Sebagai penulis buku dan editor, saya lebih sering bekerja di rumah. “Enak ya kerja di rumah gitu. Nggak perlu macet-macetan di jalan.”
Hehe…
di satu sisi memang enak lho kerja dari rumah. Bisa nyantai kerja pakai kaus
belel atau baju nggak matching. Di sisi lain, kadang-kadang bosan
dan ingin suasana yang berbeda.
Tentang kerja dari rumah ini saya tulis di sini:
- Dari Perempuan Kantoran ke Perempuan Rumahan
- Bisakah Hidup dari Menulis?
- Mendapatkan Uang dengan Menulis di Internet
Sabtu (25 Februari 2017) kemarin saya ada acara bareng Rumah Awardee di Gedung
Pascasarjana Fisip Unpad, kawasan Dago, Bandung.
Keluar dari Bukit Dago Utara, belum ada tujuan pasti akan ke mana. Mungkin ke
Merdeka, sekalian nyari referensi untuk buku yang akan saya garap.
Tapi hei, belum lama meninggalkan Bukit Dago Utara, tepatnya di depan SMP Darul Hikam, ada sebuah nama yang menyapa mata saya. Drinks and Library.
Cokotetra Drinks and Library
Kafe buku ini bernama lengkap Cokotetra Drinks and Library. Cokotetra sendiri ternyata merupakan akronim dari Cokelat, Kopi, Teh, Sastra.
Dari
luar terlihat rak buku yang tinggi ramping di dalam sana. Oke, masuk! Tempat
mungil ini sepertinya cocok banget buat kencan dengan naskah.
Cokotetra Drinks and Library di Jl. Ir. H Juanda No. 322 Bandung. |
Saya mengambil tempat di pojok depan, menghadap jalan raya. Bersebelahan dengan rak buku yang tadi terlihat dari luar Cokotetra. Sekilas saya lihat ada serial Harry Potter, novel-novel Dee, dan novel karya Pramoedya Ananta Toer.
Tapi
saya nggak bisa sekilas ketika membuka buku menu yang harga per item-nya sekitar 20 ribuan. Dibuka dengan poin-poin
penjelasan tentang cokelat dan kopi. Lalu di setiap jenis minuman ada
penjelasan lagi.
Misalnya pada menu Ice C’mon dijelaskan bahwa ini adalah kopi dengan campuran
perasan buah lemon dan sedikit soda, menghasilkan rasa kopi yang menggelitik
lidah.
Masalahnya
adalah saya lapar dan di sini hanya ada beraneka minuman kopi, teh, dan
cokelat, serta sedikit kudapan!
Tiba-tiba saya teringat warteg di sebelah Cokotetra
Drinks and Library. Tau gini mah tadi saya makan dulu di sebelah baru
mlipir ke sini :D
Akhirnya
saya ke bar. Nanya ke barista, minuman apa yang menjadi andalan Cokotetra.
Meskipun pencinta kopi, saat ini saya sedang tidak ingin
minum kopi.
Ternyata minuman andalan sekaligus yang paling laris adalah milk choco, dark
choco, dan matcha. Saya memesan hot dark choco. Plus french
fries untuk mengganjal perut.
French fries dan hot dark choco. |
Di depan meja bar ada rak buku mungil. Dan hei! Itu buku saya! Total ada lima buku yang terlihat di sana. Kilau Satu Bintang, Bila Mencintaimu Indah, Rahasia Pastel Istimewa, Genk Kompor 1, dan Genk Kompor 2.
Cokotetra Nyaman Untuk Bekerja
Mojoklah
saya di sebuah meja mungil. Ditemani alunan musik instrumentalia dan wifi yang
kencang, saya berfokus pada lembar-lembar naskah.
Tenang dan kondusif buat nebeng kerja. |
Sesekali
saya menyesap dark choco yang tidak hot lagi setelah puluhan menit
berlalu.
Nggak salah, deh, dark choco ini menjadi salah satu minuman andalan Cokotetra.
Cokelatnya terasa kental. Rasanya manis tapi masih menyelipkan sedikit rasa
pahit khas coklat. Dan yang jelas, cocok untuk menemani
berlama-lama di kafe buku ini.
Hehe… beneran. Dark choco ini enaknya dinikmati perlahan-lahan.
Sebenarnya ingin meneruskan dengan membuat konsep ide yang kemarin seliweran di benak saya. Tapi jarum jam sudah mendekati pukul lima. Hujan deras yang tadi pun hanya menyisakan rintik-rintik.
Dan yah, mata saya tidak sanggup meneruskan bekerja di dalam cahaya redup Cokotetra. Redupnya memang menenangkan. Ketika siang juga nyaman. Tapi beranjak petang, saya nyerah deh.
Koleksi buku Cokotetra. |
Malam Minggu Tanpa Wifi
Ada
banyak hal menarik di kafe yang mulai beroperasi November 2012 ini. Selain
tempat dan dark choco-nya yang membuatnya menjadi recommended cafe
di Bandung, keramahan para pegawainya juga bikin betah.
