Skincare ramah lingkungan. Apa yang terlintas di benak Temen-temen ketika mendengarnya?
Mungkin ... produk kecantikan yang terbuat dari bahan-bahan alami. Semuanya alami tanpa menggunakan bahan kimia buatan.
Atau
mungkin ... yang kemasannya bisa diproses daur ulang. Tidak menambah berat beban Bumi
yang sudah penuh dengan sampah.
Jujurly, seperti itu juga yang lama mengendap di benak saya. Salah nggak sih?
Nggak,
kok. Nggak salah. Cuma ternyata lebih luas dari itu.
Lestarikan Cantikmu
Jumat
9 April 2021 lalu saya mengikuti #LestarikanCantikmu Online Blogger Gathering.
Acara
ini adalah kelanjutan dari Lomba Blog #LestarikanCantikmu yang diadakan oleh Lingkar
Temu Kabupaten Lestari (LTKL) dan Blogger Perempuan Network. Sebagai peserta lomba,
saya terpilih untuk mengikuti acara online gathering ini.
Tulisan
yang saya ikutkan dalam lomba itu bisa dibaca di Cantik dan Sehat Bersama Si Pohon Kehidupan.
Salah
satu acara dalam online gathering ini adalah pengumuman pemenang lomba blog
Lomba Blog #LestarikanCantikmu
Selain
itu, ada acara lain yang sangat menarik. Sharing bersama Christine Pan (Segara Naturals), Gita Syaharani (Kepala Sekretariat LKTL), dan Danang Wisnuwardhana
(Skincare Creator Content).
Bukan
sharing sembarang sharing. Sharing yang ini sangat mencerahkan. Autoglowing!
Online Blogger Gathering. |
Kenapa Pakai Skincare?
Kalau
sedang scroll media sosial, terutama Instagram, saya sering menemukan berbagai
produk perawatan kulit. Macam-macam mereknya. Ada yang dari negeri sendiri, ada
pula produk luar negeri.
Tampilan
kemasannya pun beragam. Dari yang imut-imut menggemaskan sampai yang mewah
elegan. Semua mengiming-imingi akan membuat pemakainya menjadi semakin glowing.
Tergoda?
Ahaha...
Iya.
Danang
Wisnuwardhana tampil sebagai pembicara pertama dalam acara #LestarikanCantikmu
Online Blogger Gathering ini. Ia menegaskan dua hal. Pertama, pentingnya
memahami tujuan menggunakan skincare. Kedua, pentingnya memahami kandungan
skincare.
Menggunakan
skincare dan serum pencerah wajah itu ada tujuannya. Misalnya melembapkan kulit yang kering atau
membersihkan muka yang berjerawat.
“Kalau
kita ingin hasilnya itu efektif, kita harus tahu bahan-bahannya apa saja,
manfaatnya apa saja,” ujar Danang. Memahami kandungan skincare dan manfaatnya
ini juga akan menghindarkan kita dari boros dan mubazir.
Iya,
sih. Ngapain juga kan kita beli dan pakai skincare yang jelas-jelas tidak kita
butuhkan?
Danang
sendiri mengakui bahwa ia sudah menggunakan skincare sejak kecil, dikenalkan
oleh orangtua. Ketika duduk di bangku SD ia mulai rajin menggunakan sunscreen.
Danang Wisnuwardhana. |
Di
usia SMP ia sudah rutin menggunakan double cleansing. Itu tahun 1999, jauh
sebelum musim drakor yang membawa tren kosmetik Korea ke Indonesia.
“Kalau
aku pakai skincare, aku merasa senang. Bahagia. Aku sudah dikasih Tuhan bentuk
seperti ini. Salah satu cara mensyukurinya adalah merawatnya dengan baik.”
Kalau
bahan-bahan skincare-nya aman, dipakai dengan senang, hasilnya di kulit juga akan
bagus. Untuk faktor “aman” ini, Danang mengingatkan pentingnya memilih skincare
yang sudah memiliki sertifikat BPOM.
