“Oh, saya mah nggak jual buku bajakan, Teh. Amit-amit. Di
sini buku asli semua.”
Saya jelas saja seneng, dong mendengar ucapan si akang
penjual buku. Tapi rasa senang saya nggak berlangsung lama.
Beberapa menit kemudian datang dua orang remaja berseragam
SMA mencari novel. "Yang best seller ya, Kang," ujar salah seorang di antara mereka.
Dengan sigap si akang mengambil beberapa buah buku. Salah
duanya adalah novel terbitan Grup Penerbit Mizan. Disodorkannya buku itu pada
kedua remaja. Sambil bertutur bahwa novel-novel itu adalah novel best seller.
Saya tercengang. Melihat tampilan fisik buku-buku itu saya
tahu betul: itu buku bajakan.
Tentang mengenali buku bajakan ini bisa dibaca dalam tulisan saya Tips Mengenali Buku Bajakan.
Buku Bajakan
Istilah “buku bajakan” sudah biasa didengar atau dibaca di
media sosial. Yang jadi sasaran pembajakan biasanya buku-buku bestseller.
Novel Dilan dan novel Milea karya Pidi Baiq
yang diterbitkan oleh Mizan termasuk yang paling banyak dibajak. Begitu juga
novel-novel karya Andrea Hirata, Tere Liye, dan Boy Candra. Buku-buku bajakannya
laris seperti kacang goreng.
Tapi nggak semua yang pernah mendengar istilah “buku bajakan”
tahu buku bajakan itu seperti apa. Seperti si akang penjual buku tadi.
Kenali ciri-ciri buku bajakan. |
Dalam bayangan sebagian orang, buku bajakan itu buku yang
dicetak di kertas buram. Kalau pakai kertas HVS dan bersegel plastik (wrapping)
pasti buku asli.
Tetot!
Memang ada buku bajakan yang memakai kertas buram. Tapi yang
pakai kertas HVS juga banyak.
Ada buku bajakan yang warna kavernya buram atau gambar dan
tata letaknya miring-miring. Tapi yang tampil seindah saat lagi
sayang-sayangnya sama dia juga ada.
Buku bajakan bersegel plastik? Banyak, sangat banyak. Kondisi wrapped begitu sering membuat calon pembeli terkecoh.
Buku bajakan bersegel plastik? Banyak, sangat banyak. Kondisi wrapped begitu sering membuat calon pembeli terkecoh.
Tidak seperti buku best seller yang di kavernya diberi label
BEST SELLER, pada buku bajakan tidak ada label BUKU BAJAKAN di kavernya.
Yakalik!
Masih terkait buku bajakan ini, silakan mampir juga ke blogpost Buku Murah Pasti Bajakan. Benarkah?
Barang Curian
Yes, bagi saya buku bajakan adalah barang curian dan pembajak
buku adalah pencuri. Penjual buku bajakan adalah penjual barang curian.
Membajak buku berarti mencuri hak ekonomi banyak orang. Siapa
saja? Bisa dilihat pada infografis berikut ini.
Pembajakan buku merugikan banyak pihak. |
Tuh. Banyak banget yang haknya dirampas oleh komplotan
pembajak buku dan para penjualnya ini.
Sebanyak apa pun buku bajakan terjual, penulisnya tidak akan
dapat serupiah pun. Penulis udah kaya? Nggak juga. Banyak penulis yang hanya dapat royalti 100-200 ribu dalam 6 bulan penjualan.
Upah per bulan pembantu rumah tangga bahkan bisa lebih besar daripada royalti 6 bulan seorang penulis.
Begitu juga dengan penerbit yang sudah mengeluarkan puluhan hingga ratusan juta rupiah untuk menerbitkan satu judul buku. Kalau penerbit terus merugi karena banyak bukunya dibajak, bisa-bisa gulung tikar.
Seperti halnya mencuri, membajak buku juga merupakan
perbuatan melanggar hukum.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menjadi
payung hukumnya.
Apa hukumannya?
Hukuman penjara 1 sampai 10 tahun, atau denda Rp 100 juta
hingga Rp 4 miliar rupiah.
Sayang seribu sayang, pada praktiknya pembajak buku dan
jaringan pemasarannya malah semakin menggurita.
Lalu, ke mana pemerintah?
Bagi penerbit dan apalagi penulis secara pribadi,
memperkarakan hal ini bukan sesuatu yang mudah. Menguras waktu, energi, dan
biaya.
Pembajak buku ini tak bekerja sendiri. Mereka pun tak segan
meneror penulis dan penerbit. Luar biasa masalah yang dihadapi penulis ini.
Kelakuan pembajak buku. |
Pemerintah, tolong dong proaktif dan tegas dalam hal menindak
peredaran buku bajakan ini.
Kan katanya penulis dan penerbit harus menghasilkan buku
berkualitas. Kan katanya penulis dan penerbit ikut bertanggung jawab dalam
mencerdaskan bangsa.
