sakitnya bisa terasa sampai berhari-hari.
Kadang-kadang di telapak kaki, kadang-kadang di betis. Kalau sudah di betis, waduuuh, sakitnya bisa terasa sampai berhari-hari.
Nyeri Dada
Saya ingat sekali. Siang
itu saya sedang ikut acara dengan Blogger Bandung. Tiba-tiba dada terasa nyeri.
Kalau menarik napas panjang atau dalam, rasa nyerinya semakin menusuk.
Terus terang, yang satu
ini lebih membuat saya khawatir daripada migrain atau betis yang berkonde
keram. Di dada kan ada kamu jantung. Yup, saya yakin semesta yakin kalau
jantung saya belum pindah ke betis.
Gangguan kesehatan itu tak
berhenti sampai di sana. Tubuh saya terasa cepat lelah dan mudah sekali
mengantuk. Bahu dan tengkuk pun sering terasa pegal nggak jelas.
Semua kondisi tak nyaman
itu membuat saya tak maksimal bekerja. Menulis harus sering berhenti karena
migrain. Hunting buku untuk toko buku
online saya pun jadi terkendala karena nyeri dada dan pegal-pegal nggak jelas
itu.
Tes Lab
Setelah beberapa kali
menunda-nunda (sampai-sampai putri sulung saya memaksa), akhirnya kemarin sore
saya ke lab untuk tes darah.
Seperti biasa, pegawai lab
butuh waktu agak lama untuk mencari pembuluh darah di lengan saya. “Kalau ambil
darah, biasanya di lengan kanan atau kiri, Bu?” tanya si teteh setelah tak
kunjung berhasil menemukan yang dicarinya di lengan kanan saya.
“Kiri, Teh,” sahut saya.
Si teteh pun pindah ke
lengan kiri saya dan mencari-cari lagi di sana. Finally, horeee… dapeeeet! “Terlalu tipis dan halus, Bu. Susah
nyarinya,” kata si teteh.
Heuheu… iya. Saya sudah
biasa mendengar komentar seperti itu setiap kali ada urusan mengambil darah.
Setelah menunggu sekitar
45 menit, hasil tes pun ke luar. Normal semua. Asam urat saya pun sudah normal.
Terakhir periksa 6,35 mg/dl (normalnya 2,4 – 5,7 mg/dl), sekarang sudah normal
di 3,1 mg/dl.
Glukosa normal, 90
(normalnya di bawah 150 mg per/dl). Kolesterol juga normal.
Eh! Bentar ... bentar! Kolesterol memang normal, tapi kok tinggi? Tertera di situ 179 mg/dl. Normalnya maksimal 200 mg/dl.
Aaargh! Ini sih sudah gejala kolesterol tinggi. Sedikit lagi melewati batas normal!
Eh! Bentar ... bentar! Kolesterol memang normal, tapi kok tinggi? Tertera di situ 179 mg/dl. Normalnya maksimal 200 mg/dl.
Aaargh! Ini sih sudah gejala kolesterol tinggi. Sedikit lagi melewati batas normal!
Hasil tes lab. Yang terbaru sudah normal semua, tapi harus waspada gejala kolesterol tinggi. |
Tuiw… tuiw…tuiw…! Alarm di
otak saya langsung menyala. Waspadalah! Waspadalah!
Saya bandingkan dengan
hasil tes lab tahun lalu. Olalaaa! Tahun lalu hanya 92 mg/dl. Berarti yang
sekarang melonjak sekitar dua kali lipat.
Pantesaaaan … dari
minggu-minggu kemarin alarm tubuh sudah menguang-nguing, memberi isyarat ada
yang tidak beres. Ternyata ini gejala kolesterol tinggi.
Penyebab Gejala Kolesterol Tinggi
Saya langsung melakukan
review. Saya makan apa aja, sih, belakangan ini? Maksud saya, yang tidak
biasa-biasanya saya konsumsi? Bisa-bisanya kolesterol saya membengkak gitu
(walaupun masih normal).
Kalau usia, sudahlah tidak
usah di-review lagi. Saya sudah 41 tahun. Memang sudah waktunya lebih awas pada
makanan yang dikonsumsi.
Life begin at 40. Right? Begin to control your food. Hehe…. Berat badan juga aman, insya Allah. Body mass index saya masih di kategori normal.
Life begin at 40. Right? Begin to control your food. Hehe…. Berat badan juga aman, insya Allah. Body mass index saya masih di kategori normal.
Well, ternyata
ini nih yang diduga kuat menjadi penyebab gejala kolesterol tinggi pada saya.
