“Saya berada di
sini untuk mendengarkan pertanyaan, curhat, masukan, apa pun dari rekan-rekan
blogger. Silakan.”
Kurang lebih begitulah kalimat
pembuka yang dilontarkan Zulkifli Hasan, Ketua MPR RI periode 2014-2019. Cukup untuk
membuat saya terperangah. Eh, kok? Nggak ada paparan materi apaaa gitu?
Berbeda dengan kebanyakan
teman blogger, tanggal 11 Desember 2017 kemarin baru pertama kalinya saya ikut acara
Gathering Netizen MPR dan BloggerBDG.
Pada gathering pertama
bulan Mei yang menyosialisasikan empat pilar MPR, saya tidak ikut. Bulan-bulan itu saya masih berkabung.
Senin siang kemarin, mengabaikan badan meriang dan sesak napas yang sudah beberapa hari mengganggu, saya meluncur ke Hotel Aston Tropicana di Jalan Cihampelas 125-127 Bandung.
Senin siang kemarin, mengabaikan badan meriang dan sesak napas yang sudah beberapa hari mengganggu, saya meluncur ke Hotel Aston Tropicana di Jalan Cihampelas 125-127 Bandung.
Curhat Rakyat
Kalimat pembuka dari Pak
Zul tadi membuat Ruang Royal Palm 1 hening sejenak. Teman-teman blogger juga
sepertinya tidak menyangka akan diminta untuk langsung bertanya dan curhat.
Lalu, satu per satu mulai mengacungkan tangan untuk bertanya.
Lalu, satu per satu mulai mengacungkan tangan untuk bertanya.
Tepatnya, Ngobrol bareng Kerua MPR RI. |
Beragam pertanyaan
terlontar dari para blogger. Bu Maria menyoal masalah sampah, Bu Intan curhat
tentang gas yang sering hilang di pasaran, Mbak Sugi mengeluhkan “politik perkawanan”
yang sangat banyak terjadi di Indonesia.
Ada juga yang mempersoalkan masalah pilkada, Setya Novanto, dan e-ktp.
Ada juga yang mempersoalkan masalah pilkada, Setya Novanto, dan e-ktp.
Bang Aswi, kepala suku
Blogger Bandung, menyinggung masalah royalti buku hingga Tere Liye yang menghentikan
hak terbit buku-bukunya.
Eh iyaaa. Royalti! Ikutan,
dong. Hihi….
Saya nambahin curhat
tentang masalah yang dihadapi penulis. Royalti yang minim dan pajak yang besar hanya
salah satunya.
Yang tak kalah mematikan adalah masalah pembajakan buku dan plagiat. Makin hari, pembajakan buku ini makin mengerikan. Makin kurang asem.
Yang tak kalah mematikan adalah masalah pembajakan buku dan plagiat. Makin hari, pembajakan buku ini makin mengerikan. Makin kurang asem.
Numpang curhat ya, Pak Zuuul. 😇 Foto: Nia Haryanto. |
Di satu sisi, penulis buku
dituntut untuk menghasilkan buku-buku yang berkualitas, dituntut untuk ikut
mencerdaskan bangsa.
Di sisi lain penulis buku terimpit oleh pajak
royalti, pembajakan buku, dan plagiarisme. Lebih jauh tentang unek-unek ini saya tulis di artikel Masalah yang Dihadapi Penulis.
Sebenarnya, apa sih yang sudah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah ini?
Sebenarnya, apa sih yang sudah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah ini?
Plagiat Itu Sama Dengan Merampok
Dengan tenang Pak Zul
menanggapi belasan pertanyaan dan curhatan panjang rakyat yang kebetulan adalah
para blogger ini.
Terkait masalah royalti,
pajak, pembajakan buku, dan plagiarisme, Pak Zul menanggapi cukup panjang
(mungkin karena ada dua orang yang curhat, ya).
