Sudah dua bulan berlalu sejak kamu kembali pada Sang Pencipta. Dua bulan ini, begitu banyak kenangan bersama kamu berseliweran dalam benakku. Yang lama terpendam di dasar ingatan pun mendadak mencuat lagi ke permukaan.
Berita Baik Darimu
“Teeraaa!” teriakanmu
langsung terdengar ketika gagang telepon kutempelkan di telinga. “Nggak
nyangka kamu bisa bikin puisi.”
“Puisi?”
“Iya. Itu cerpen kamu yang
di majalah Aneka terbaru kan ada puisinya. Udah lihat
belum?”
Obrolan suatu sore di
tahun 1999. Kamu di Senayan, aku beberapa kilometer saja dari kantormu.
Sore itu aku tahu kamu
suka memantau cerpen-cerpen di semua majalah. Sebenarnya aku juga suka,
sih. Tapi cuma majalah-majalah yang kukirimi naskah. Lebih tepatnya untuk
mengecek apa cerpenku ada yang dimuat atau tidak. Nomor bukti, kan, baru 1-2
minggu kemudian. Mana sabar menunggu sekian lama.
Kamu? Ya ampun. Semua
majalah kamu cek. Kamu bahkan tahu cerpen-cerpenku dimuat di majalah Orbit. Bahkan, kamu lebih cepat mengeceknya daripada aku. Terbukti, aku sering tahu ada cerpenku dimuat di majalah ini dan itu ya dari kamu.
Yang kamu tidak tahu mungkin hanya tulisanku di majalah Aku Anak Saleh. Waktu itu kamu sudah menghilang dan aku juga pakai nama pena baru dengan menyematkan nama laki-laki yang kemudian membuatku terluka.
Yang kamu tidak tahu mungkin hanya tulisanku di majalah Aku Anak Saleh. Waktu itu kamu sudah menghilang dan aku juga pakai nama pena baru dengan menyematkan nama laki-laki yang kemudian membuatku terluka.
Setelah putus kontak
bertahun-tahun, suatu siang sebuah suara riang meneleponku.
“Teeraaaa...! Selamat, ya. Kereeen!
Menang lomba novel di Gramedia.”
“Makasiiih.
Ini siapa, ya?” Bingung. Nomor yang masuk tak ada dalam daftar kontakku.
“Fernando. Masa lupa?”
“Fernando?” Makin bingung.
Kamu tergelak. “Teeraaa!
Ini Nandooo!”
Itu kamu. Kamu yang
ternyata selalu mengikuti perjalanan menulisku.
Nando. 17 Juli 1970 - 25 Maret 2017. |
Pembawa Berita Baik
Di era Facebook,
kegemaranmu membawa berita baik semakin menjadi-jadi. Bukan hanya untukku, tapi
juga untuk teman-teman kita. Untuk semua orang.
Setiap pekan ada saja yang
mendapat berita baik darimu. Cerpen si A dimuat di majalah Hai, cerpen si B Gadis, si
C di majalah Kawanku, si D di Bobo, si E di Kompas Anak… dan entah majalah apa lagi.
Ah, kamu masih seperti
kamu yang pertama kukenal. Semua majalah kamu pantau. Padahal kesibukanmu di
kantor sudah padat. Tapi kamu bisa. Kamu konsisten. Dan kamu melakukannya
dengan ringan. Dengan riang gembira.
Beberapa teman menjulukimu
“Bidadara”. Bidadari versi cowok karena kesukaanmu membawa kabar gembira. Ada
juga yang menjuluki “Pera Pembawa Berita Gembira”. Pera, versi cowok dari peri.
Maksa, sih. Tapi lucu.
Kamu bahkan sering
melakukan lebih dari sekadar menyampaikan berita baik.
“Makasih banyak kabarnya,
Om. Tapi di tempatku susah dapat majalah Hai,”
ujar seorang teman di sebuah kota di Sumatra ketika mendapat kabar darimu.
Kamu, tanpa diminta
langsung membeli majalah yang memuat karya teman kita itu dan mengirimkan
majalah tersebut padanya.
Bukan cuma satu kali
kamu melakukan itu. Tak terhitung. Dan aku tahu, kamu tak mau berhitung.
Teman-teman yang menulis
buku pun sering menerima kabar baik darimu dalam bentuk yang sedikit berbeda.
Tiap ke toko buku, ada saja buku
teman yang kamu foto lalu unggah di Facebook.
“Ngapain malam Minggu ke
toko buku melulu? Kasirnya cantik, ya?”
“Kasirnya cowok, tau!”
Sepergi Kamu
Sepergi kamu, teman-teman
kita bercerita tentang kebaikanmu. Kamu mencarikan dan mengirimkan majalah yang
memuat tulisan mereka. Kamu mengirimkan majalah pada seorang teman,
menyemangatinya.
Meyakinkankan bahwa ia bisa menulis seperti yang di majalah itu, bahkan lebih baik (dan kamu benar, terbukti dari banyak tulisannya yang kemudian dimuat di majalah itu).
Meyakinkankan bahwa ia bisa menulis seperti yang di majalah itu, bahkan lebih baik (dan kamu benar, terbukti dari banyak tulisannya yang kemudian dimuat di majalah itu).
Banyak yang aku pelajari
dari kamu. Salah satunya tentang kesukaanmu menyampaikan kabar baik pada
teman-teman. Ya, darimu aku belajar tentang menjadi bermanfaat.
Sepergi kamu, kebaikanmu
saja yang tertinggal. Di dalam kenangan. Di dalam hati. Di dalam harap untuk
melakukan kebaikan sepertimu. Bagiku, Kamu Tak Tergantikan.
“Setiap kebaikan adalah sedekah.” (H.R Muslim)
Salam,
Triani Retno A
Penulis, Editor, Blogger
www.trianiretno.com
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.