Si sulung saya―yang sering
dijuluki Bulepotan oleh teman-temannya―nyengir. “Iyaaa. Beres.”
Anak-anak saya, terutama
si bungsu, memang penggemar Hokben (selain makanan ala-ala buatan saya). Kalau
bisa, sih, tiap acara makan di luar dia pengennya ke Hokben.
Kebayang, kan, betenya si Adek kalau tahu saya ke Hokben sementara mereka harus ke sekolah? 😀
Ini acara makan-makan kami bertiga, sekaligus family time:
Kebayang, kan, betenya si Adek kalau tahu saya ke Hokben sementara mereka harus ke sekolah? 😀
Ini acara makan-makan kami bertiga, sekaligus family time:
- Chopstix, Tempat Makan Keluarga di Bandung. Chinesse food halal, nih.
- Menikmati Makan di Hotel Hilton Bandung.
- Jus Buhun dan Gurame Bakar di Saung Legit.
Hokben is Hoka-Hoka Bento
Hokben adalah nama baru
Hoka-Hoka Bento. Saya baru ngeh. Hadeuh, iya! Ke mana aja saya.
Sejak pertama kenal Hoka-Hoka Bento bertahun-tahun lalu, saya memang lebih suka menyebutnya sebagai Hokben. Atuda kepanjangan nyebut Hoka-Hoka Bento mah.
Sejak pertama kenal Hoka-Hoka Bento bertahun-tahun lalu, saya memang lebih suka menyebutnya sebagai Hokben. Atuda kepanjangan nyebut Hoka-Hoka Bento mah.
Ibu Kartina Mangisi,
Communication Division Head Hokben, bercerita bahwa perubahan nama ini tak
lepas dari peran konsumen.
Ternyata bukan saya saja
yang sejak zaman baheula lebih suka menyebut “Hokben” daripada nama lengkapnya.
Dari situlah kemudian pihak manajemen memutuskan untuk mengubah nama Hoka-Hoka Bento menjadi Hokben.
Dari situlah kemudian pihak manajemen memutuskan untuk mengubah nama Hoka-Hoka Bento menjadi Hokben.
Keren. Ternyata Hokben
memperhatikan suara konsumennya.
Menu Baru Hokben, Sambal Khas Indonesia
Perhatian Hokben pada
konsumennya juga tampak pada menu baru mereka. Hoka Suka dan sambal khas
Indonesia.
Sulung saya si Bulepotan
itu mengernyit ketika tahu saya ke Hokben untuk icip-icip menu baru yang salah
satunya adalah sambal khas Indonesia.
“Sambal, Mi? Nggak salah?”
Hehe…. Saya memang bukan
penyuka pedas. Satu-satunya sambal yang bisa menggoda saya adalah sambal hijau
pada masakan Minang. Sebutlah itu anomali.
Lalu, apa jadinya jika
sambal ini masuk ke menu andalan Hokben? Bukankah selama ini Hokben adalah makanan
Jepang? Kok makanan Jepang pakai sambal, sih?
“Orang Indonesia suka
pedas,” kata Bu Kartina Mangisi.
Di sebelah saya, Dedew
bergumam pelan, “Saya nggak suka pedas.”
Saya nyengir. Ahaha….
Ternyata bukan saya sendiri orang-Indonesia-nggak-suka-pedas
yang berada di acara icip-icip sambal eh gathering Hokben dengan Blogger Bandung tanggal 13 Maret
2018 ini.
“Semua daerah di Indonesia
punya sambal andalan. Kami melakukan riset untuk mengetahui sambal apa yang
paling disukai oleh orang Indonesia,” lanjut Bu Kartina.
Selain Bu Kartina Mangisi dan Store Manager Hokben Paskal 160, Kang Ali Muakhir dari Blogger Bandung juga sharing ilmu. Kang Ale berbagi tentang membuat video pendek. |
Dari riset itu Hokben
kemudian memilih tiga macam sambal khas Indonesia. Sambal matah dari Bali,
sambal bawang dari Jawa, dan sambal hijau Padang.
Hoka Suka Plus Sambal
Menu baru di Hokben ini
bukan hanya ketiga macam sambal itu, tentu saja.
Sambal khas Indonesia itu
berada dalam paket menu baru Hokben yang baru diluncurkan tanggal 12 Februari
2018 lalu. Namanya Hoka Suka.
Hoka Suka ini menyajikan
perpaduan makanan Jepang dan Indonesia dalam satu paket.
Ada tiga macam menu Hoka Suka yang bisa dipilih,dengan harga di kisaran Rp 49.000 sampai Rp 58.000 per paket (termasuk pajak).
Ada tiga macam menu Hoka Suka yang bisa dipilih,dengan harga di kisaran Rp 49.000 sampai Rp 58.000 per paket (termasuk pajak).
Tiga varian menu Hoka Suka dengan sambal suka-suka. |
- Hoka Suka 1 terdiri atas nasi, yakitori grilled, kering kentang (yang kalau di Bandung lebih ngetop dengan nama mustofa), acar kuning, dan sambal khas Indonesia.