Menurut Pak Zul, masalah
pajak atas royalti penulis ini sedang diperjuangkan oleh Komisi X di DPR. Anang
termasuk yang getol memperjuangkan masalah pajak ini.
“Bagaimana masyarakat bisa maju jika tidak ada penghargaan bagi orang yang berkarya?” kata Pak Zul.
Iyesss… setuju banget, Pak.
Kemudian Pak Zul bercerita
tentang masyarakat di negara-negara yang memiliki kesadaran hukum tinggi. Tanpa
banyak peraturan ini-itu, lembaga ini-itu, masing-masing sudah sadar. Kalau
bukan miliknya ya tidak diambil.
Apa hubungannya dengan
plagiat dan pembajakan buku?
Sangat ada.
“Plagiat, membajak buku, itu sama dengan merampok. Itu korupsi,” tegas Pak Zul.
Tiga identitas yang harus kita miliki. |
Huuuft… pernyataan ini
bagai setetes air di padang gersang. Lebay? Biariiin…. 😄
Barangkali Teman-teman masih ingat, beberapa bulan lalu seorang guru besar ternama mengatakan bahwa plagiat hanya di ranah karya ilmiah. Padahal faktanya, karya sastra dan buku anak-anak yang jelas-jelas dilindungi oleh undang-undang pun diplagiat. Termasuk novel saya 😖
Tentang plagiat beberapa kali saya tulis di blog ini. Di antaranya Buku Anak Juga Rawan Diplagiat serta Plagiat, Plagiator, dan Kejujuran Kita.
“Rakyat harus melawan
sehingga nantinya muncul kesadaran baru. Blogger, netizen, punya andil dalam
mengupayakan perubahan peradaban ini,” kata Pak Zul lagi.
Harapan Rakyat
Sebagai rakyat jelita,
tentu saya berharap MPR benar-benar bisa menjadi rumah bagi rakyat.
Sebagai rakyat, saya
sangat berharap mereka-mereka yang dipilih oleh rakyat, bersungguh-sungguh
memperjuangkan aspirasi rakyat.
Jangan hanya merangkul rakyat ketika masa pemilihan lalu berbalik meninggalkan rakyat ketika sudah terpilih.
Jangan malah sibuk memperkaya diri sendiri dan lupa pada rakyat.
Jangan hanya merangkul rakyat ketika masa pemilihan lalu berbalik meninggalkan rakyat ketika sudah terpilih.
Jangan malah sibuk memperkaya diri sendiri dan lupa pada rakyat.
Foto dulu sebelum acara dimulai. |
Saya (sayangnya) sepakat
dengan pernyataan Pak Zul bahwa sekarang Merah Putih mulai terkoyak-koyak.
Saya juga merasa seperti itu. Saya juga melihat seperti itu keadaannya. Sedih sekali rasanya.
Saya juga merasa seperti itu. Saya juga melihat seperti itu keadaannya. Sedih sekali rasanya.
Sebagai rakyat, saya
sangat berharap MPR sebagai lembaga tertinggi menyampaikan suara kami, suara
rakyat, suara remahan rangginang dan remahan brownies ini, pada pihak-pihak
terkait. Mestinya lebih didengar kan, ya, kalau MPR yang ngomong. Termasuk masalah plagiat dan plagiator ini.
Semoga MPR bisa kokoh mengawal
ideologi Pancasila dan kedaulatan rakyat.
Semoga MPR bersama-sama semua elemen masyarakat dapat menjaga keutuhan bangsa Indonesia. Menjadi bangsa yang kuat, bangsa yang kokoh, bangsa pemenang.
Semoga MPR bersama-sama semua elemen masyarakat dapat menjaga keutuhan bangsa Indonesia. Menjadi bangsa yang kuat, bangsa yang kokoh, bangsa pemenang.
Foto: Dedew Putra Cikeusik. |
Foto bareng seusai acara (Foto Bang Aswi) |
Dari heboh wefie-wefienya, terbayang kan acara secair apa? 😊 |
Salam,
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.