Apa yang
terlintas di benakmu ketika “Van der Wijck” disebut? Yes, novel legendaris karya Hamka yang kemudian diangkat ke layar
lebar. Tenggelamnya Kapal Van der Wijck.
Namun, Van der Wijck yang ini bukanlah kapal, novel, atau film. Benteng Van der Wijck Gombong adalah sebuah benteng peninggalan VOC di Kabupaten Kebumen, Jawa
Tengah. Tepatnya di Kecamatan Gombong.
Benteng Van der Wijck
Saya nemu info
tentang benteng ini waktu lagi mau booking
Hotel Wisata Van
der Wijck di Gombong.
Hotel itu terlihat
pas untuk kebutuhan kami. Fasilitasnya pun menarik karena hotel ini berada di kawasan wisata sejarah Benteng Van der Wijck. Ada beberapa wahana bermain dan kolam renang.
Kebayang dong asyiknya pagi-pagi bisa langsung nyebur ke kolam renang. Mau berwisata keliling benteng juga nggak perlu bayar lagi.
Kebayang dong asyiknya pagi-pagi bisa langsung nyebur ke kolam renang. Mau berwisata keliling benteng juga nggak perlu bayar lagi.
Ibu saya
yang lahir hingga remaja di Gombong tak banyak mengingat tentang benteng peninggalan VOC ini.
Yang ibu ingat hanyalah benteng itu dulunya tangsi militer, seram karena
banyak ular, dan jauh dari jalan.
Jadi,
saya browsing dulu. Lalu dapatlah
informasi bahwa bangunan ini didirikan pada masa penjajahan Belanda di
Indonesia. Tepatnya pada tahun 1818. Pas 200 tahun yang lalu.
Awalnya
bangunan ini adalah kantor VOC (kongsi dagang milik Belanda) dan belum berupa benteng. Tapi
kemudian dijadikan benteng pertahanan, termasuk ketika berperang melawan
Pangeran Diponegoro.
Dulu
namanya bukan Benteng Van
der Wijck, melainkan Benteng Cochius (Fort Cochius). Nggak tau kenapa
namanya diganti.
Yang jelas sih, Cochius dan Van der Wijck sama-sama jenderal Belanda yang memimpin perang melawan kaum pribumi.
Yang jelas sih, Cochius dan Van der Wijck sama-sama jenderal Belanda yang memimpin perang melawan kaum pribumi.
Ruang kepala sekolah di lantai 2 Beenteng Van der Wijck (menurut saya sih lebih bagus kalau pakai bahasa Belanda). |
Di
perjalanan berikutnya, bangunan seluas 3.606 meter persegi ini dijadikan
sekolah untuk anak-anak Eropa. Namanya Pupillenschool.
Menurut Mbak Alona (tour guide di Roemah Martha Tilaar), Pupillenschool ini untuk anak-anak indo-Belanda. Tentang Roemah Martha Tilaar sendiri bisa dibaca di Roemah Martha Tilaar, Museum Budaya Gombong.
Menurut Mbak Alona (tour guide di Roemah Martha Tilaar), Pupillenschool ini untuk anak-anak indo-Belanda. Tentang Roemah Martha Tilaar sendiri bisa dibaca di Roemah Martha Tilaar, Museum Budaya Gombong.
Setelah
Belanda hengkang dari Indonesia, benteng ini dipakai oleh tentara Jepang. Jepang
juga melatih tentara PETA di sini. Sekarang
di area ini ada SECATA (Sekolah Calon Tamtama), hotel, dan tempat wisata.
Lalu,
jadikah kami menginap di sana?
Hehe …
saya mendadak gentar. Saya pernah mengalami kejadian horor saat menginap di berbagai hotel. Bisa dibaca di Pengalaman Horor di Hotel. Demi kenyamanan dan keamanan, akhirnya saya memilih menginap di hotel lain saja.
Wisata Sejarah di Kebumen
Meski tak
jadi menginap di kawasan benteng, kami tetap mengagendakan berkunjung ke sana.
Niatnya sih melakukan wisata sejarah. Mengenalkan anak-anak pada sejarah Indonesia.
Untuk
masuk ke Benteng Van
der Wijck Kebumen Jawa Tengah ini kami harus membayar Rp25.000 per orang. Tiket ini juga
sekaligus menjadi tiket untuk naik kereta wisata di dalam lokasi (kereta dari
pintu gerbang ke benteng dan kereta di atap benteng) serta untuk masuk ke water
park.
Meski
bisa naik kereta wisata, saya memilih berjalan kaki saja. Sepertinya saya mau
mampir-mampir ke sebanyak mungkin tempat yang bisa saya datangi. Pertama, tentu saja Hotel Wisata Van der Wijck yang tak jadi saya pesan.