“Selama
skincare itu sudah mengantongi izin dari BPOM, insya Allah aman,” ujar Danang. “Tapi
tetap, penting sekali untuk tahu ada apa di dalam skincare itu,” lanjutnya.
Ramah Lingkungan, Ramah Sosial
Gita
Syaharani membuka sesinya dengan memaparkan hasil penelitian tentang
pertimbangan konsumen saat membeli produk kecantikan. Responden penelitian
adalah konsumen Indonesia, Jepang, Korea, dan China berusia 15-35 tahun.
Ternyata
nih, ada 6 hal yang menjadi penentu. Bahan dalam produk (91,5%), harga produk
sesuai budget (75,7%), kualitas produk (73,9%), sertifikat halal (55,5%),
review dari influencer (48,3%), serta kemasan dan promosi (28%).
Menarik,
ya. Ternyata kemasan menggemaskan itu nggak terlalu jadi pertimbangan.
Kesadaran
konsumen akan bahan-bahan yang digunakan dalam produk kecantikan ini sangat
menggembirakan.
Lebih
jauh lagi, mereka juga ternyata punya perhatian khusus pada masalah polusi
udara, darat, dan air. Dari bahan apa produk kecantikan itu dibuat, bagaimana
membuatnya, bagaimana pengemasannya ... dan apakah semua itu memperparah polusi
yang sudah ada atau tidak.
Hayoooo....
Pernah mikir dan peduli sampai ke situ nggak, nih?
Online Blogger Gathering Lestarikan Cantikmu |
Ternyata, nggak semua produk berbahan alami itu ramah lingkungan dan ramah sosial.
Nah
ini. Saya (apa Temen-temen juga?) selama ini menganggap kalau bahannya dari
alam (misalnya madu, kopi, lidah buaya, dan virgin coconut oil), produknya
pasti ramah lingkungan. Eh, ternyata belum tentu.
“Ada
tiga hal yang harus diperhatikan kalau bicara tentang produk atau komoditas
yang ramah lingkungan dan ramah sosial,” ujar Gita.
Ini
nih tiga hal yang harus diperhatikan.
Pertama, apakah produk itu menjaga fungsi alam.
Alam
harus dilindungi, tanah harus tetap sehat, kualitas air dan udara harus tetap baik.
Ekosistem harus tetap terjaga dan tidak menimbulkan bencana alam.
Kalau
proses produksi komoditas kecantikan itu sampai merusak atau menimbulkan
bencana alam, tentu tak bisa dikatakan sebagai produk ramah lingkungan.
Kedua, pekerjanya sejahtera.
Para
pekerja lain yang terlibat dalam produksi komoditas ini mestilah hidup
sejahtera.
Petani
harus mendapat harga yang layak untuk hasil kerja mereka. Praktik bertaninya
pun mesti baik, tidak menggunakan pestisida yang merusak lingkungan.
Kalau
bahan baku itu diambil dari UMKM, mesti dipastikan UMKM tersebut juga
mendapatkan bayaran yang layak.
Ketiga, energi dan limbah produksi terjaga.
Penggunaan
energi dalam proses produksi mesti efisien dan bisa dipertanggungjawabkan. Lebih
bagus lagi kalau menggunakan renewal energy.
Limbah
produksi juga menjadi perhatian. Tidak hanya dalam proses produksi, tetapi juga
ketika produk sudah diserap oleh pasar. Bagaimana nasib kemasannya nanti?
Apakah bisa didaur ulang atau malah menjadi sampah baru yang mencemari
lingkungan?
Lakukan Ini
Sebagai
konsumen skincare, kita mesti gimana nih?
Kata
Gita Syahrani nih, ada 6 hal yang bisa kita lakukan.
- Baca label yang ada di kemasan produk kecantikan.
- Kenali bahan-bahan pembuatnya.
- Pahami komoditas asalnya.
- Mengetahui apa dampaknya.
- Pilih produk kecantikan yang lestari.
- Berbagi cerita tentang perjalanan kita menemukan produk kecantikan yang ramah lingkungan dan ramah sosial.
