Saya hanya ingin tahu, kenapa sih banyak orang ingin menovelkan kisah hidup mereka.
Ternyata, ada beberapa alasan yang (mungkin) membuat seseorang berkeinginan menulis novel tentang pengalaman hidup dirinya.
Menuliskan Pengalaman Hidup
- Paling inspiratif, paling menderita, paling memilukan, paling unik, dan paling-paling lainnya.
- Pengalaman hidup tiap orang berbeda.
- Berharap pengalaman hidupnya bisa menjadi bahan perenungan dan pelajaran bagi orang lain.
- Kenang-kenangan buat anak cucu.
- Pengalaman hidup adalah ide yang paling mudah didapat dan mudah digarap karena telah mengalaminya sendiri.
- Gagal move on dari cinta yang lalu.
- Terapi.
Usia Kita Terlalu Pendek
Bagi saya, sah-sah saja kalau ingin menuliskan
pengalaman hidup sendiri menjadi sebuah novel.
Saya sendiri berpaham bahwa usia kita terlalu
pendek untuk mengalami semua hal yang mungkin terjadi dalam kehidupan.
Dalam usia kita yang hanya sekitar 70 tahun,
kita tidak bisa menjadi atlet panjat tebing yang juga pendaki gunung yang
tersesat, sekaligus menjadi penderita penyakit langka, orang paling sehat di
dunia, pengusaha yang 30 kali gagal baru kemudian sukses, guru di pedalaman
Zimbabwe, dokter ahli anastesi, konselor pecandu narkoba, koki di kapal pesiar,
pelatih lumba-lumba, menikah dengan cinta pertama, menikah karena dijodohkan,
punya anak kembar identik lima orang, merasa sedih karena tak kunjung hamil,
dan sebagainya.
Namun, kita bisa ikut mengalaminya dengan
membaca pengalaman orang lain.
Tulis Kisah Hidupmu Sendiri
Jika menurut kita pengalaman hidup itu memang
pantas dinovelkan―apa pun alasannya―mengapa tidak menuliskannya sendiri?
Saya pernah mengedit naskah novel seorang ibu
sepuh. Novel itu akan diterbitkannya sendiri dalam jumlah terbatas. Katanya,
itu kenang-kenangan buat anak cucunya.
Menulislah jika tidak ingin dilupakan. |
Selain lebih puas, ada keuntungan lain yang
kita dapatkan jika menuliskannya sendiri. Perasaan lega. Lega karena unek-unek di hati sudah tertuang.
Rasa takut, sedih, marah, gembira, bahagia, cemas…, bisa dituangkan dalam
tulisan.
Tidak bisa menulis? Bisa dipelajari, kok. Biayanya juga
terjangkau.
Terkait dengan menulis novel dan pengalaman hidup, silakan baca tulisan saya yang ini ya:
Memang, menulis sendiri (apalagi baru memulai dari tahap belajar) tidak semudah meminta orang lain menuliskannya untuk kita. Ada usaha yang harus kita keluarkan. Ada waktu yang harus kita sediakan. Namun, ada kepuasan tak ternilai dalam setiap prosesnya.
Terkait dengan menulis novel dan pengalaman hidup, silakan baca tulisan saya yang ini ya:
- Belajar Menulis pada Ahlinya
- Untuk Kamu yang Ingin Jadi Penulis Novel
- Tips Menulis Novel Remaja
- Duhai Muslimah, Menulislah
- Menulis Kisah Sejati
Memang, menulis sendiri (apalagi baru memulai dari tahap belajar) tidak semudah meminta orang lain menuliskannya untuk kita. Ada usaha yang harus kita keluarkan. Ada waktu yang harus kita sediakan. Namun, ada kepuasan tak ternilai dalam setiap prosesnya.
Yuk, belajar menulis.
Salam,
Triani Retno A www.trianiretno.com
Penulis Buku, Novelia, Editor Freelance
Aku pernah menulis naskah panjang berkaitan dengan pengalaman diri sendiri. Sampai sekarang, aku belum edit lagi.
BalasHapusInsya Allah mau ikut Mbk
BalasHapusBiasanya kisah hidup itu lbh ngalir utk dituliskan dan bisa saja menjadi inspirasi bagi lainnya
BalasHapustulisan dari cerita orang terdekat juga bisa jadi inspirasi :)
BalasHapusBlog yang keren. Artikel yang bagus. Semoga banyak yang terinspirasi...
BalasHapus