Apa kopi favorit kalian? Well, anggap
ajalah kalian yang baca ini semuanya suka minum kopi ya. Apalagi kan sekarang “ngopi-ngopi
cantik” lagi ngetren :D
Kalian yang sering main ke blog ini pasti tau dong kalau saya suka minum kopi.
Tiap kali ke luar kota, kudu menyempatkan mampir ke coffee shop. Cerita ngopi-ngopi itu (hampir) selalu saya tulis di blog ini, di antaranya:
Di Bandung pun, kalau pekerjaan
mendekati deadline saya biasa melipir ke coffee shop buat kerja. Seringnya sih di The Warung Kopi karena
cuma 1,5 km dari rumah. Bisa saya tempuh dengan berjalan kaki sekalian membakar
emosi eh kalori.
Biasanya saya pesan cappuccino dengan
less sugar atau americano. Khusus di The Warung Kopi,
saya hampir selalu pesan copresso.
Kalau di rumah ya … seadanya aja. Kopi
hitam dengan sesendok gula aren. Atau kopi instan sachet. Hehe….
Kepo Kopi
Kesukaan minum kopi membuat saya jadi
kepo dengan si kopi ini. Sebelum pandemi menyerang, saya sempat ikut workshop
kopi di Bandung.
Kebetulan banget, pengisi acaranya adalah Dani Hamdan, penulis buku Coffee, Karena Selera Tidak Dapat Diperdebatkan. Saya pernah lihat cover bukunya dan saya suka.
Don’t judge a book by its cover? Ahaha… Untuk yang satu ini bisa
diabaikan. Judul bukunya Coffee. Warna dan gambar kavernya pun sangat kopi. Biji-biji
kopi dan secangkir kopi hitam yang sangat menggoda untuk diseruput.
Sayangnya, Dani tidak membawa buku itu.
Habis dan sedang dalam proses cetak ulang oleh penerbit.
Baru awal 2021 saya mendapat buku ini.
Saya malah lebih dulu membaca dan meresensi buku Dani yang ditulis bareng
Andika Ajie Sastra, A-Z Memulai dan Mengelola Usaha Kedai Kopi.
Tapi karena berbagai hal, resensi
buku kopi ini baru bisa saya tulis di bulan Mei.
Kenapa Coffee?
Saya tidak berniat mendalami
perkopian, sih. Cuma ingin tahu tentang minuman kesukaan saya ini.
Daftar Isi buku Coffee, Karena
Selera Tidak Dapat Diperdebatkan sudah menjanjikan akan memenuhi rasa
keingintahuan saya itu.
Pembahasannya lengkap. Dari jenis
kopi, buah dan biji kopi (tingkat kematangan, pengolahan, roasting,
penggilingan, hingga kualitas kopi), manfaat kopi bagi kesehatan, sampai
sejarah kopi.
Pembahasan tentang teknik penyajian
kopi tentu saja ada, bahkan hampir setengah dari buku setebal 174 halaman ini.
Prinsip dan Teknik Dasar Brewing. |
Selain itu, ada satu bab khusus yang membahas kopi arabika garut.
Kenapa kopi garut?
Tentu bukan sekadar karena kedua penulis
buku ini, Dani dan Aries, adalah putra Garut.
Aries Sontani adalah mitra terbesar
petani kopi di Garut, terutama wilayah Pasirwangi. Dengan bendera D’Arffi
Coffee, Aries membeli buah kopi segar dari petani di Garut dengan harga layak.
Buah kopi itu kemudian diolah menjadi green bean, roasted been, dan kopi
bubuk berkualitas bagus. Aries juga sekaligus membina kelompok
petani kopi di Pasirwangi.
Sementara itu, Dani Hamdan mendampingi
D’Arffi dalam urusan manajemen, kerja sama, promosi, dan pemasaran.
Sama seperti buku A-Z Memulai dan
Mengelola Usaha Kedai Kopi, buku Coffee ini juga dilengkapi dengan
glosarium. Sangat membantu orang awam untuk memahami istilah-istilah di dunia
kopi.