Ibu dan
bapak saya perwira menengah TNI AD. Sejak bayi hingga remaja saya tinggal di
perumahan militer. Tumbuh di tengah om-om tentara dan mbak-mbak Kowad. Lalu?
Lalu
yaaah…. Melihat hotel ini saya teringat pada barak-barak tentara. Tapi tentu
saja yang ini lebih bagus hingga bisa difungsikan sebagai hotel.
Sepi sekali suasana di sana. Nggak tahu, ya, kalau pas libur panjang atau akhir pekan.
Pekerja freelance kayak saya kan
memang geje. Orang lain sibuk kerja, saya luntang-lantung jalan-jalan. Ntar
giliran orang lain liburan, traveling menikmati indahnya alam Indonesia, saya malah kerja lembur bagai quda.
Menjelajahi Benteng Belanda Van der Wijck
Benteng
Belanda berwarna merah di Gombong ini terdiri atas dua lantai. Di pintu-pintu masuk lantai satu
ada pos jaga. Di setiap lantai ada 16 ruangan yang luas banget dengan
jendela-jendela besar.
Kami
berkeliling di lantai satu. Ada dua ruangan berisi foto-foto berukuran cukup
besar. Satu ruangan memajang foto-foto Benteng Van der Wijck dari zaman dahulu,
juga ketika sedang proses pemugaran.
Foto Benteng Van der Wijck zaman baheula. |
Satu ruangan lagi berisi foto-foto ketika benteng ini dipakai syuting film babang Iko Uwais, The Raid 2: Berandal.
Ruang-ruang
lainnya kosong. Sepi. Untungnya ada jendela-jendela besaaar tanpa daun jendela. Di dalam jadi terang dan bisa leluasa melihat ke lapangan di
tengah benteng.
Lantai
dua? Hahah … haduuuh, hapunten. Saya nggak berani menjelajah lantai dua benteng
peninggalan sejarah Belanda di Indonesia ini. Kalau ada pemandu mungkin saya berani. Tapi ketika saya ke sana tidak ada
pemandu.
Informasi
tertulis pun minim. Yang terjadi kemudian pengunjung seperti saya culang-cileng. Jalan sendiri. Menjelajah
sendiri. Atudaaaa… itu seram bagiku!
Mana sepi lagi.
Ketika
sedang minum dawet di kantin, terlihat ada beberapa orang di lantai dua.
Didorong rasa penasaran, akhirnya saya dan si kakak naik ke lantai dua. Tapi
tetep aja sih nggak berani menjelajah lantai dua. Huhu….
Begitu sampai di lantai dua, kami masuk ke suatu ruangan yang berisi foto-foto pahlawan, termasuk para jenderal korban G30S/PKI. Ada yang digantung di dinding, ada yang disandarkan begitu saja di lantai.
Saya cuma
sebentar di ruang itu karena tiba-tiba hawa terasa “dingin”. Seperti ada yang
memperhatikan, entah dari sudut mana.
Bergegas
kami ke luar dari ruangan itu. Alhamdulillah, berpapasan dengan orang-orang
hendak naik kereta wisata di atap benteng.
Ada bagian-bagian benteng yang gelap karena tak tersiram cahaya matahari. Lumayan merinding, sih, kalau pas di tempat gelap itu. |
Cerita jalan-jalan saya yang lain di antara bisa dibaca di blogpost Pesona Istana Ratu Boko Yogyakarta dan Jangan Kelayapan Sendiri di Mekah Madinah.
Suara yang Hilang
Ketika
melihat-lihat (bagian luar) Hotel Wisata, saya melakukan siaran live di
Facebook. Sedangkan live di Instagram ketika menjelajah lantai satu Benteng Van der Wijck, dimulai sejak memasuki pintu benteng.
Sambil
berkeliling, saya menjelaskan apa yang saya lihat plus yang sempat saya baca dari
beberapa literatur.
Live sambil bertutur itu sebenarnya trik saya agar tidak sempat merasakan "kekosongan" serta "perjalanan zaman" di benteng ini.
Live sambil bertutur itu sebenarnya trik saya agar tidak sempat merasakan "kekosongan" serta "perjalanan zaman" di benteng ini.
Setiap
memasuki sebuah ruangan, kami mengucapkan salam meskipun di mata lahir
ruangan-ruangan itu kosong-melompong. Menggumamkan zikir dan salawat juga,
seringnya dalam hati saja.
(Belakangan saya baru tahu kalau pengunjung memang disarankan untuk berdoa dulu sebelum masuk ke benteng Belanda ini)
(Belakangan saya baru tahu kalau pengunjung memang disarankan untuk berdoa dulu sebelum masuk ke benteng Belanda ini)
Alhamdulillah,
aman sampai kami meninggalkan benteng dan kembali ke hotel.
