Bisa diprediksi, foto-foto makanan lezat dan keriaan berkumpul akan
memenuhi kabar berita. Foto-foto keluarga yang tersenyum lebar akan
berseliweran.
Salah? Tidak. Silakan berbagi bahagia.
Salah? Tidak. Silakan berbagi bahagia.
Namun, tahukah, ada yang
tak berbahagia. Ada yang langkahnya terasa berat untuk datang berkunjung. Ada
yang harus menguatkan hati untuk ikut berkumpul.
Ada yang merasa lebih baik diam saja di rumah menonton acara di televisi. Atau menyimak laporan langsung dari berbagai penjuru bumi melalui media sosial.
Tidak. Mereka bukan
antisosial. Mereka bukannya tak suka bersilaturahmi. Mereka bukannya tak rindu
berkumpul.
Mereka hanya sedih. Mereka hanya gundah. Sedih dan gundah jika lagi-lagi-lagi pertanyaan itu yang muncul:
Mereka hanya sedih. Mereka hanya gundah. Sedih dan gundah jika lagi-lagi-lagi pertanyaan itu yang muncul:
Sekepo itukah kita? |
Perhatian atau Kepo?
Sebenarnya, apa pentingnya bertanya seperti itu? Sekadar basa-basi, sok perhatian, atau kepo akut? Berapa banyak yang bertanya sekaligus memikirkan solusinya?
Hari-hari belakangan ini
banyak beredar meme atau tips trik di social media. Apalagi kalau bukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.
- Jika ditanya kapan nikah, bilang saja jodohmu belum lahir.
- Jika ditanya kapan lulus, bilang saja tenagamu masih dibutuhkan sama dekan dan rektor, jadi belum boleh lulus.
- Jika ditanya kenapa kamu hamil lagi, bilang saja itu karena pak suami nggak mungkin hamil.
- Jika ditanya kenapa kamu nggak hamil lagi, tanya balik kapan dia mau mati.
Tuh, lama-lama jadi sarkas
kan.
Lebaran, Kenapa Malah Melukai?
Meski sering ditanggapi
sambil tertawa atau bercanda, sangat bisa jadi pertanyaan kita menorehkan luka
di hati teman atau saudara yang kita tanya.
Luka yang coba ditutupi dengan
senyum dan canda. Sedih yang ditelan saja sendiri karena sungkan pada kita yang
berposisi lebih tua atau lebih tinggi secara strata sosial.
Perih yang disimpan saja karena tahu tak ada gunanya menjelaskan yang sebenarnya.
Perih yang disimpan saja karena tahu tak ada gunanya menjelaskan yang sebenarnya.
Hati yang terluka (Foto dari pixabay.com) |
Mana kita tahu jika hati
mereka menangis karena merasa terzalimi oleh kekepoan kita.
Kita sudah menikah. Tapi siapa
bisa menjamin anak keturunan kita akan semudah kita dalam berjodoh dan menikah?
Kita sudah punya anak yang
sehat. Tapi siapa bisa menjamin mereka kelak akan mudah hamil?
Kita (yang perempuan
atuhlah) hamil segera setelah menikah. Siapa menjamin kelak anak perempuan kita
pun akan begitu? Bagaimana jika tak kunjung hamil setelah 10-15 tahun menikah?
Kita kepo akut ketika
mendengar ada kerabat bercerai lalu mengorek-ngorek cerita tentang itu (yang
bisa jadi membuat luka hatinya berdarah lagi). Siapa menjamin rumah tangga kita
akan langgeng sampai maut memisahkan?
Kita tidak tahu ikhtiar apa saja yang sudah mereka lakukan. Kita hanya bertanya dan bertanya dengan kekepoan tingkat tingkat. Tak membesarkan hati, apalagi memberi solusi.
Kita tidak tahu ikhtiar apa saja yang sudah mereka lakukan. Kita hanya bertanya dan bertanya dengan kekepoan tingkat tingkat. Tak membesarkan hati, apalagi memberi solusi.
Kita hanya bertanya dan bertanya yang nantinya kita jadikan rumpian di tempat lain.
Silaturahmi Seharusnya Menyenangkan
Silaturahmi seharusnya bersuasana menyenangkan. Bukannya bikin seseorang ingin mencari pintu Doraemon dan kembali ke zaman dinosaurus dan mammoth yang tak pernah kepo.Mau lebaranan di zaman prasejarah aja? (Foto dari pixabay.com) |
Silaturahmi seharusnya
mendekatkan hubungan persaudaraan. Bukannya malah menyalakan api di dalam sekam,
yang sewaktu-waktu bisa berkobar dan menghanguskan.
Jika tak bisa memberi
solusi, tak usah kepo bertanya-tanya.
Jika pun tak terhindar
untuk bertanya atau berada dalam situasi ada orang lain bertanya serupa itu,
ucapkanlah kata-kata yang membesarkan hatinya.
Ucapkan doa agar Allah memudahkan segala urusannya. Berikan kata-kata penyemangat agar ia terus berharap pertolongan Allah.
Ucapkan doa agar Allah memudahkan segala urusannya. Berikan kata-kata penyemangat agar ia terus berharap pertolongan Allah.
Doa baik dan buruk akan
kembali pada kita.
Selamat bersilaturahmi,
Dari saya, yang juga
sering menerima pertanyaan-pertanyaan menyebalkan seperti itu.
Triani Retno A
Penulis
Buku, Novelis, Editor
Freelance
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.