“Ini gimana sih?
Kalau mau nyumbang jangan majalah dan buku bekas dong. Nggak ada gunanya
informasi basi.”
Ujaran serupa itu bukan baru satu-dua kali saya dengar,
terutama yang berhubungan dengan sumbangan berupa buku.
Ketika ujaran itu sampai pada saya, kebetulan saya sedang
menyortir isi rak buku. Dan jujur saja, niat saya untuk menyumbangkan buku-buku
itu pun surut.
Ada rasa takut jika kiriman saya mengecewakan, ditolak, atau bahkan
membuat penerimanya merasa terhina. Akhirnya, saya memutuskan untuk menjual
majalah dan buku lama itu saja.
Laku? Alhamdulillah, ya. Majalah-majalah lama itu berpindah ke
tangan kolektor.
Di Balik Rasa Takut Ditolak
Rasa takut ditolak, takut membuat orang lain sedih itu tidak
datang begitu saja.
Saya perempuan dengan status TK/2 di laporan pajak tahunan
yang selalu nihil. Itu berarti orangtua tunggal dengan dua anak, dengan
jumlah penghasilan tahunan tak perlu membayar pajak penghasilan.
Status pajak itu mungkin itu bisa menggambarkan kondisi saya.
Seorang ibu tunggal yang harus jumpalitan menafkahi dua anak seorang diri.
Bahkan sejak si bungsu masih batita.
Pekerjaan freelance sebagai penulis buku, editor, blogger,
plus berjualan online alhamdulillah cukup untuk kebutuhan kami. Tidak berlebih tetapi juga tidak membuat saya perlu berutang. Meskipun jujur saja, jumpalitan juga sih mengaturnya. Seperti yang saya tulis dalam Mengelola Keuangan Keluarga Ala Freelancer.
Setelah pernah terjerat utang yang dibuat (mantan) suami hingga rumah, tanah,
dan mobil disita … hidup tanpa utang itu terasa nikmat. Sangaaat nikmat. Tentang babak belurnya saya tulis dalam #AyoHijrah Agar Hidup Lebih Tenang dan Berkah.
Namun, dalam kondisi materi tak berlebih, kadang-kadang muncul
rasa iri pada kenalan-kenalan saya.
Ada yang bisa memborong
ribuan buku baru untuk dibagi-bagikan gratis. Ada yang bisa membeli
berkardus-kardus buku anak-anak impor dan baru untuk disumbangkan.Ada yang bisa dengan mudah
mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk sekali memberi donasi.
Sumbangan mereka disambut dengan suka cita. Dipuja-puji
sebagai donatur budiman budiwati.
Mereka tentu tidak akan menerima pernyataan, “Ini gimana sih? Kalau mau nyumbang jangan
majalah dan buku bekas dong. Nggak ada gunanya informasi basi.”
Ah, saya bisa apa?
Keterbatasan membuat saya
tak bisa berbuat seperti para donatur budiman itu. Saya hanya bisa takut. Takut
mengecewakan penerima karena pemberian saya tidak sebagus pemberian orang lain.
Jalan Lain Untuk Berbagi
Tapi Allah Mahabaik. Tak bisa berbagi dalam bentuk uang dan
barang, Allah memberi kesempatan lain.
Ketika gudang sebuah penerbit mengadakan obral besar-besaran,
beberapa teman minta dibelikan buku untuk disumbangkan.
“Terserah Mbak mau
beli buku apa. Mbak pasti tahu mana buku yang bagus.”
Namanya memang cuci gudang tapi buku-bukunya masih baru dan
bagus-bagus.
Jadi, saya menyumbangkan waktu dan tenaga untuk mencari buku
di gudang obral. Plus pengetahuan dan pengalaman kerja sebagai pustakawan dan
editor.
Berbagi banyak hal. |
Bukan sekadar mencari buku, melainkan mencari buku yang
sesuai dengan latar belakang dan kebutuhan penerima.
Itu membawa saya pada pengalaman baru. Gudang buku jauh dari
kenyamanan sebuah toko buku. Di gudang buku obral suasananya panas, pengap,
berdebu, dan … berantakan.
Bismillah, kuat. Kuat.
Dan alhamdulillah, Allah menguatkan. Penyakit asma dan sesak
napas yang biasa kumat di tempat seperti itu, sama sekali tak muncul.
Banyak Jalan Untuk Berbagi
Saya, kita, punya pilihan dalam berbagi. Bisa berupa uang,
barang, tenaga, kelonggaran waktu, pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan.
