Setiap tahun, tanggal 23
April diperingati sebagai World Book Day. Hari Buku Internasional.
Tahun 2018 ini, berkesempatan merayakan World Book Day di SMK Wikrama Bogor.
Senin, 23 April itu,
qadarullah Bandung diguyur hujan sejak dini hari. Pukul tujuh, masih sedikit
gerimis, barulah saya berangkat ke Terminal Leuwipanjang untuk kemudian melaju
ke Bogor.
Beberapa acara kepenulisan yang saya isi bisa dibaca di sini:
SMK Wikrama Bogor
Sesi saya dijadwalkan
mulai pukul 15.00 hingga pukul 17.15. Menurut perkiraan saya, jam 13.00 sudah
tiba di lokasi. Jadi bisa keliling-keliling dulu sebentar sebelum acara
dimulai.
Saya penasaran dengan warning dari Bu Widi, guru SMK Wikrama,
agar tidak membawa air minum dalam kemasan atau makanan berbungkus plastik.
Tapi ternyata bus ngetem
di terminal. Masih ditambah pula dengan macet di tol selepas Meikarta.
Alhasil, saya baru tiba di
Bogor pukul 14.15. Tidak turun di Terminal Baranangsiang tetapi di dekat Masjid
Raya Bogor. Lima belas menit kemudian, barulah saya tiba di SMK Wikrama di
kawasan Tajur.
Karena terburu-buru, jadi
nggak sempat mengamati bangunan sekolah yang terletak di ujung jalan ini.
Boro-boro deh berkeliling seperti rencana semula.
Ke toilet dulu sebelum ke
pendopo, lalu ke musala. Toiletnya bersiiiih banget. Sebelum pulang saya fotoin
dulu beberapa toiletnya. Hehe…jauh-jauh dari Bandung malah motretin toilet.
Eh, tapi patut
diapresiasi, lho. Lebih-lebih karena toilet yang bersih itu adalah hasil piket
para siswa SMK Wikrama secara bergiliran.
Toilet kinclong ini dibersihkan sendiri oleh para siswa. |
Tidak ada office boy/girl di sini. Kebersihan kelas dan lingkungan sekolah pun tanggung jawab bersama para murid.
Noted.
Tidak ada OB/OG. Tidak boleh bawa botol minum plastik. Tidak boleh bawa makanan
berbungkus plastik. Tidak boleh bawa kantong kresek.
Acara World Book Day
Pendopo semi terbuka yang
menjadi tempat acara berada di lantai 3. Di luar pendopo ini ada kebun. Kebun
hidroponik pun ada. Kata Bu Widi, anak-anak juga yang bertanggung jawab
mengurus kebun itu.
Tiba di pendopo, cerpenis
Ade Ubaidil (dari Serang) dan Ari Keling (dari Bekasi) sedang mengisi acara
bedah buku di hadapan puluhan siswa yang duduk rapi di lantai.
Yeah, setidaknya saya
datang sebelum sesi saya dimulai. Omong-omong rapi, saya
terkesima melihat sepatu para siswa di luar pendopo. Tersusun rapi sekali.
Semoga
kebiasaan hidup bersih, rapi, dan teratur ini terbawa sampai kelak mereka
dewasa dan terjun ke masyarakat.
Sayangnya, saya gagal
meminta adik-adik di SMK Wikrama untuk memanggil saya “Kakak” atau “Mbak” atau
“Teteh” seperti di tempat lain.
Masalahnya, Bu Widi dan Ari tak mau melepaskan
kebiasaan mereka memanggil saya “Bunda”.
Ade yang baru saya kenal pun ikut-ikutan manggil saya "Bunda".
“Saya merasa jadi anak
durhaka kalau manggil Bunda itu Mbak,” kata Ari.
Ooowh, baiklaaah. Baiklah.
Kupasrah saja jadinya.
Sekolah dengan Banyak Koridor
Senja hari, Bu Widi
mengantar saya, Ade, dan Ari berkeliling ke sebagian area sekolah. Ke kebun
hidroponik, kantin, ruang sinema, deretan ruang kelas.
Sayangnya, showroom yang memajang dan menjual hasil karya para siswa sudah tutup.
Sayangnya, showroom yang memajang dan menjual hasil karya para siswa sudah tutup.
Ada banyak tangga,
koridor, dan belokan di gedung sekolah yang didominasi warna oranye ini.
Kalau tanpa pemandu, saya bisa tersesat ini mah. Ya ampun, ngebayanginnya aja udah serem!
Kalau tanpa pemandu, saya bisa tersesat ini mah. Ya ampun, ngebayanginnya aja udah serem!
“Saya hampir setahun di
sini masih belum hafal juga,” kata Bu Widi.
Huehehe … apalagi saya.
Untungnya, di sekolah ini ada kamera CCTV di banyak tempat. Jadi bisa kelihatan
kalau ada orang baru yang tersesat.
Bagi saya, salah satu yang
menarik adalah adanya pojok-pojok literasi di lorong sekolah.
Dari sini setidaknya terlihat upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk mendekatkan para murid dengan buku dan kegiatan literasi.
Dari sini setidaknya terlihat upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk mendekatkan para murid dengan buku dan kegiatan literasi.
Sayang karena sudah lewat
Magrib dan banyak sudut gelap, saya nggak berani banyak jeprat-jepret.
Salah satu pojok literasi di SMK Wikrama Bogor. |
Menulis Untuk Mendapatkan Uang Saku
Itu salah satu materi menulis yang
harus saya sampai dalam acara World Book Day di SMK Wikrama ini.
Yup, ada dua materi yang
harus saya sampaikan dalam waktu singkat. Satu tentang menulis nonfiksi plus pelatihan menulis, satu lagi
tentang mendapat uang saku dari ngeblog.
Kabarnya, Bu Widi langsung
teringat saya ketika kepsek mengusulkan tema tersebut. Hehe… Sejak masih muda
belia saya memang sudah merasakan manfaat menulis untuk mendapatkan materi.
Tentang materi tersebut saya
tulis khusus di Mencari Uang Saku dengan Menulis.
Salam,
Triani Retno A
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.