Apa yang menyenangkan jika bertemu teman lama? Bagi saya yang kadang-kadang absurd ini, jawabannya adalah fakta bahwa saya masih awet kurus.
Hahaha…
ampuuun. Bukan narsis. Tapi jujur aja. Perempuan, apalagi kalau udah jadi ibu-ibu,
biasanya bermasalah dengan berat badan. Tapi saya tidak mengalami masalah itu.
Sebenarnya
saya tak sekurus dulu. Terbukti dari rok SMA yang masih tersimpan di lemari,
tak muat lagi saya pakai. Tapi dibandingkan teman-teman, saya memang relatif
gitu-gitu aja.
Tampak
awet kurus seperti dulu itu kan: tam-pak-nya. Yang nggak tampak, beda lagi.
Karena
terlihat awet kurus itu, kalau kumpul-kumpul saya sering disodori makanan,
makanan, dan makanan. “Biar cepet gede, No.” Ahahaha…. Jadi terpikir buat bawa
rantang susun 11 tingkat.
Sayangnya,
banyak makanan yang tak bisa saya nikmati. Selain karena porsi makan saya
memang sedikit, saya alergi pada jenis makanan tertentu. Ada juga makanan yang
harus saya lewatkan karena perut saya menolak.
Kalau
teman-teman saya ribut ingin diet untuk menurunkan berat badan, saya ribut memilih makanan yang bisa saya santap dengan aman.
Perut yang Sensitif
Perut
saya memang cukup sensitif. Sering tak mau berkompromi dengan lidah yang
inginnya mencecap makanan tertentu. Lidah saya bilang sedap, otak saya bilang
enak banget, perut saya… demostrasi!
Kalau
musim mangga tiba, misalnya. Saya harus puas dengan mangga arumanis saja.
Mangga jenis lain sering membuat asam lambung saya naik.
Yang
paling parah sih si mangga cengkir. Sedihnya, tetangga persis di depan rumah
punya pohon mangga cengkir yang selalu sarat buah jika sedang musim. Dan mereka
rajin pula mengirim hasil panen itu ke rumah.
Cukup
satu-dua iris mangga cengkir masuk ke perut dan… berantakanlah semua jadwal
kegiatan karena perut saya berontak. Langsung diare.
Salah
satunya adalah saat Kang Emil meluncurkan buku #Tetot pada tahun 2015.
Di acara launching buku #Tetot Ridwan Kamil. |
Undangan untuk hadir di acara itu datang tepat ketika saya sedang bolak-balik ke kamar mandi gara-gara tergoda makan mangga cengkir.
Mau
nggak dateng … duh, sayang banget. Mau dateng… tapi sedang diare. Badan pun
terasa lemas sekali karenanya. Ya gimana nggak lemas kalau sepanjang pagi-siang
saja bisa enam-tujuh kali ke kamar mandi untuk BAB.
Kepikiran,
dong, gimana kalau ikut acara itu trus di sana si diare kumat lagi. Lokasi launching itu ada di lantai tiga
Gramedia, dan toiletnya ada di… lantai dua!
Akhirnya,
dengan mempertimbangkan masih ada waktu sekitar 30 jam lagi, saya memutuskan
datang ke acara tersebut.
Mengatasi Diare
Tiga puluh jam itu mesti digunakan baik-baik untuk menyembuhkan diri. Harus segera atasi diare dengan tepat dan benar. Dan ini yang saya lakukan.
1. Banyak minum.
Terutama
teh hangat (plus gula + garam), air putih hangat, dan kuah sop (kuahnya aja
tanpa sayuran. Sayuran yang berserat tinggi bisa-bisa malah bikin diare makin
parah). Banyak minum ini supaya badan nggak sampai dehidrasi. Bahaya kalau
sampai dehidrasi.
2. Makan.
Tepatnya,
memaksa diri untuk makan supaya badan nggak semakin lemas. Yang saya makan
tentu saja bukan mangga cengkir. Oh, please
:D Bubur nasi yang halus plus telur asin, bubur sumsum plus gula merah, biskuit
empuk, atau roti panggang jadi pilihan yang aman.
3. Minum obat.
Obat diare adalah salah satu obat yang wajib ada di lemari obat. Jadi
kalau mulai terserang diarenya pada malam hari, ada obat yang siap digunakan.
Bagi saya, diare salah satu penyakit yang tidak bisa menunggu besok.
Terus-menerus
buang air dan kehilangan cairan bisa berbahaya bagi tubuh. Jadi, harus memaksakan diri untuk banyak minum guna mengganti cairan
yang hilang.
Selain itu minum obat untuk membantu menyerap racun/bakteri penyebab diare, mengurangi frekuensi buang air besar, dan memadatkan feses.
Selain itu minum obat untuk membantu menyerap racun/bakteri penyebab diare, mengurangi frekuensi buang air besar, dan memadatkan feses.
Ketika diare datang, segera lakukan ini. |
30 Jam Kemudian
Meski
belum sekuat dan sesehat biasanya, 30 jam kemudian kondisi saya membaik. Saya
bisa datang ke acara launching buku tersebut.
Untuk jaga-jaga, saya membawa obat diare, sebotol air sari kurma hangat, minyak kayu putih, dan tisu basah.
Untuk jaga-jaga, saya membawa obat diare, sebotol air sari kurma hangat, minyak kayu putih, dan tisu basah.
Selama
acara berlangsung, rasa mules melilit itu muncul sekali-dua kali. Namun, tak sampai
membuat saya pontang-panting berlari ke kamar mandi. Alhamdulillah.
Setelah
cukup beristirahat, dua hari kemudian saya sudah pulih. Babay, Diare. Babay,
Mangga Cengkir.
Salam,
Triani Retno A
Penulis, Editor, Blogger
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.