Hampers cantik ramah lingkungan. |
“Yang paling gampang, pilih produk yang paling bercerita,” lanjut Gita. Cerita itu misalnya tentang bahan-bahan yang digunakan (dipungut yang berjatuhan di hutan, bukan dengan menebang pohonnya), tentang proses produksinya, atau tentang kesejahteraan petani dan para pekerjanya.
Soal
“produk bercerita” itu memang urusan produsen. Kalau memang produknya ramah
lingkungan dan ramah sosial, pasti dong mereka akan dengan senang hati berbagi
cerita.
Sebagai
konsumen, tugas kita adalah mendidik diri kita sendiri supaya cerdas dan bijak
memilih produk kecantikan.
Indonesia Indah Tapi ....
Di
sesi ketiga, Christine Pan bercerita tentang pengalamannya saat traveling.
Sudah
bepergian ke banyak negara, bagi Christine yang terindah tetap Indonesia.
“Tapi
ke mana pun aku pergi, selalu ngelihat sampah,” ujar Christine. “Seberapa pun
terpencil tempatnya, pasti ada sandal jepit di pantai, shampo sachet, botol
bekas sabun mandi, plastik.... Merusak mood banget.”
Keprihatinannya
semakin bertambah ketika dari dalam pesawat melihat gunung-gunung yang botak
karena hutannya sudah ditebangi.
Atau
ketika surfing di Anyer tetapi air lautnya berwarna cokelat dan sampah di
mana-mana. “Untung aja nggak ada popok,” cetus Christine.
Kebayang
dah kalo jatuh dari papan surfing lalu nemplok di popok bekas pup bayi!
Keprihatinan
itu membuatnya berusaha mencari solusi untuk produk kecantikan yang ramah
lingkungan. Christine mengakui, di pasaran sudah banyak produk berbahan alami.
Sayangnya masih menggunakan kemasan plastik. Jadi, ujung-ujungnya tetap
nyampah.
Hal
itu juga menjadi bahan pemikirannya. Gimana nih bisa memininimalkan sampah yang
timbul saat traveling.
Dari
pemikiran dan keprihatinan itulah Christine memulai Segara Naturals.
Meski
begitu, Christine tidak berani mengklaim Segara Naturals sudah zero waste. “Kita
sadar tidak mungkin zero waste, tapi meminimalkan sampah.”
Menyimak cerita Christine Pan. |
Produk-produk Segara Naturals dikemas dalam kaleng aluminium yang reusable. Tapi ternyata, pemasoknya selalu mengemas kaleng-kaleng itu dalam bungkusan plastik.
“Maunya
sih ideal. Tapi ternyata masih panjang perjalanannya,” ungkap Christine. “Tapi
kami berusaha setransparan mungkin. Termasuk pada ingredients produk.”
Komposisi
produk yang tercantum di kemasan Segara Naturals ini nggak pakai nama kimia
ilmiah, fyi. Yang dicantumkan adalah nama bahan yang familier bagi konsumen.
Cantik Lestari
Tampil
cantik dengan kulit indah terawat pastilah idaman semua orang, terutama
perempuan.
Namun,
mempercantik diri eloknya tidak sampai merusak alam. Mempercantik diri pun
eloknya tidak dilakukan di atas penderitaan orang lain (petani yang tidak
sejahtera karena hasil kebunnya dibeli sangat murah oleh produsen skincare).
Indonesia
sudah menghasilkan berbagai produk kecantikan. Bangga? Tentu saja, dong. Namun,
mengutip perkataan Gita Syahrani,
“Bangga buatan Indonesia yang ramah lingkungan dan ramah sosial.”
Last but not least, selamat ya buat Bintang
Maharani, Claudia Liberani Randungan, dan Irene Natalia Komala yang menjadi
juara Kompetisi Blog #LestarikanCantikmu.
Teman-teman yang ingin menyimak rekaman acara
#LestarikanCantikmu
Online Blogger Gathering ini bisa langsung meluncur ke kanal Youtube Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL).
Salam,
Teh Eno,
BalasHapusaku juga rutin lihat videonya mas Danang, kalo ga kliru blio dokter gigi apa ya>
Sangat edukatif banget
bisa kasih insight menarik dan ilmiah (tapi engga boring) soal serba/i skincare
Eh...iyakah? Aku malah baru tau dari Mbak Nurul nih.
