Dunia penulisan biasanya sepi dari pemberitaan. Sesepi minat beli masyarakat
Indonesia pada buku hingga penerbit terpaksa mengobral besar-besaran buku yang
baru 2-3 tahun terbit, atau bahkan harus gulung tikar.
Maraknya penjualan buku bajakan juga seolah bukan berita menarik yang harus ditindaklanjuti. Padahal, membajak buku dan memperjualbelikannya sudah jelas-jelas melanggar hukum.
Namun,
kemarin (20 Februari) dunia maya ramai dengan sebuah buku bergambar (pictorial book).
Ternyata yang dimaksud adalah buku anak karya Fita Chakra. Buku tersebut adalah salah satu dari seri Aku Bisa Melindungi Diri.
Satu buku ini terdiri dari dua cerita, yaitu Aku Berani Tidur Sendiri dan Aku Belajar Mengendalikan Diri. Yang diributkan di dunia maya adalah cerita kedua, Aku Belajar Mengendalikan Diri.
Buku Anak Tersandung Masalah
Menulis
buku bertema pendidikan seks untuk anak-anak memang susah-susah gampang.
Terlebih masyarakat kita masih cenderung menganggap tema ini sebagai sesuatu yang tabu.
Terlebih masyarakat kita masih cenderung menganggap tema ini sebagai sesuatu yang tabu.
Ironisnya,
ketika orangtua dan guru menganggap seks sebagai sesuatu yang tabu, anak-anak
dengan mudahnya mendapatkan pengetahuan tentang seks dari media elektronik.
Mudah sekali mereka mengakses konten pornografi dari ponsel mereka.
Aku Belajar Mengendalikan Diri bukan buku pertama yang tersandung
masalah seperti ini.
Sekitar dua tahun lalu, buku WHY Puberty terbitan Elex Media Komputindo ramai dihujat, disusul kemudian buku anak-anak impor berjudul Alfi’s Home (Intl Healing Foundation).
Berbeda dengan Aku Belajar Mengendalikan Diri yang dituding mengajarkan masturbasi pada anak-anak, WHY Puberty dan Alfi’s Home dituding mengajarkan LGBT.
Sekitar dua tahun lalu, buku WHY Puberty terbitan Elex Media Komputindo ramai dihujat, disusul kemudian buku anak-anak impor berjudul Alfi’s Home (Intl Healing Foundation).
Berbeda dengan Aku Belajar Mengendalikan Diri yang dituding mengajarkan masturbasi pada anak-anak, WHY Puberty dan Alfi’s Home dituding mengajarkan LGBT.
Persamaannya,
ketiga buku ini difoto pada halaman/bagian tertentu saja, diunggah ke media
sosial, lalu menjadi viral.
Karena
hanya sepotong, maka asumsi-asumsi pun berkembang liar. Lalu tanpa bisa
dikontrol, keluarlah caci maki dan hujatan pada penulis buku dan penerbit.
Sedikit sekali yang mau bersusah-payah mencari tahu konten lengkap buku yang sedang diributkan.
Sedikit sekali yang mau bersusah-payah mencari tahu konten lengkap buku yang sedang diributkan.
Buku Aku Belajar Mengendalikan Diri
Fita
Chakra bukan nama baru dalam dunia penulisan, terutama penulisan buku anak dan
parenting.
Silakan browsing buku karya Fita Chakra atau Fitria Chakrawati. Akan muncul sederet buku indah, inspiratif dan penuh manfaat. Lalu kenapa buku Aku Belajar Mengendalikan Diri ini bermasalah?
Silakan browsing buku karya Fita Chakra atau Fitria Chakrawati. Akan muncul sederet buku indah, inspiratif dan penuh manfaat. Lalu kenapa buku Aku Belajar Mengendalikan Diri ini bermasalah?
Yang
banyak tersebar di dunia maya adalah foto halaman 22 dan 24 (buku ini berisi
tulisan + ilustrasi kecil di halaman genap dan ilustrasi penuh di halaman
ganjil).
Mau tahu isi di halaman-halaman berikutnya? Ini
dia.
Halaman 26-27. |
Halaman 28-29. |
Halaman 30-31. |
Halaman 32-33.
Halaman 34-35. |
Halaman 36. |
Jika
membaca cerita ini secara utuh, terlihat bahwa buku ini bukanlah buku cabul,
porno, atau mengajarkan anak untuk bermasturbasi seperti yang dituduhkan oleh
banyak netizen.
“Buku
ini berfungsi sebagai media untuk menyampaikan kepada anak bahwa perbuatan tersebut,
memainkan kemaluannya, tidak sepantasnya dilakukan dan memiliki risiko
kesehatan,” jelas Penerbit Tiga Serangkai dalam keterangan resminya tanggal 20
Februari 2017.
Segmen Pembaca
Lalu,
untuk siapa buku ini ditujukan?
Masih dalam penjelasan resminya, Penerbit Tiga Serangkai mengatakan, “Target buku ini lebih diutamakan kepada para orang tua yang merasa anaknya juga melakukan hal tersebut. Namun, tetap ada baiknya jika buku ini juga dibaca oleh orang tua dan anak pada umumnya sebagai pengetahuan yang bermanfaat sebagai bentuk upaya pencegahan.”