1. Telur puyuh.
Dalam
10 gram telur puyuh terdapat kandungan kolesterol sebesar 3.640 mg. Kandungan
kolesterol telur puyuh ini malah lebih tinggi dibandingkan cumi-cumi (1.170 mg)
dan udang (160 mg). Kandungan kolesterol otak sapi pun ternyata kalah dari si mungil
telur puyuh (otak sapi 2.300 mg).
Selama
sebulan kemarin saya dua kali memasukkan telur puyuh ke menu harian keluarga.
Anak bungsu saya pengin makan telur puyuh.
Nah, pas ke pasar saya beli deh
seperempat kilogram telur puyuh. Saya campurkan dalam capcay dan gulai. Dan
parahnya … saya ikut makan! Walhasil, gejala kolesterol tinggi itu pun muncul
di tubuh saya.
2. Masakan bersantan.
Sebulan
terakhir ini saya suka sekali makan dan memasak makanan bersantan. Di rumah
saya suka memasak gulai ayam, dan kadang-kadang rendang ayam.
Iya, ayam. Bukan daging sapi. Sejak tahu asam urat saya di atas normal, saya sudah mengurangi makan daging merah (alhamdulillah, sekarang asam urat sudah normal).
Santan
ternyata masuk kelompok berbahaya. Dalam 10 gram santan terkandung kolesterol
sebesar 185 mg.
3. Kuning telur ayam.
Telur ayam sebenarnya merupakan bahan makanan yang harus selalu ada di rumah saya.Biasanya saya mengolahnya menjadi telur dadar, martabak mini (pakai
kulit lumpia siap saji), atau untuk campuran nasi goreng. Lebih irit. Satu
butir telur bisa untuk dimakan ramai-ramai. Hehehe….
Selain lebih irit,
konsumsi kuning telur yang berbahaya bagi kenormalan kolesterol pun bisa dikurangi.
Nah,
kemarin-kemarin saya beberapa hari berturut-turut sarapan dengan telur ceplok.
Yeah, tahu sendirilah hasil lab-nya kemudian. Dalam 10 gram kuning telur itu
ternyata ada 2.000 mg kolesterol.
FYI, selain ketiga makanan yang berhasil meng-KO saya itu, ada beberapa jenis makanan lagi yang perlu diwaspadai.
Misalnya lemak dan jeroan (sapi, kambing, babi. Kita yang muslim untungnya diharamkan makan babi), susu sapi fat, margarin, mentega, dan kerang putih juga termasuk berkolesterol tinggi. Begitu juga dengan udang, kerang, dan kepiting.
Kalau yang berikut ini
tergolong makanan sehat dan aman dikonsumsi.
- Putih telur.
- Teripang.
- Susu sapi non fat.
- Daging ayam dan daging bebek tanpa kulit.
- Daging sapi dan daging kambing tanpa lemak.
- Daging kelinci.
- Ikan air tawar.
Ikan air tawar seperti ikan mas ini termasuk aman dikonsumsi. Ikan mas segar di foto ini langsung dari balong (empang) milik tetangga saya. |
Diet Menurunkan Kolesterol
Meski tes lab menunjukkan
kolesterol saya masih masuk kategori normal, saya memutuskan untuk diet
menurunkan kolesterol. Yup. Diet bukan hanya untuk menurunkan berat badan.
Kolesterol yang di atas normal kan berisiko terkena serangan jantung dan stroke. Serem!
Kolesterol yang di atas normal kan berisiko terkena serangan jantung dan stroke. Serem!
Setelah diperhatikan, diet saya kemarin (yang untuk menurunkan asam urat dan alhamdulillah
berhasil), bisa diteruskan. Diet apa?
- Meminimalkan konsumsi daging merah (sesekali saya masih makan bakso sapi atau gulai daging, sih. Dikiiit aja).
- Berpantang makan udang, cumi-cumi, dan kepiting. Kerang? Haduh, kadang-kadang saya masih tergoda. :(
- Sebisa mungkin tidak makan sayur bayam, kangkung, dan daun singkong. Kata dokter, tiga sayuran ini bisa memicu asam urat tinggi.
- Mengurangi konsumsi susu sapi fat. Nggak masalaaaah. Saya memang bukan peminum susu sapi. Paling-paling sesekali minum milkshake cokelat.
- Untuk ikan, saya lebih sering mengonsumsi ikan air tawar.
Tinggal memasukkan telur puyuh dan masakan bersantan ke daftar makanan yang harus saya hindari. Di sisi lain, menambah porsi makanan berserat tinggi seperti buah dan sayuran dalam menu harian (kecuali sayuran yang dipantang, tentunya).
Tomat akan lebih sering masuk dalam menu diet saya untuk menurunkan gejala kolesterol tinggi. |
Semoga diet kali ini
berhasil. Kadar kolesterol turun dan tubuh saya fit lagi.
Salam,
Triani Retno A
Salam,
Triani Retno A
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.