Data Buku
Judul: Coffee, Karena Selera Tidak Dapat
Diperdebatkan
Penulis: Dani Hamdan dan Aries Sontani
Penerbit: Agromedia Pustaka
Tahun: 2019 (cetakan keempat)
Tebal: vi + 174 halaman
ISBN: 978-979-006-618-2
Harga: Rp 148.500.
Coffee, Karena Selera Tidak Dapat Diperdebatkan. |
Cinta dalam Secangkir Kopi
Ada yang menarik dari kopi. Ia bukan
sekadar biji kopi yang dihaluskan lalu diseduh dengan air panas.
Seberapa nikmat kopi yang kita minum
ditentukan oleh banyak hal. Kalau
kopi yang kita minum terasa sangat nikmat dan beraroma sedap, percayalah itu diproses dengan segenap
cinta.
Buah kopi yang dipetik saat masih hijau, hijau kekuningan, atau kuning akan menghasilkan cacat cita rasa seperti grassy, bitterness, dan astringency. Begitu pula buah kopi yang dipanen pada kondisi merah tua kehitaman. Aromanya sudah berkurang dan timbul cacat cita rasa berupa stink. (halaman 15)
Setelah mendapatkan buah kopi dengan
tingkat kematangan yang pas, cita rasa kopi masih pula dipengaruhi oleh cara
pengolahannya.
Buah kopi yang diproses dengan cara wet
process (full wash), misalnya, memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi
dibandingkan kopi yang diproses dengan dry process (semi wash), honey
process, atau natural process.
Proses berikutnya adalah roasting alias menyangrai kopi.
Proses roasting menyumbang 30% terhadap kualitas aroma dan cita rasa kopi.” (halaman 29)
Selesai?
Ahaha…belum. Kenikmatan cita rasa
kopi dipengaruhi pula oleh pengolahannya saat akan disajikan. Termasuk takaran
kopi dan temperatur air yang digunakan. Dibahas tuntas dalam buku Coffee ini.
Dengan panjangnya proses menghasilkan
minuman kopi yang nikmat, nggak berlebihan kan kalau saya bilang ada cinta
dalam secangkir kopi?
Kopi Hitam vs Kopi Campuran
Penikmat kopi di seluruh dunia, termasuk di dalam negeri, terbagi menjadi dua kubu besar, yaitu penikmat kopi hitam murni dan penikmat kopi yang menambahkan aneka jenis bahan pelengkap ke dalam sajian kopinya. (halaman 74)
Kalian termasuk kubu yang mana?
Ahaha… Jangan malah berantem!
Masing-masing kubu tentu punya alasan
sendiri. Kopi hitam lebih otentik rasa dan aromanya. Lebih strong.
Kopi dengan aneka bahan pelengkap
lebih dapat diterima oleh banyak orang, terutama yang tidak suka pahit.
Meskipun selera tidak bisa
diperdebatkan, ternyata ada yang perlu diperhatikan jika hendak membuat kopi
dengan menggunakan bahan pelengkap.
...gunakan bahan pelengkap yang tidak merusak cita rasa asli kopi, tidak mengandung kalori tinggi, bersifat alami, bukan bahan tambahan buatan (sintetis), serta memiliki manfaat atau khasiat baik bagi tubuh. (halaman 74)
Nah loh. Ternyata nggak sembarang
bahan bisa dijadikan pelengkap racikan kopi.
Susu cair, kental manis, gula semut, madu, bubuk kayu manis, ekstrak vanila murni, krimer buatan sendiri (dari kurma dan susu almond), dan ginseng bisa dijadikan bahan pelengkap kopi.
Sebaliknya, krimer pabrikan, gula
pasir, pemanis buatan, dan perasa buatan adalah bahan yang sebaiknya dihindari.
Beberapa resep kopi disajikan dalam
buku yang menggunakan kertas art paper (sering disebut kertas glossy karena
mengilap) ini. Lengkap dengan foto tahap demi tahap pembuatannya.
Gimana caranya mengeluarkan affogato ini dari dalam buku ya? :D |
Sedikit Koreksi
Secara isi, buku ini memenuhi
keingintahuan saya tentang kopi. Bahkan, memberikan lebih banyak daripada yang
saya butuhkan.
Sedikit kritik saja tentang penulisan
(dan penyuntingan) buku ini ya.
