Sebenernya nggak aneh kalau di Bandung dan sekitarnya banyak
air terjun. Lokasi geografisnya memungkinkan, sih.
Yang aneh itu … saya nggak tau ada air terjun di deket tempat
tinggal saya.
Air Terjun di Bandung Timur
Belum banyak air terjun yang saya datangi. Yang paling epic
sepertinya waktu mau ke Curug Cibuni Racun di kawasan Leles, Garut, sekian
ratus purnama yang lalu.
Ceritanya malam itu kami kemping supaya pagi-pagi bisa jalan
ke air terjun. Lupa juga sih, ngapain pagi-pagi ke air terjun. Toh kami
bukan bidadari yang mau mencuci selendang di sana.
Nah, tengah malam, tiba-tiba anak-anak cowok ribut di sekitar
gubuk yang saya dan tiga teman cewek tempati. Kata mereka, ada babi hutan di
sekitar situ. Tapi mata si babi itu mata manusia.
Oke, fix. Dari tengah malam itu sampai pagi nggak ada yang
bisa tidur lagi.
Sekian tahun kemudian, baru saya tahu di deket-deket tempat tinggal saya juga ada curug.
Sekian tahun kemudian, baru saya tahu di deket-deket tempat tinggal saya juga ada curug.
Nggak seterkenal curug-curug yang lain, memang. Tapi jadi
nggak perlu jauh-jauh ke luar kota kan kalau mau menikmati keindahan air terjun.
Saya taunya juga gara-gara ada temen deket yang nanya. “Curug Batu
Templek jauh nggak dari rumahmu?”
Eh, Curug Batu Templek? Di mana tuh? Untung ada si Mbah
Segala Tau. Langsung nanya ke si Mbah dan dapat deh alamatnya. Olalaaaa… di
Pasir Impun. Deket itu mah!
Maksudku, jalan Pasir Impun-nya cukup deket. Pasti terlewati
kalau saya dari rumah ke arah Bandung kota atau sebaliknya. Curug Batu Templeknya sendiri sih masih masuuuuuuuk lagi
sekian kilometer.
Jadilah pukul 10 pagi, di suatu hari bulan Januari 2019, kami meluncur ke sana.
Pemandangan cantik Curug Batu Templek. |
Curug Batu Templek
Nama “Batu Templek” yang diberikan pada air terjun ini tak
lain karena bentuknya.
Air terjunnya sendiri nggak terlalu tinggi. Tapi bentuk
dinding-dinding batu di sekitar air terjun itu seperti batu yang
ditempel-tempel. Ditemplek-templek, kata orang Sunda.
Curug Batu Templek dari atas. Nggak atas-atas banget sih. |
Tentu aja bukan kerjaan orang yang iseng nemplekin alias
nempelin batu di sana. Siapa juga yang keisengan gitu. Sekilas info yang saya dapat sih, Curug Batu Templek ini
terbentuk secara alami.
Ketika kami ke sana, debit airnya sedang kecil. Airnya pun
keruh kecokelatan. Nggak memungkinkan untuk main air di sana, meski sekadar
merendam kaki.
Air Terjun Batu Templek. |
Meski begitu, masih bisa kok menikmati keindahan Curug Batu
Templek ini. Duduk-duduk di rerumputan atau di bangku kayu sambil menikmati
suara gemercik air.
“Ssst … coba dengar. Ada bunyi air di dalam tebing ini. Suara
dari air terjun di seberang sana, ditangkap oleh tebing yang ini,” kata teman
saya. “Seperti di kampungku.”
Udara yang sejuk, bersih, embusan angin sepoi-sepoi, dan pemandangan yang indah. Klop. Nikmat banget.
Motret sepatu dulu. |
Bagi saya, tebing-tebing di Curug Batu Templek ini sangat
memesona. Imajinatif. Saya seperti melihat sebuah negeri lain di sana. Sebuah
istana dengan pilar-pilar besar yang kokoh.
Seperti ada dunia lain yang memanggil-manggil untuk didatangi….
Salah satu sisi tebing yang (bagi saya) sangat imajinatif. Duduklah di rerumputan di bukit, lalu pandang jauh ke seberang. Tebing ini ada di ketinggian sana. |
Jadi No, tempat ini aman nggak buat orang-orang dengan indra
keenam yang sensitif? Jujurly, saya nggak tau. Tapi kalau ke sana sendiri, terus terang saya nggak berani.
Menuju Curug Batu Templek
Dari Jalan A.H Nasution, cukup jauh jarak yang mesti
ditempuh untuk sampai ke Curug Batu Templek.
Kalau nggak bawa kendaraan sendiri, susah menjangkau tempat
asik ini. Transportasi online pun jarang mau masuk ke sini karena merupakan zona
merah. Beda banget dengan akses ke Hutan Kota Babakan Siliwangi yang begitu mudah.
Kalau kamu mau ke sana, ini alamatnya:
Curug Batu Templek
Cisanggarung Lebak, Pasir Impun,
Kecamatan Cimenyan, Bandung
Pemandangan Curug Batu Templek dari sisi air terjun (makanya air terjunnya nggak kelihatan) |
Dari Jl. A.H Nasution, belok ke Jl. Pasir Impun. Ikuti jalan
utama. Kalau mulai bertemu belokan atau ragu-ragu, segera tanya ke penduduk ya.
Nggak perlu dalam-dalam merogoh kocek. Di hari biasa tikenya
Rp 5.000 dan di hari libur Rp 10.000 saja. Toilet dan mushala juga ada.
Asli nggak paham kenapa ada orang-orangan gini di pintu masuk. Bikin kaget aja. |
Cuma, sebaiknya bawa bekal makanan dan minuman. Entah ya,
mungkin karena kami ke sana weekday, jadi nggak ada yang jual makanan. Untung saya
bawa bekal makanan dan minuman jadi bisa piknik di rerumputan.
Kalau lupa bawa makanan, wiskul aja di sekitaran Ujungberung. Ada Dapur Buhun Bobotoh, Saung Legit, dan lain-lain. Klik aja, itu isinya review saya atas tempat-tempat makan itu.
Nah, selamat jalan-jalan ke curug cantik yang imajinatif ini
ya. Keep Batu Templek clean and beautiful.
Aliran airnya kecil. Yang istimewa adalah tebing-tebingnya. |
Salam,
Triani Retno A
Penulis novel
Editor Indonesia
Blogger Indonesia
Blogger
Bandung
Aduwww Teteh pake sepatu cantik ke curug.
BalasHapusBtw susunan batunya cakep. Itu kalo airnya lagi deras, cakep lagi kayaknya. Segitu aja udah cakep.
Sekalian ngetes kekuatan dan ketebalan sol sepatunya, Cha. Ternyata oke.
HapusHalo mbak, wah saya baru tahu ada CUrug seperti ini, rumah adek saya di daerah Bojongsoang, kalau main ke sana saya mau sempatkan juga untuk ke sini juga ah.
BalasHapusOH iya kalau mau baca seputar fotografi, boleh mampir ke blog saya di gariswarnafoto(dot)com