Dengan berbagi berarti kita memberi manfaat kepada sesama. Berbagi juga menumbuhkan rasa bahagia di dalam hati kita. Bahagia karena keberadaan kita bermanfaat untuk orang lain
Dengan berbagi berarti kita memberi manfaat kepada sesama. Berbagi juga menumbuhkan rasa bahagia di dalam hati kita. Bahagia karena keberadaan kita bermanfaat untuk orang lain
Jika tak bisa atau tak mau melakukannya secara langsung, kita
bisa berbagi melalui Dompet Dhuafa.
Baik itu dalam bentuk zakat, infak, sedekah, wakaf, maupun sumbangan
kemanusiaan
Kamu sama seperti saya yang tak bisa menyumbang uang dalam jumlah
besar? Tak masalah. Kita tetap bisa
memberikan donasi mulai dari Rp 10.000. Bisa
melalui transfer bank atau pembayaran online.
Tak perlu malu kalau hanya mampu berdonasi seharga semangkuk
bubur ayam. Tak perlu takut mendapat komentar, “Kok cuma nyumbang segini?”
Yang penting luruskan niat saja dulu. Berbagi karena
Allah, karena ingin menolong sesama makhluk Allah. Bukan karena ingin disebut
dermawan oleh manusia.
Oleh Dompet Dhuafa, uang yang kita berikan itu akan dikelola
dan disalurkan kepada penerima yang tepat. Penyaluran itu ditujukan untuk bidang pendidikan, kesehatan,
ekonomi, dan pengembangan sosial.
Keempat bidang tersebut merupakan aspek penting untuk memutus
mata rantai kemiskinan. Kita juga bisa memilih uang yang kita transfer itu akan
digunakan untuk apa.
Misalnya kita berinfak sedekah sebesar Rp 20.000. Kita bisa langsung menentukan infak
itu untuk program pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, atau lingkungan.
Berbagi Tak Perlu Menunggu Kaya
Sekarang, masihkah saya takut untuk berbagi? Hm … masih
sedikit, sih. Hehe…. Supaya rasa takut itu tidak sampai menghalangi keinginan saya
untuk berbagi, saya pakai tips ini.
- Meluruskan niat.
Berbagi untuk sesama karena Allah, bukan untuk disanjung oleh manusia. Menahan mulut dan jari tangan dari berkomentar yang tidak perlu. Apa artinya berbagi kalau disertai dengan ucapan yang menyakitkan? - Mencari informasi selengkap mungkin tentang penerima.
Misalnya untuk donasi buku. Saya perlu info tentang buku jenis apa yang dibutuhkan dan untuk segmen usia berapa. Pluuuus, bersedia menerima buku bekas atau tidak. Sebagian mungkin sungkan menjawab. Tapi bagi saya lebih enak kalau sudah jelas sejak awal. Jadi, tidak perlu ada kejadian seperti di awal tulisan ini. -
Berdonasi secara online melalui
Dompet Dhuafa.
Saya tidak perlu minder karena hanya bisa berbagi sedikit. Saya pun tenang karena tahu donasi saya akan disalurkan ke mana.
Tidak mungkin menunggu kaya baru berbagi, karena di sekitar
kita banyak sekali orang yang membutuhkan bantuan.
Hidup itu udunan. Sedikit dari saya, sedikit dari kamu,
sedikit dari orang-orang lain … kalau dikumpulkan akan banyak juga jadinya dan sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan.
Jadi, #JanganTakutBerbagi. Kebaikan berbagi, kebaikan dari hati.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jangan
Takut Berbagi
yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa.
yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa.
Berbagi itu memang indah. Tapi, sebagai orang yang juga masih berjuang, saya juga sering bimbang 😓
BalasHapusMenurut kita udah yg terbaik tapi ternyata mengecewakan penerima ya, Fel. Sedih akutu kalo gitu
HapusAh iya teh mengingatkan banget kalau bidup memang harus berbagi. Berbagi membuat kita bahagia juga..
BalasHapusKalo bahasa sosiologinya homo homini socius. Manusia adalah makhluk sosial bagi manusia lain. Berbagi dan membantu sesama salah satu cirinya ya.
HapusBener banget nih teh Retno... harus luruskan niat, kalau semua di khususkan untuk allah dan bekal kita ke akhirat, insyaallah akan dimudahkan. Hati jadi mudah menerima dan memberi banyak kebaikan. Yuk berbagi ;).
BalasHapusAamiin. Insya Allah, Nis.
HapusMbak Retno terima kasih nih cerita dan tipsnya. Meneguhkan hati saya untuk terus berusaha belajar berbagi walau seuprit-uprit dan terkadang masih juga ragu dan malu karena seupritnya itu ��
BalasHapusMbak Iiiin.....terus berbagi. Makasih selama ini udah memercayakanku untuk bantuin dikit2 :)) Semoga berkah.