- komoditi atau komoditas
Dalam ejaan Bahasa Indonesia, yang
baku adalah komoditas. Buku Coffee ini menggunakan “komoditas” dan “komoditi”.
Tidak konsisten. Persis seperti tidak konsistennya dia yang selalu bilang sayang tapi tahu-tahu nikah sama orang lain.
- dibalik atau di balik
Mana penulisan yang benar: dibalik
atau di balik?
Dua-duanya benar, tetapi memiliki makna
yang berbeda. Kedudukan “di” juga berbeda. Yang satu sebagai awalan, satu lagi
sebagai kata depan. Penggunaan yang tidak tepat akan membuat kalimatnya juga
menjadi berbeda arti.
Jika “balik” merupakan kata penunjuk
tempat, maka ditulis terpisah dari kata
depan “di”. Penulisan yang benar adalah di balik. Di sini “balik” berarti
sisi belakang.
Jika “balik” merupakan kata kerja
pasif, maka ditulis serangkai dengan awalan “di”. Penulisan yang benar
adalah dibalik. Bentuk aktifnya adalah membalik. Di sini “balik” berarti putar
arah.
Di halaman 148 ada subbab “Tanam
Paksa Dibalik Sohornya Kopi Priangan di Dunia”.
Pada kalimat itu, “balik” adalah
keterangan tempat. Jadi, seharusnya adalah “di Balik”, bukan “Dibalik”.
Kan nggak ada “Sohornya Kopi Priangan
di Dunia Membalik Tanam Paksa” sebagai bentuk aktif dari “Tanam Paksa Dibalik
Sohornya Kopi Priangan”.
Highly Recommended
Lepas dari sedikit kesalahan
penulisan tadi, saya sangat merekomendasikan buku ini untuk kalian yang
termasuk golongan berikut.
- Ingin memulai bisnis kopi. Lanjutkan dengan membaca buku A-Z Memulai dan Mengelola Usaha Kedai Kopi. Bisa intip dulu resensi santai saya di Usaha Kedai Kopi, Memahami Seluk-Beluknya.
- Hobi meracik kopi. Dengan mengetahui lebih banyak tentang jenis kopi dan cara pengolahannya, bisa dong meracik kopi yang lebih nikmat. Hm … boleh undang saya untuk mencicipinya.
- Penikmat kopi yang ingin tahu lebih banyak tentang kopi.
- Food blogger, food vlogger, dan foodies. Ulasan tentang kuliner, dalam hal ini kopi, akan lebih cerdas berisi. Bukan sebatas “kopinya seenak ituuu...” atau “kopinya enak bangeeet sampai mau meninggal”. Astaga, memangnya kalian lagi minum kopi sianida?
Dua-duanya recommended, nih. |
Buku keren ini bisa dibeli langsung di toko-toko buku seperti Gramedia dan Togamas, bisa juga dibeli di toko-toko online. Versi e-book juga ada. Pastikan hanya membeli buku yang original, ya.
Ingin tahu peluang bisnis kopi? Bisa lihat Peluang Bisnis Kopi di Aplikasi Siap Kerja QuBisa.
Salam,
Triani Retno A
Resensi buku tentang kopi. Coffee, Karena Selera Tidak Dapat Diperdebatkan
BalasHapusTerima kasih Teh Eno atas resensi yang jujur, cermat, detail, interaktif dan kadang personal. Kesalahan ejaan itu sungguh sering abai ketika kita berkecimpung dengan ribuan kata dan ratusan gambar pada saat bersamaan. Terima kasih juga sudah mencintai kopi yang bagi saya merupakan sejenis "persembahan terbaik alam untuk peradaban". Salam sehat selalu.
BalasHapusDani Hamdan
Pegiat Literasi Kopi
Sawangsulna, Kang Dani.
HapusBiasa Kang, typo lebih terlihat di mata pembaca daripada di mata penulis dan editor (yang lelah karena berulangkali membaca naskah yang sama)😀🙏
Sebagai penikmat kopi berarti buku ini termasuk highly recommended buatku ya...:)
BalasHapusBuku yang dari judulnya aja dah sepakat aku, kopi tidak untuk diperdebatkan.