Semua baik-baik
saja, kecuali suara saya di kedua siaran live itu hilang semua, berganti suara
gemerisik. Begitu juga yang direkam di hape si kakak.
Siaran-siaran
live di Roemah Martha Tilaar dan di atas becak motor baik-baik saja. Hanya di
Benteng Van
der Wijck Kebumen ini yang hilang.
Hm …
mungkin ada sesuatu yang menghalangi saya … atau mungkin sesuatu itu mau ikut bicara….
(mengikuti nasihat teman yang sering menampung ketakutan saya setiap kali mengalami kejadian aneh, sepulang ke Bandung saya mandi air garam untuk menetralkan energi negatif yang mungkin saja nempel)
(mengikuti nasihat teman yang sering menampung ketakutan saya setiap kali mengalami kejadian aneh, sepulang ke Bandung saya mandi air garam untuk menetralkan energi negatif yang mungkin saja nempel)
Wahana Wisata di Benteng Van der Wijck
Di tempat wisata Jawa Tengah ini ada water park. Bagi yang biasa di kota besar, mungkin biasa saja.
Tapi untuk kota kecil yang panas seperti Gombong, kolam renang ini sangat-sangat menggoda.
Kabarnya sih, kolam renang yang ada di kawasan Benteng Van der Wijck ini cikal-bakalnya sudah sejak abad ke-19. Widiw! Saya langsung teringat pada kolam renang Cihampelas di Bandung yang juga dibangun pada zaman Belanda.
Mungkin
saya ke sana pada musim yang salah. Kemarau. Di wahana bermain tampak tanah
yang pecah-pecah. Kolam untuk berperahu pun kering-kerontang. Ngenes melihatnya. Hanya kolam
renang yang penuh terisi air.
Kios-kios
souvenir setelah pintu ke luar pun tutup. Hanya beberapa kios di bagian depan
yang buka.
Tapi karena saya ke sana untuk melihat bentengnya, kondisi water park dan wahana bermain yang seperti itu tidak menjadi masalah.
Wahana bermain yang kering-kerontang. |
Tapi karena saya ke sana untuk melihat bentengnya, kondisi water park dan wahana bermain yang seperti itu tidak menjadi masalah.
Alamat Benteng Van der Wijck
Jl. Sapta Marga No. 100,
Gombong
Kebumen, Jawa Tengah
Telp. (0287) 473-460.
Hp: 0813-2768-8109
Jika tidak menggunakan
kendaraan pribadi, bisa pakai becak motor atau transportasi online untuk ke
benteng Belanda ini. Berbeda dengan Benteng Vredeburg Yogyakarya yang aksesnya sangat mudah.
Selamat jalan-jalan dan menikmati wisata sejarah di Benteng Van der Wijck Gombong, ya.
Salam,
Triani Retno A
Penulis, Editor, Blogger
Aiiih...buat yg seneng dunia lain kayaknya ke Benteng Van Der Wijck menantang tuh.
BalasHapusSaya mah...dari luar aja ah...
Sieun...
Paling seneng klo udh ke tempat sejarah kaya gini meski ada scary nya ya ��
BalasHapuswah aku suka banget liat bangunan tua museum dan benteng. terakhir 7 th lalu ke benteng fort rotterdam di makassar :)
BalasHapusWah ini boleh dibilamg paket lengkap ya mba. Belajar sejarah zekaligus juga bisa wisata air karena ada kolam renangnya
BalasHapusHi..hi... Jadi wisata religi ya, saya juga kalo ketmpt. Kyk. Gini enaknya rame2 biar gak seyem. 😀
BalasHapusWuaaaa aku baca ini merinding jadinya. Kayaknya kalau ke sana memang harus banyak-banyak merapal doa deh
BalasHapusTapi tempatnya tampak eksotik ya
Pas baca judulnya aku kirain ada hubungannya dengan kapal atau film itu. Tapi sepertinya seru ya. Salah fokus sama Kereta Wisata Atas Benteng. Jadi pengen nyobain.
BalasHapusPengalaman traveling yang menarik itu ketika ngetrip dapet pelajaran. Museum salah-satu trip yg gue suka
BalasHapusRumah sepupu saya dekat banget dengan benteng ini. Di sana memang ada penginapannya. Tetapi, ada yang udah pernah menginap gak, ya? Saya kok melihatnya aja udah serem :D
BalasHapuswah, seru kayaknya nih jalan jalan ke benteng peninggalan voc
BalasHapussae
Sayang masih banyak ruangan yang ga dirawat. Dana operasional yang kurang atau gimana ya? Padahal wisata sejarah kayak gini kan bagian dari identitas bangsa.eaa...
BalasHapusKirain mbak Eno mau cerita horor hehehe...
BalasHapus