HapusKalo nyumbang barang bekas mesti layak pakai. Jangan kayak orang nyumbang baju buat korban bencana. Sering tuh baju yang udah robek2 disumbangin. Miris!
BalasHapusIya, miris banget. Itu mah "ngebuang benda yang nggak guna lagi" ya, bukan menyumbang.
HapusBuat saya berbagi tak perlu menyenangkan semua orang. Kalau ada yang berkomentar negatif, doakan saja semoga mendapatkan dia kebahagiaan.Berbagi yang penting niat untuk mendapatkan rido-Nya, yang kita bagikan pantas dan bermanfaat.Yang miring-miring tak usah diberi ruang dalam hati dan hidup kita.
BalasHapusCuekin aja yang miring2 gitu ya, Ci?
HapusSaya malah senang jika ada yang berbagi hal kecil namun tetap dibutuhkan, soalnya saya pernah berada dalam titik ternedah dalam hidup. Berbagi membuat kita menghargai reseki, dan dibagi pun membuat kita bisa mensyukuri hidup. Keluhan karena hidup serbakurang tak akan singgah jika kita sanggup meluruskan niat untuk berbagi, sekecil apa pun.
BalasHapusSemoga menang lombanya, Teh. Infografisnya cakep dengan kreasi gambar Teh Eno. :)
Berbagi...yang memberi dan menerima sama-sama punya adab yang mesti dijaga ya, Teh. Semoga kita bisa selalu bersyukur, ya.
HapusAamiiin. Makasih doanya, Teh.
Berbagi itu keren
BalasHapusAsal jangan berbagi hati ya, Bang :))
HapusInformasinya lengkap
BalasHapusMakasih,Kang Juned.
HapusTernyata memang banyak jalan untuk berbagi ya mbak
BalasHapusIya, selalu aja ada jalan untuk berbagi ya.
Hapusbanyak cara untuk berbagi ya
BalasHapusIya, Mbak :) Alhamdulillah.
HapusDonasi online ke lembaga tepercaya. Gw suka gitu. Praktis dan tepat sasaran.
BalasHapusHehe...sama. Makasih udah mampir ya, Ke.
HapusWah, baru tau klo nyumbang lewat Dompet Dhuafa bisa milih tujuan sumbangan kita kemana.
BalasHapusKeren, ya. Kita bisa milih yang paling sreg di hati :)
HapusSaya juga gak mau berbahi hati dengan yg lain. Berbagi yg laen aja deeeeh...jangan berbagi hati. Wkwkwk.... Ilustrasinya bagus, Kak.
BalasHapusHihi...iyaaa. Jangan berbagi hati.
HapusMakasih, Mbak.
Saya pernah juga ngerasa nggak enak waktu ngasih barang langsung ke orang. dia kayak yang nggak mau gitu, trus minta yang lain. padahal saya punyanya ya cuma itu.
BalasHapusJadi takut untuk berbagi lagi nggak, Mbak?
HapusWkwkwk..iya. Sering takut. Mw nyoba donasi onlen gini aja ah. Biar bisa nyumbang semampu saya.
HapusSepakat. Tidak perlu menunggu kaya untuk berbagi soalnya malah ga jadi-jadi berbaginya.
BalasHapusNah iya. Bener banget, Twin. Sedangkan "kaya" itu kan sering nggak jelas batasannya ya :D
Hapustulisannya keren menginspirasi mba...
BalasHapusAlhamdulillah :) Makasih udah mampir, Mbak Sarah.
HapusMasyaa allah tulisannya bagus sekali. Semoga melalui tulisan ini kita sadar akan pentingnya berbagi
BalasHapusAlhamdulillah. Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat :)
HapusWaktu wawasan masih sempit, aku termasuk yang agak berpekiran picik. Gimana mau bersedekah, hidup sehari-hari saja sudah susah?
BalasHapusTernyata, aku segera mendapat jawaban.
Allah Maha Baik menjadikan kita semua punya kesempatan. Yang kaya, miskin, muda, tua, sehat, sakit you name it laa, yup, semua punya kesempatan berbagi.
Berbagi kebaikan apa saja, uang, barang, pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, kelonggaran waktu dan lain-lain.
Subhanallah...
Masya Allah... Sama kita, Kak. Macam itu jugalah yang pernah (dan kadang masih) kurasakan. Bener2 perlu pembiasaan terus-menerus bahwa sedekah tuh nggak perlu nunggu kaya, nggak harus pakai uang sekarung.
Hapus