Misal aku aja sama suami. Suamiku penikmat garis keras kopi murni. Menurutnya kopi yang dah dicampur itu ini ga asli lagi, beda aroma dan rasa. Kalau aku masih bisa, mau kopi item, mau yang kekinian, instan..apa aja yang ada hahaha
Hehe... Sama sih Mbak. Aku juga kopi item hayuuuk, kopi instan juga hayuk aja 😀
HapusDebat soal kopi ini sama kayak debat bubur ayam diaduk dan tidak diaduk, atau debat soal soto bening sama soto santan. Gak bakal ada abisnya ya mba. Wkwkwk. Bukunya asik, dalamnya full color. Menarik untuk dibaca.
BalasHapus😅😅 iyeeee. Debat tak berujung. Btw, ada lagi penganut paham "bubur disedot" 😅😅
HapusMpo sangat jarang minum kopi. Tapi kalau lagi kepengen itu nikmat banget. Dari aroma aja memang bisa membuat moodbooster meningkat
BalasHapusAroma kopi emang penting banget ya, Mpok. Aku bisa batal minum kopi kalo aromanya nggak cocok 😁
Hapussetuju banget itu sama tulisan di judulnya, selera memang gak bisa diperdebatkan mba. filosofinya dapet dan dalam banget menurutku ini. susah sih kalo udah soal selera, ibaratnya tuh kaya bawaan lahir hahhaha
BalasHapusJadi pingin punya bukunya juga
BalasHapussaya ingin beralih dari kopi pabrikan ke kopi hasil petaninya langsung,
tapi bingung mengolahnya.
Dengan membeli bukunya, jadi punya pengetahuan dasar ya?
Iya, Ambu :)
HapusUnik menurutku cara menyeduh kopi yg sudah expert, nggak hobi ngono tapi pernah ngopi dikedai pengusaha kopi. Salut dg pecinta kopi,,,,bagiku ada value dlm menikmati kehidupan. Sebab itu, penasaran isi bukunya mbak
BalasHapusTos yok kak Tri..hehe, saya juga pecinta kopi kak. Bahkan kadang karena saking gregetnya dengan serbuk kopi yang udah jadi, diem-diem kadang saya seneng lho langsung masukin tuh serbuk ke mulut hehe...karena suka aja dengan aroma dan rasa kopi. Apalagi disambil minum saat bekerja memang betul rasa tak perlu diperdebatkan ya...hehe
BalasHapusBtw, saya juga pernah belajar2 dari barista yang sering mengisi talkshow atau seminar2 tentang kewirausahaan bisnis usaha coffe shop, bahwa cita rasa kopi juga dipengaruhi oleh kapan buah di ladang itu dipanen? serta bagaimana cara meracik kopi dan menuangkan air panas itu juga berpengaruh kepada cita rasanya. Duh, butuh skill lanjutan ini kalo mau jadi barista coffe shop, hehe...
Thanks ya kak sharingnya, ulasannya oke banget...
Wah aseeek. Kalo pas ke Bandung kita ngopi bareng yuk :)
HapusWaaah, aku tim pecinta kopi juga Teh.
BalasHapusTapi suka yg udah dikasi campuran :D Belum berani minum kopi yg polosan, padahal sohib ikribku mba Avy demen bgt kopi yg tanpa gula dan tanpa apapun.
Kata doi sih, kalo kopi AJA tuh bikin sehat, ya.
yg udah dikasih campuran, kuatir malah kadar gulanya jadi over. bisa resiko diabetes
Hehe ...iyaaa. Aku juga suka yang pakai campuran, Mbak (tapi bukan yang sachet). Tapi campurannya dikit aja.
HapusCoffee ini semacam buku ensiklopedi tentang kopi ya mbak, informasi lengkap tentang kopi bisa diperoleh dengan membaca buku ini. Jadi pengen punya juga, buat bahan belajar sama anak-anak.
BalasHapusSaya bukan pecinta kopi, sesekali aja bikin kopi sachetan di rumah kalau lagi pengen begadang
Iya, isinya lengkap Mbak. Mudah dipahami juga.
HapusSebagai penggemar kopi sejati dengan Ayah yang besar di perkampungan yang memproduksi kopi, kopi hitam murni tetaplah yang terbaik. Kopi tanpa campuran apapun juga lebih bermanfaat dan menyehatkan karena tidak mengandung tambahan gula.