Tapi bagaimana penulis bisa bersemangat menelurkan karya
berkualitas kalau buku-buku kami terus dibajak secara fisik dan digital?
Katanya Sayang, Tapi Kok…?
Tau nggak rasanya lagi disayang-sayang banget lalu tiba-tiba
dia malah menikah dengan orang lain?
Saya kasih tahu ya.
Rasanya sakit
banget. Terzalimi banget. Dunia tuh kayak terjungkir balik aja rasanya. Katanya sayang,
tapi kok nikahnya malah sama orang lain?
Begitu juga dengan buku bajakan ini. Katamu ngefans sama si penulis.
Katamu suka banget sama karya-karya si penulis. Tapi kok beli bukunya yang
bajakan? Sayang tapi kok nikung? Sayang kok malah menyakiti?
Kalau memang sayang pada penulis favoritmu, berhentilah membeli buku bajakan. Bayangkan kalau penulis kesayanganmu itu sampai berhenti nulis karena patah hati buku-bukunya terus dibajak.
Yuk sama-sama bersuara agar pemerintah lebih serius dan proaktif menangani masalah pembajakan karya intelektual ini.
Yuk sama-sama bersuara agar pemerintah lebih serius dan proaktif menangani masalah pembajakan karya intelektual ini.
Berharap pada pemerintah. |
Salam
100-200 ribu, dalam 6 bulan???Wow..
BalasHapusSejujurnya, yang kurang dari 100 ribu per 6 bulan pun banyak, Teh.
HapusLembaga pemerintah yang nyambung dengan bajak membajak buku ini Kemenkumham, ya? Moga kabinet baru.. prestasi baru.. memunculkan solusi untuk masalah klasik ini.
BalasHapusIya, Teh. Kalau bajak-membajak sawah barulah Menteri Pertanian.
HapusYes, aku juga berharap banget. Tindak tegaslah. Kan payung hukumnya udah ada.
Ini ni seperti selingkuh di depan mata terang terangan mbae, jadi menyakitkan sampai ke tulang.
BalasHapusaku aja pernah hanya dicopas sedikit tapi nyesek apalagi kalo udah di bajak huuuh.... ini butuh kekuatan komunitas
Jadi teringat hobiku sebelum reinkarnasi: baca blurb di Gramed, beli bukunya di Palasari.
BalasHapusItu dulu.
Duluuu... sekali.
Sekarang aku sudah berubah, Rhoma. (eh?)
Tak akan pernah lagi membeli buku bajakan :(
sedih ya kalau lihat banyak buku bajakan
BalasHapusSemangat, Teh Tri.
BalasHapuspemerinth emang dari dulu ngga total kalo memerangi pembajakan gini ya mba
BalasHapuspantesan, eka kurniawan kapan hari kayak protes gitu kan
ga mau nerima penghargaan
--bukanbocahbiasa(dot)com--
sejak dulu hukum pembajakan memang masih lemah di negara kita kak. btw, aku paling anti beli buku bajakan, terlebih author fav aku. gk ada nego deh. pokoknya kalau suka ya harus ori
BalasHapusSumpaaa, kukira kaset VCD DVD aje yang bajakan ternyata buku juga bisa dijabak. Kalau aku penulisnya, aku juga bakalan sedih dan benci banget. Pemerintah tolong bertindak tegas ya, lindungi kekayaan intelektual penulis 😎🔥
BalasHapusTerkait pembajakan buku menjadi problema juga ketika penulis berupaya untuk berkarya dan meningkatkan literasi masyarakat namun satu sisi lainnya ada kejahatan terbesar terkait hak cipta yang banyak dilanggar oleh oknum tertentu yg ingin mengambil kesempatan.
BalasHapusSalam
Ubay
Mengenai buku bajakan, sebagai org yang smpat menerbitkan buku. Saya sempet kecewa juga karna tman2 terdekat blang..
BalasHapusBukunya dicopy aja biar murah hahaha
sedih ya? Penulis bercucuran keringat dan darah sewaktu bikin buku, eh "dicuri" di depan mata
BalasHapusNyebelin, nyebelin, nyebeliiiiin... semoga segera ada solusi terbaik buat ngatasin masalah pembajakan buku ini.
BalasHapusMungkin salah satunya bikin gerakan anti beli buku bajakan, atau pernah ada?
Buku bajakan ini nngak menghargai hak kekayaan intelektual yaa..
BalasHapusKasian penulismya
Para penulis pasti sebel dengan pembajakan. Royalty kan otomatis tidak masuk ke rekening penulis :(. Semoga segera ada tindakan yang kongkret dari pemerintah.
BalasHapusikut prihatin dengan adanya buku2 bajakan.. Semoga tidak. semakin menjamur.. dan kita sebagai konsumen tidak membeli yang bajakan..
BalasHapussedih ya rasanya kalau lihat banyak buku bajakan
BalasHapusSaya setuju ini, sekarang banyak banget buku bajakan dan tidak ada tinjauan lebih tegas dari pemerintah
BalasHapus