Indonesia Kreatif
Berapa banyak orang Indonesia yang aktif berinternet? Pernahkah bertanya-tanya demikian ketika melihat riuhnya orang Indonesia di media sosial? Ada yang menggunakan media sosial untuk bekerja. Bagi mereka, di media sosial main-main dapat duit. Seperti main-main, padahal bekerja.Tapi tak sedikit yang lebih suka menggunakan media sosial untuk meribukan berbagai hal. Dari segala macam war nggak penting hingga berbagai hoax.
Demikian pula dengan perhargaan pada atlet yang berprestasi. Ahahah... siapa yang autoteringat pada Jojo Jonathan Christie? Dek Jojo juga dapat bonus miliaran dari medali emas Asian Gemes eh Asian Games yang diraihnya kemarin.
Saya sih terus terang lumayan pusing kalau melihat keriuhan warganet itu. Ya Allah ... nggak ada kerjaan lain gitu ya selain ribut nggak jelas gitu?
Udah tahu memusingkan gitu, kenapa juga malah nyimak cuitan di dunia maya?
Hehehe ... mau nggak mau, sih. Saya seorang pekerja online. Sebagai penulis buku dan editor lepas di beberapa penerbit, semua pekerjaan saya terima dan serahkan secara online. Pembayaran? Transfer.
Kontak dengan klien, mencari klien, saya lakukan di dunia maya. Twitter, Facebook, dan blog menjadi media utama untuk berhubungan dengan klien.
Dengan begitu, keriuhan warganet di dunia maya pun menjadi bagian dari keseharian saya.
Nomor 4 di Dunia
Ketika memberi sambutan dalam acara Flash Blogging 4 Tahun Indonesia Kreatif di Hotel Aryaduta Bandung tanggal 23 November 2018, Direktur Pengolahan dan Penyedia Informasi Kemenkominfo RI, Dra. Siti Meiningsih, M.Sc, menyebutkan bahwa pengguna internet di Indonesia adalah yang keempat terbesar di dunia.
Sebanyak 51 persen dari penduduk Indonesia, atau sekitar 132 juta orang, merupakan pengguna internet. Dari jumlah itu, 106 juta orang merupakan pengguna aktif. Sebagian besar di antaranya adalah generasi milenial (20 - 34 tahun).
Huuuft! Seratus enam juta orang Indonesia aktif berinternet. Pantesan berisik!
Flash blogging Indonesia kreatif. |
Jumlah sebesar itu tentu saja merupakan potensi luar biasa. Media sosial sendiri merupakan media yang dapat digunakan untuk berkreasi positif sehingga mempunyai nilai tambah.
Sayang, ya, belum semua netizen alias warganet bisa memanfaatkan media sosial dengan bijak.
Anak Muda, Kamu Ingin Jadi Apa?
Handoko Darta, Tim Komunikasi Presiden, membuka sesi utama dengan memaparkan enam karakter anak muda.
Keenam karakter itu adalah:
- Peduli.
- Kreator.
- Eksplorer.
- Orang biasa.
- Cendekiawan.
- Pahlawan.
Karakter generasi milenial.
Melihat karakter yang ada, anak muda milenial bisa jadi apa? Misalnya nih:
- Karakter Peduli. Bisa menjadi relawan, orang yang membantu orang lain.
- Karakter Kreator. Bisa menjadi musisi, penulis, atau memulai start up. Hm ... saya termasuk di sini, nih, berarti.
- Karakter Eksplorer. Bisa menjadi traveler, pencinta alam.
- Karakter Orang biasa. Bisa menjadi pekerja. Emh... pekerja biasa. Yakin, mau jadi orang biasa aja, nih?
- Karakter Cendekiawan. Anak muda dengan karakter ini umumnya senang belajar. Selesai kuliah, kuliah lagi ke jenjang yang lebih tinggi. Tipe pemikir gitu, deh. Eheu...saya dulu bermimpi menjadi golongan ini. Tapi ternyata saya lebih menikmati menjadi pekerja kreatif.
- Karakter Pahlawan. Bisa menjadi atlet atau bergabung dengan Tim SAR. Huwow loh tanggung jawab Tim SAR itu. Saya sering ngikutin proses penyelamatan korban musibah dari media sosial. Dan itu rasanya... salut banget pada Tim SAR. Tabik!
Apa yang Telah Dilakukan Oleh Pemerintah?
Sekarang pasti pengin tahu, dong, apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah selama empat tahun ini?
Empat tahun itu bukan waktu yang sebentar loh. Seharusnya banyak yang bisa pemerintah lakukan untuk rakyatnya. Daaan ... seharusnya banyak juga yang udah kita lakukan untuk meningkatkan kualitas diri kita, yang bisa kita berikan pada negara ini.
Dalam empat tahun ini (2014 - 2017), jumlah penduduk Indonesia yang bekerja di sektor ekonomi kreatif terus meningkat. Dari jumlah 15.46 juta jiwa pada tahun 2014 naik menjadi 17.43 juta jiwa pada tahun 2017.
Jumlah start up pun terus berkembang. Bahkan, 4 start up besar di Asia berasal dari Indonesia, yaitu GoJek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.
Bukan nggak mungkin dong, ke depan akan semakin banyak start up Indonesia yang menjadi unicorn. FYI, istilah unicorn ini disematkan pada perusahaan start up yang memiliki nilai minimal US$ 1 miliar.
Di bidang pendidikan pun pemerintah telah memberikan banyak beasiswa. Macem-macem, sih. Ada beasiswa untuk dosen, orang tak mampu tetapi berprestasi, atau yang berasal dari daerah terluar, terbelakang, dan tertinggal.
Kenali potensi dirimu sendiri. |
Demikian pula dengan perhargaan pada atlet yang berprestasi. Ahahah... siapa yang autoteringat pada Jojo Jonathan Christie? Dek Jojo juga dapat bonus miliaran dari medali emas Asian Gemes eh Asian Games yang diraihnya kemarin.
Bahkan, pemerintah juga memberikan jaminan hari tua bagi atlet berprestasi, berkisar Rp 10 juta - Rp 20 juta per bulan.
Kamu Gimana?
Nah, gimana? Setelah melihat apa yang dilakukan pemerintah untuk mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia, apa kita masih mau diem aja? Apa masih mau stag di tempat?
Yuk atuhlah kita tingkatkan kualitas diri kita, kita lejitkan prestasi kita. Berencana untuk menjalankan usaha sendiri? Mantap! Yuk kita mulai menumbuhkan semangat wirausaha.
"Jangan pernah lelah mencintai Indonesia." (Sukardi Rinakit)
Salam
selain memberikan beasiswa, pemerintah juga terus aktif melakukan pertukaran budaya dan siswa. kyaknya saya termasuk nomor dua nih mba. meskipun tulisan saya masih jelek, setidaknya masih bisa bermanfaat untuk orang lain. semangatttt lah untuk terus berkarya.
BalasHapus