- Hoka Suka 2 terdiri atas nasi, empat ebi furai, kering kentang, acar kuning, dan sambal khas Indonesia.
- Hoka Suka 3 terdiri atas nasi, chicken katsu, kering kentang, acar kuning, dan sambal khas Indonesia.
Sambalnya bisa kita pilih
sendiri suka-suka kita, mau sambal matah, sambal bawang, atau sambal hijau.
Icip-Icip Menu Baru Hokben
Saya, dengan pertimbangan
keamanan, memilih Hoka Suka 3. Eh? Pertimbangan keamanan? Eheuheu… saya alergi
udang 😭
Untuk sambalnya, saya
mencoba ketiga jenis sambal tersebut sedikit-sedikit.
Sebelumnya, saya hirup
dulu aroma semua makanan yang ada di baki saya. Acar kuningnya wangi. Ada aroma
asam yang segar banget. Bagus buat pemancing nafsu makan (baca: bikin ngiler).
Wortelnya krenyes-krenyes.
Kering kentang aka
mustofa… saya suka! Kentangnya manis gurih dan kriuk-kriuk renyah. Saya memang penyuka
kentang. Hm ... bahkan lebih suka kentang daripada nasi :D
Tapi saya lebih suka ngemilin kering kentang daripada memakannya sebagai lauk. Selain karena sudah sama-sama karbo dengan nasi, di lidah saya lebih afdol aja rasanya kalau dicemilin.
Makanya kering kentang ini saya makan belakangan. Dicemilin dikit-dikit sampai habis.
Tapi saya lebih suka ngemilin kering kentang daripada memakannya sebagai lauk. Selain karena sudah sama-sama karbo dengan nasi, di lidah saya lebih afdol aja rasanya kalau dicemilin.
Makanya kering kentang ini saya makan belakangan. Dicemilin dikit-dikit sampai habis.
Daaaan… gimana sambalnya
di lidah saya?
Sama seperti acar kuning
dan kering kentang, ketiga macam sambal ini pun saya endus dulu.
Aromanya akan memberi tahu saya mana yang pedas dan mana yang lebih pedas. Kecurigaan saya jatuh pada sambal matah.
Aromanya akan memberi tahu saya mana yang pedas dan mana yang lebih pedas. Kecurigaan saya jatuh pada sambal matah.
Yang pertama saya coba
tentu saja sambal hijau. Tapi ternyata rasa yang paling nendang di lidah saya
adalah sambal bawang.
Sambal matah terasa terlalu pedas bagi saya. Cukup sak ndulit langsung bersih cemerlang eh langsung kepedesan. Well, penciuman saya ternyata tak berdusta 😀
Sambal matah terasa terlalu pedas bagi saya. Cukup sak ndulit langsung bersih cemerlang eh langsung kepedesan. Well, penciuman saya ternyata tak berdusta 😀
Sambal hijaunya enak
nggak, No?
Enak tidaknya makanan itu
selera subjektif. Kebetulan saja sambal hijau yang ini di bawah ekspektasi
saya. Atau mungkin karena terasa aneh menikmati sambal hijau ini bukan dengan
makanan khas Minang.
Biasanya kan sambal hijau ini menemani makanan Minang berkuah santan aneka rupa yang lamak bana.
Biasanya kan sambal hijau ini menemani makanan Minang berkuah santan aneka rupa yang lamak bana.
Fussion Jepang – Indonesia
Memadukan makanan Jepang
dan Indonesia… kenapa tidak. Penyuka makanan Jepang yang ingin merasakan
pedasnya sambal Indonesia bisa menemukannya di Hokben.
Oya, ketiga sambal khas
Indonesia itu bisa dibeli terpisah dari menu Hoka Suka, kok. Satu bungkusnya
seharga Rp 5.000.
Jadi bisa aja kalau mau
menikmati ekkado pakai sambal matah, tori no teba pakai sambal bawang, atau
beef teriyaki pakai sambal hijau. Suka-suka konsumen, deh.
Sempat terpikir membeli paket lengkap untuk bocah-bocah. Tapi….
“Nggak usah, Miiii. Nanti
aja kalau liburan kita makan di Hokben. Yeaaaay!” teriak si sulung di WA.
Okesip. Voucher-nya disimpan
lagi aja. Oh, ya, saya dapat voucher Hokben setelah rela (dipaksa sih
sebenernya 😀) ikut lomba memakai udeng Bali bareng Dedew dan Bang Aswi.
Hm… makan di Hokben mana,
ya, nanti? Di Hokben Jl. Pasir Kaliki 160 Bandung yang ada saung-saung kerennya ini atau di tempat lain, ya?
Ah, di Hokben mana pun
pasti oke karena Hokben berkomitmen memberikan layanan dan produk terbaiknya untuk konsumen Indonesia, serta telah mengantungi sertifikat halal MUI. Semua pasti sama enaknya. Oishii…!
Salam,
Triani Retno A
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.