Rian, barista yang bekerja di kafe ini sejak Desember 2012, kenal banyak pengunjung Cokotetra, termasuk pelanggan lama. Mungkin saya juga akan diingatnya?
Rian, barista Cokotetra. |
Berapa
banyak pengunjung kafe yang ketika ditanya “Nama Teteh siapa?” malah ngambil
buku di rak dan bilang, “Saya yang nulis buku ini.” Lalu membuka halaman
terakhir buku dan berkata, “Fotonya sama kan dengan saya?” Hahaha… asalkan
jangan diinget noraknya aja, ya. :D
Ada buku-buku saya di Cokotetra. |
Yang unik, setiap malam Minggu, tepatnya pukul 18.00 hingga jam tutup pukul 23.00, kafe milik empat sahabat alumni ITB ini mematikan wifi.
Oh, barulah saya paham pada tagar #MalamMingguTanpaWifi yang terpajang di dinding.
“Supaya
pengunjung lebih banyak berinteraksi dengan sesama manusia atau membaca buku,”
begitu alasannya.
Selain Cokotetra, saya juga merekomendasikan coffee shop Bandung ini:
- Encykoffee,Tempat
Ngopi di Bandung, coffee shop yang menyatu
dengan taman bacaan legendaris.
- Dewaji Coffee . Coffee shop di kawasan Ujungberung ini recommended banget bagi pencinta kopi.
Lokasi dan Akses Angkutan Umum
Cokotetra Drinks and Library ini berlokasi di Jl. Ir. H Juanda (alias Jalan Dago) Nomor 322 Bandung. Akses ke tempat ini sangat gampang. Saya aja yang selama ini kudet. :D
Kalau
pakai kendaraan pribadi, melaju sajalah melewati Simpang Dago terus ke arah
atas.
Kalau sudah melihat Masjid Darul Hikam di sebelah kiri jalan, pelankan
laju kendaraan. Cokotetra Drinks and Library berada di sebelah kanan
jalan, berhadapan dengan SMP Darul Hikam. Masalahnya, kalau bawa mobil, nggak
ada tempat parkir.
Kalau
pakai angkutan umum? Ini angkot menuju lokasi Cokotetra.
- Dari
arah BIP (Jalan Merdeka), naik angkot Kebon Kelapa – Dago yang ke arah
Dago. Turun di seberang Cokotetra.
- Dari
arah Ciroyom naik angkot Ciroyom – Cicaheum, turun di Simpang Dago, trus
naik angkot Kelapa – Dago.
- Dari
arah Ledeng, naik angkot Ledeng – Cicaheum, turun di Jalan Siliwangi, naik
angkot Ciroyom - Cicaheum turun di Simpang Dago (jalan kaki juga bisa kalo
nggak capek mah), trus naik angkot Kelapa-Dago.
- Dari
arah Riung Bandung, tinggal naik angkot Riung Bandung – Dago yang berwarna
putih. Lewat pas di depannya, kok. Tinggal nyebrang.
- Dari
Terminal Leuwipanjang, naik bus Damri Leuwipanjang – Dago, turun di halte
bus Jalan Dago, trus sambung naik angkot Kelapa - Dago. Turun dari busnya
sebelum si bus belok ke Jalan Dipati Ukur, ya. Kalau udah telanjur belok
dan terbawa sampai kampus Unpad Dipati Ukur, berarti mesti naik angkot
Riung Bandung –Dago.
- Dari
arah Gedebage, naik angkot Gedebage-Awiligar yang berwarna pink unyu.
Turun di Borromeus, lalu nyebrang dan naik angkot Kelapa – Dago.
- Dari
arah Cicaheum, bisa naik angkot Cicaheum – Ciroyom, turun di Simpang Dago
trus naik angkot Kelapa-Dago, atau turun di Jalan Dipati Ukur trus naik
angkot putih Riung Bandung –Dago.
- Kalau
naik angkot Panghegar – Dipati Ukur, sampai Dipati Ukur disambung naik
angkot Riung Bandung – Dago.
Eh,
kenapa saya jadi seperti kenek angkot ya? :D Pokoknya itu, deh,
angkot-angkotnya.
Salam,
Triani Retno A
www.trianiretno.com
Penulis, Blogger, Editor
Wah, asik. Kayaknya enak buat ngerjain naskah, nih. Kapan-kapan Dydie cobain deh, mbak Eno. TFS.
BalasHapusDulu saya pernah mampir juga kesitu dan kayaknya pilihan tempat duduk n jenis minuman yg kita pilih sama hehe..hot chocolate.rasanya pas ga terlalu manis ya. Tempatnya memang cukup mungil namun yg berkesan petugas cafenya ramah2..jadi pengen kesana lagi..
BalasHapus