Transaksi Lancar dengan QR Standar -- Misalnya nih, Teman-teman cuma boleh bawa satu barang saat ke luar rumah. Pilihannya dompet atau ponsel. Teman-teman akan pilih yang mana?
Saya yakin, pasti banyak yang memilih membawa ponsel. Uang
bawa secukupnya saja.
Kadang-kadang malah tidak bawa uang sepeser pun kalau
perginya hanya ke lapangan RT, ke balai musyawarah warga, atau menjemput anak
di blok sebelah. Saya juga memilih membawa ponsel saja.Mengenai keuangan saya tulis juga dalam artikel berikut:
Transaksi Digital
Beberapa tahun lalu, saya merasa sudah simpel sekali kalau
bisa membayar belanjaan dengan kartu debit. Tinggal gesek kartu di mesin EDC di
meja kasir. Beres.
Terutama kalau sedang membuka jastip beli buku di event book
sale. Lebih praktis, mengingat saya sering harus membayar 3-4 juta rupiah
sekali belanja buku untuk jastip.
Repot kalau harus membawa uang tunai sebanyak itu. Selain
repot, saya juga jadi tidak tenang ketika berburu buku. Maklum, sering lupa
kiri kanan kalau sudah berhadapan dengan lautan buku.
Yang penting, ada saldo di kartu debit saya. Saya mudah
membayarnya. Kasir juga tidak perlu repot menghitung dan mengecek lembaran
uang yang saya sodorkan.
Tapi ternyata sekarang ada yang lebih praktis lagi. Membayar #pakaiQRstandar.
QR Code Untuk Pembayaran
Satu tahun belakangan ini, pembayaran dengan menggunakan QR Code
semakin meluas.
Tidak hanya di kafe, restoran, mal, dan toko-toko besar.
Warung-warung kecil dan penjaja makanan di gerobak pun sudah banyak yang menyediakan
QR Code sebagai alternatif pembayaran.
Ketika berlibur di Yogya, saya memakai QR Code payment ini
ketika jajan sekoteng di gerobak kecil di Jalan Dagen.
Apa sih QR Code ini?
QR Code atau Quick Response Code diciptakan tahun 1994 oleh
Denso Wave yang merupakan anak perusahaan Toyota.
Pada awalnya QR Code ini hanya dipakai di industri otomotif.
Namun, kemudian meluas ke berbagai bidang, termasuk perdagangan.
Gerai-gerai yang menerima pembayaran dengan QR Code ini biasa
menempelkan stiker QR Code. Kita bisa melakukan pembayaran secara digital
setelah memindai QR Code tersebut dengan ponsel kita.
Ada beberapa dompet digital yang bisa digunakan untuk
keperluan ini. Di antaranya OVO, Go-Pay, Dana, serta LinkAja.
Meski lupa bawa uang tunai, kita tetap bisa melakukan
pembayaran melalui dompet digital yang ada di ponsel. Tentu saja, dana yang tersimpan harus mencukupi.
Repotnya, kalau pembayaran QR Code yang tersedia hanya
(katakanlah) Go-Pay, sedangkan dompet digital kita yang ada saldonya cuma OVO. Kita
jadi tidak bisa membayar secara digital.
Saya sering nih mengalami yang seperti itu. Di ponsel saya
ada tiga dompet digital. Ovo, Go-Pay, dan LinkAja. Tapi belum tentu semua ada
isinya, sih. Hehe….
Kesal rasanya kalau yang saldonya mencukupi tinggal OVO tapi
merchant yang saya datangi itu hanya menerima pembayaran dari LinkAja. Rasanya
langsung zonk!
Sekarang QR Standar
Untungnya, kerepotan karena perbedaan dompet digital seperti
itu akan segera berakhir.
Tanggal 17 Agustus 2019 kemarin, Bank Indonesia meluncurkan
QR Code Indonesia Standard (QRIS).
QR Standar ini resmi diberlakukan secara nasional untuk
#gairahkanekonomi dan memperlancar pembayaran.
Dengan QR Standar ini pembayaran
akan menjadi lebih aman, lancar, dan efisien. QRIS ini mulai berlaku secara
efektif per tanggal 1 Januari 2020 nanti.
Bank Indonesia pun gencar melakukan sosialisasi QRIS ini
kepada masyarakat. Untuk generasi milenial, Bank Indonesia menggelar Festival
Edukasi Bank Indonesia atau #feskabi2019 di kampus-kampus.
Apa perbedaan QR Standar dengan QR Code yang biasa?
Pada prinsipnya sih sama. Namun, QR Standar lebih lengkap
daripada QR Code.
QR Code hanya berlaku untuk satu dompet digital. Misalnya, QR
Code LinkAja hanya berlaku untuk pengguna yang memiliki aplikasi LinkAja di
ponselnya.
Nah, kalau QR Standar berlaku untuk semua dompet digital yang
memiliki izin dari Bank Indonesia.
Dengan begitu, tidak masalah lagi kalau di ponsel kita hanya
ada satu aplikasi dompet digital. Tetap bisa digunakan untuk melakukan
pembayaran. Tidak perlu lagi ada rasa zonk seperti yang pernah saya alami.
Mengenai aplikasi digital dalam bisnis saya tulis juga di artikel berikut:
Mengenai aplikasi digital dalam bisnis saya tulis juga di artikel berikut:
Memajukan Perekonomian
Penggunaan QR Standar sebagai metode pembayaran ini
menguntungkan pembeli dan penjual.
Pernah dengar berita tentang pemilik warung yang merugi
karena uang yang dibayarkan padanya ternyata palsu?
Di sekitar rumah saya, setidaknya ada tiga gerai yang
menempelkan uang palsu di etalasenya. Uang palsu pecahan Rp 50.000 dan Rp
100.000 itu didapat dari pembeli yang melakukan pembayaran.
Satu gerai kemudian menggunakan money detector untuk
mendeteksi asli atau palsunya uang yang diterima. Dua gerai lagi belum terlihat
menggunakan money detector.
Nah, pembayaran dengan QR Standar ini melindungi penjual dari
pembayaran dengan uang palsu seperti ini.
Keuntungan menggunakan pembayaran QR Standar. (Foto: shutterstock.com. Infografis: www.trianiretno.com) |
Dengan QR Standar, penjual akan langsung mendapatkan laporan
tentang transaksi yang terjadi. Penjual akan mudah mengetahui arus kas dan kesehatan
usahanya.
Di sisi lain, pembeli pun diuntungkan. Pembayaran jadi lebih
mudah dan praktis. Lupa bawa uang dan cuma bawa ponsel? Tetap bisa bertransaksi
dengan menggunakan pembayaran QR Standar.
Pembeli pun tidak perlu lagi mengalami kejadian tidak ada
uang kembalian ketika belanja. Kadang-kadang malah bisa dapat cashback lho kalau membayar secara digital.
Pembeli juga dapat mengetahui uangnya habis untuk belanja apa
saja karena semua ada laporannya. Cocok bagi yang ingin berhemat dan mengatur
keuangan dengan bijak.
Dengan menggunakan QR Standar, sama-sama kita
#majukanekonomiyuk
#TransaksiLancarPakaiQRStandar
#TransaksiLancarPakaiQRStandar
Salam,
Triani Retno A
Triani Retno A
Kasihan juga ya mbak kalau sampai ada yang dapat uang palsu apalagi jika mereka cuma dapat untung sedikit. Nggak kebayang sih sedihnya mereka, QR standar bisa jadi solusi nih...
BalasHapusBetul. Tega banget yang bayar pakai uang palsu itu >.<
Hapus