Hapuskita harus bangga ya dengan buatan produk indonesia yang ramah lingkungan, keren ya acaranya #Lestarikancantikmu
BalasHapusBetul, Mbaaak. Bangga dan mendukung dengan aksi nyata, biar makin afdol :)
HapusSelama ini saya juga berpikir kalau bahan-bahannya terbuat dari alam, maka produk perawatan kulitnya tentulah sudah ramah lingkungan. Ternyata semua proses pendukung produksi, termasuk kesejahteraan karyawannya jg harus menjadi perhatian sebagai konsumen.
BalasHapusTerima kasih banget infonya, mba. Jadi ikut nambah pemahaman.
Nah iya. Pemahaman kita umumnya begitu ya. Aku pun jadi tercerahkan sekali dari acara kemarin itu :)
Hapusberkah ikut webinar kemarin saya jadi pingin banting stir pakai produk kecantikan yang ramah lingkungan dan ramah sosial
BalasHapusKarena ternyata sudah banyak tersedia di pasar
Sayangnya saya kesulitan mencari produk perawatan wajah,
penyebabnya mungkin lebih susah bikinnya ya?
Bisa jadi, Ambu. Kalau masuk ke toko-toko kan kalo nggak salah mesti memenuhi kuantitas tertentu plus ada biaya lagi buat toko.
HapusWahh keren nih Danang, masih SD udah pakai skincare. Saya waktu SD boro-boro kepikiran skincare, yang ada kerjaannya nangkap kupu-kupu bareng teman di bawah terik matahari, hehehe
BalasHapusAhaha....Sama. Tambah lagi ngejar layangan putus, manjat pohon, sama main kelereng :D
Hapusiya ya, Mba.. produknya alami, tapi kemasannya pakai plastik.. xixixi.. podo wae. Tapi kalau plastik yang recycle ga masalah kali ya, Mba. Ilmu banget nih buat memilih produk alami tapi juga ramah lingkungan.
BalasHapusYang penting ramah lingkungan ya Ummi, produknya digunakan sampai habis, dan meminimalkan sampah, karena untuk zero waste mungkin masih sulit
HapusZero waste masih susah sih emang. Setidaknya meminimalkan produksi sampah deh.
HapusNgebayangin kalo shampo, sabun cair, lotion dsb...itu bisa diisi ulang. Jadi kalo abis, kita nggak perlu beli kemasan isi ulang, tapi tinggal bawa botol kosongnya ke tempat isi ulang lalu diisi lagi sampai penuh.
Seneng banget mengetahui semakin banyak institutsi, organisasi dan publik yang mengenali pentingnya pelestarian lingkungan. Salah satu sisi edukasi yang wajib disosialisasikan semakin baik dari waktu ke waktu. Termasuk diantaranya kelengkapan sehari-hari yang rutin kita gunakan.
BalasHapusSemoga dengan kepedulian ini, keterbelangsukan bumi dan alam akan semakin terjaga. Contohnya lewat WEBINAR seperti ini.
Aamiiin. Semoga kesadaran masyarakat (termasuk kita) pun membaik dan diikuti aksi nyata :)
HapusProsentase penentu beli skincare gak sangka bervariasi, soalnya daku juga sebelum beli skincare lihat review dulu yang mungkin memiliki kondisi kulit yang sama, serta sekalian juga buat tahu apa saja kandungannya.
BalasHapusBiar dapat yang paling cocok ya, Mbak :)
HapusWanita jaman sekarang mudah banget lho mendapatkan produk skincare. produk buatan Indonesia juga banyak dan ga kalah bagusnya dg produk luar negeri. harganya pun terjangkau, tinggal pilih aja mau produk apa. yang pasti sesuai dengan kebutuhan kulit kita ya.
BalasHapusArtikelnya banyak info menarik nih di dunia perskincaran. makasi ya.
hehe...iya. Untung kita hidup di zaman sekarang ya :)
HapusNAh bener banget 3 poin terkait skincare ramah lingkungan. Kalo 3 poin itu nggak terpenuhi tentunya justru akan merusak alam dan juga kesejahteraan pekerja pun malah nggak terpenuhi.