Masih dalam penjelasan resminya, Penerbit Tiga Serangkai mengatakan, “Target buku ini lebih diutamakan kepada para orang tua yang merasa anaknya juga melakukan hal tersebut. Namun, tetap ada baiknya jika buku ini juga dibaca oleh orang tua dan anak pada umumnya sebagai pengetahuan yang bermanfaat sebagai bentuk upaya pencegahan.”
Saya
pribadi memang merasa kurang sreg dengan pemaparan di halaman 22 dan 24 (walaupun
kalau disuruh nulis sendiri juga bingung mau merangkai kalimat seperti apa).
Namun, saya bisa paham setelah membaca secara utuh.
Mungkin,
kesalahan fatal buku anak ini adalah tidak adanya label “BO” (Bimbingan Orangtua)
kalau memang ditujukan untuk pembaca kanak-kanak.
Kalau ditujukan untuk pembaca dewasa (orangtua), kemasannya sangat anak-anak. Terasa sedikit ambigu. Ini buku untuk anak-anak atau orangtua?
Kalau ditujukan untuk pembaca dewasa (orangtua), kemasannya sangat anak-anak. Terasa sedikit ambigu. Ini buku untuk anak-anak atau orangtua?
Namun,
sepengalaman saya membacakan buku cerita (read
a loud) untuk anak-anak saya, buku seperti ini (buku cerita dengan halaman
khusus berisi tips untuk orangtua) adalah buku anak-anak yang sebaiknya
dibacakan oleh orangtua.
Sedikit
heran, kenapa ribut-ributnya sekarang, ya? Buku ini terbit tahun 2016.
Dari narasumber saya di toko buku (yang kemudian diperkuat oleh keterangan penerbit), buku ini sebenarnya sudah ditarik pada bulan Desember 2016 atas inisiatif penulis dan penerbit sendiri.
Dari narasumber saya di toko buku (yang kemudian diperkuat oleh keterangan penerbit), buku ini sebenarnya sudah ditarik pada bulan Desember 2016 atas inisiatif penulis dan penerbit sendiri.
Buku tentang Sex Education
Sedikit
pembanding, berikut buku tentang pencegahan kejahatan seksual pada anak-anak
yang ada di rak buku saya.
Dua buku tentang pencegahan kejahatan seksual pada anak. |
Buku
pertama, Badanku Milikku. Ditulis
oleh Prof. Etty Indriaty, Ph.D dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama.
Di halaman judul (halaman pertama setelah kaver) ada tulisan “Bacaan Wajib Orangtua Anak Balita dan Guru TK”. Clear ya, siapa segmen yang dituju oleh buku ini.
Di halaman judul (halaman pertama setelah kaver) ada tulisan “Bacaan Wajib Orangtua Anak Balita dan Guru TK”. Clear ya, siapa segmen yang dituju oleh buku ini.
Sampai
halaman 7, buku ini berisi pemaparan yang memang ditujukan pada orangtua dan
guru. Ada data statistik tentang kejahatan seksual pada anak di Indonesia. Ada
kajian ilmiahnya.
Halaman
8 sampai 22 berisi gambar-gambar tentang “badanku milikku”, apa yang harus
ditutup, apa yang tidak boleh disentuh orang lain dan sebagainya. Orangtua dan
guru diharapkan membacakan bagian
ini pada anak/murid.
Sekarang
buku yang kedua. Judulnya Terhindar dari
Pelecehan Seksual. Buku yang ditulis oleh Yoli Hemdi ini merupakan 1 dari
10 buku Seri Keselamatan Anak. Diterbitkan
oleh Bestari Kids.
Di
halaman 22 buku ini ada keterangan bahwa penulis melakukan wawancara eksklusif
dengan dr. Boyke Dian Nugraha, Prof.Dr. Zakiah Drajat (pakar psikologi agama),
dan Andre Tuwaidan (Direktur Matra Taekwondo School).
Di
blurb dan kata pengantar tertulis
buku ini untuk anak-anak. Meski demikian, menurut saya buku yang bahasanya
sangat lugas ini sebaiknya diberi label BO, dibacakan oleh orangtua, atau dibaca dengan
didampingi orangtua. Bakal banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh anak-anak, soalnya.
Sedikit Saran
Menutup
tulisan panjang ini, ada sedikit saran dari saya.
- Penerbit sebaiknya mencantumkan
label BO pada buku yang bermuatan pendidikan seks untuk anak-anak. Bagus juga
tuh seperti buku Badanku Milikku itu.
Hindari buku yang ambigu “Itu untuk anak kecil atau untuk ortunya ya?”.
- Penulis lebih berhati-hati dalam
berkarya. Wellll…. Ini pengingat bagi
saya juga.
- Orangtua lebih rajin membaca, lebih
peduli pada buku yang dibaca oleh anak, serta membiasakan diri membacakan
cerita untuk anak-anak. Bukan rahasia, banyak orangtua ingin anaknya pintar dan
suka membaca, tapi orangtua sendiri tak suka membaca.
Salah satu keuntungan membacakan buku pada anak-anak adalah mereka bisa langsung bertanya jika ada yang tidak dipahami. Lebih lengkapnya bisa dibaca di Manfaat dan Panduan Membacakan Buku Cerita Untuk Anak.
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.