BalasHapusMemakai skincare emang ga cuma harus perhatiin efek ke wajah ya mba tapi buat lingkungan juga. Aku juga setuju sama tips2nya mb, harus perhatiin bahan2 yang digunakan sama sumbernya dari mana. Jangan nanti malah merusak lingkungan ya kan gawaaaat
BalasHapusNah aku setuju, dalam memilih skincare juga mesti selektif
BalasHapusharus tahu bahan-bahannya apa saja, manfaatnya apa di sesuaikan dengan kebutuhan dan jenis kulit agar tidak ada masalah dibelakang nya
Betul banget, memang harus tahu tujuan dari menggunakan skincare dan juga kandungan dari skincare itu sendiri. Biar lebih optimal ya, dan nggak sembarangan memilih skincare.
BalasHapusTernyata nggak cuma bahan dasarnya saja yang ramah lingkungan, tapi juga proses produksinya ya. Hmmmm, baru tau saya...
Kalau saja semua produsen menerapkan proses produksi yang ramah lingkungan dan ramah sosial, pasti memberikan dampak yang sangat besar untuk lingkungan ya, terutama jangka panjang. Keren sekali konsepnya Kakak.
Nice sharing kakak.........
Wow.. pantesan wajahnya Danang kelihatan glowy yaa.. lha wong udah pake skincare sejak SD. Kalo anak saya (laki-laki juga), mulai pakai skincare saat SMP, mulai dari face wash. Produknya juga pake yang berbahan dasar alami. Sampai sekarang kulitnya sehat, ga ada jerawat dan lain-lain.
BalasHapusAsik ada rekaman nya di Youtube. Jadi, bisa nyimak juga walau saya tidak ikut gabung lomba maupun acaranya. Ini menginspirasi sekali. Soalnya selama ini masih beranggapan bahwa produk ramah lingkungan hanya soal bahannya yg alami. Ternyata juga banyak aspek ya. Thanks Kak Tri.
BalasHapusTernyata penting juga memperhatikan skincare yang peduli lingkungannya. Saya setuju banget, terutama di bagian kemasan. Kita sering lihat, kalau kemasan skincare jarang yang reusable. Jadinya, waktu skincare habis, kita beli lagi plus dengan kemasannya. Nah kemasan sebelumnya akhirnya jadi sampah. Begitu berulang seterusnya.
BalasHapusasik sekali blogger ghateringnya, banyak ilmu yang aku dapat. Salut buat kakak kakak yang terus berjuang bersuara untuk bumi...
BalasHapusAcara blogger gatheringnya keren ya kak. Ada mas Danang dan juga mba Gita. Semakin membuka mata konsumen akan pentingnya produk konsumen yang alami dan ramah lingkungan.
BalasHapusJadi pakai skincare itu harus lihat kandungannya juga ya, apakah terbuat dari bahan yang ramah lingkungan atau gak. Sekarang produsen skincare juga sudah mulai memperhatikan hal itu ya termasuk kemasannya juga ya ramab lingkungan & bisa didaur ulang
BalasHapusDuh kalah nih sama mas Danang yang udah oake skincare dari kecil, kalau saya baru pake skincare pas kerja hehehe
BalasHapusSetuju sekali dengan semua apa yang disampai kan, terutama bahwa Indonesia itu indahh, pokoknya jangan sampai rusak apalagi hilang deh. Dengan memilih produk yang ramah lingkungan dan ramah sosial ini tentunya kita semua bisa turut andil dalam menjaga ekosistem alam terutama di Indonesia ya mbak.
BalasHapusSama nih mbak. Saya pun mikirnya gitu. Skincare ramah lingkungan ya produk skincare yang dibuat dari bahan-bahan alami dan menggunakan kemasan ramah lingkungan. Ternyata gak hanya tentang itu yaa..ada banyak faktor lainnya.
BalasHapusSenang ya Teh ikutan acara yang bergizi dan menambah wawasan
BalasHapus