BalasHapusSesuatu tentang kopi apalagi menjadi sebuah buku, menarik untuk disimak. Karena aromanya seperti sedang minum kopi beneran
BalasHapusDari covernya seolah tercium aroma kopinya ya, Mbak :)
HapusSebagai pecinta kopi, kuid banget tuh nyobainnkopi shop kalau pas traveling. Selain rasanya beda, suasanya juga pasti punya ciri khas sesuai daerah masing-masing.
BalasHapusAh, Jadi kangan ngupi² sambil main lagi nih
Cover dari buku "Coffee, Karena Selera Tidak Dapat Diperdebatkan" bagus banget nuansa kopinya begitu identik
BalasHapusAku termasuk penggemar kopi tapi yg sudah di mix. Dan aroma kopi tuh cukup menenangkan menurut aku
Bicara soal kopi emang menarik ya mbak, soalnya minuman yang satu ini bukan sekedar minuman saja tapi banyak kisah yang ada dibaliknya. Aku sebenarnya suka banget ma kopi tapi sayangnya lambungku tidak bersahabat. hiks...
BalasHapusApapun itu, kalau benar-benar kopi, saya suka. Haha.. Alibi karena walaupun suka minum kopi, saya selalu lupa jenis-jenis kopi, karena semua terasa enak di lidah saya. Sepertinya perlu juga membaca buku rekomendasinya mba Retno nih!
BalasHapusBener juga sih jangan pernah perdebatkan kopi karena kenikmatannya relatif tergantung gimana cara penyajian sejak awal di panen. Yang kutau dari bunganya aja, itu udah wangiiii banget, pernah punya pohonnya walau cuma satu
BalasHapusAku pecinta kopi hitam yang sekarang mau ga mau mengurangi intensitas ngopi sejak kena asam lambung huhuuu. Kopi hitam favorit masih jatuh ke Kopi Liong kakk, tapi tetap membuka diri ke kopi hitam yg lain dan kopi campuran untuk sesekali.
BalasHapusJujur aku tak hapal sih jenis=jenis kopi, tapi aku jadi tahu ternyata ada dibukukan juga yah. BTW aku suka kopi susu kak, intinya harus ada manis-manisnya hihihi. Nggak kuat sama kopi yang pahit hihih
BalasHapusDaku suka kopi dengan campuran kental manis. Jadi gak perlu lagi tambahkan gula atau kalau mau tambah gak banyak². Mantaps kalau udah ngomongin kopi, apalagi ini buku cetakan ke-4. 👍👍
BalasHapusSaya jadi kangen kopi di cafe dekat rumah, walaupun yg saya pesan adalah kopi susu, wangi kopi di cafenya bikin rileks. Jadi tahu lebih banyak mengenai kopi dari buku ini ya mba 😃
BalasHapusAku juga suka kopi. Tapi bukan yang kopi hitam. Aku penikmat kopi olahan. Biasa kalau ngopi cantik sukanya ya kayak coffe latte gitu deh...
BalasHapusTp bener sih. Ada yang bilang padaku bahwa kenikmatan kopi juga tergantung bagaimana proses pengolahannya.
Baca tentang kopi jadi pengen ngopi huhu aku dah lama nih ga ngopi. Oh ya aku lebih suka kopi campuran daripada pure kopi.
BalasHapusbuku padat informasi dan memang cocok dimiliki oleh para calon pebisnis kopi. setuju sih, kalau masalah rasa kopi memang tak bisa untuk diperdebatkan
BalasHapuswah aku setuju banget sama judulnya mba hahhaha kopi gak perlu diperdebatkan, semuanya enak, kopi itu best friend ever deh
BalasHapusBerarti memanen buah kopi ini gak boleh terlalu muda atau terlalu tua ya Teh Enno... agar gak cacat cita rasa, noted. Setuju saya,,, kopi tidak untuk diperdebatkan, ada yg suka pakai gula, minim gula atau banyak gulanya ya biarin aja yah (contoh debat ama ponakan saya minum kopi gak mau pake gula kayak saya musti dikasih walau sedikit) hehe
BalasHapusDunia perkopian mendalam banget ilmunya, sampai sekarang aja saya masih gak ngerti bedanya kopi espresso sama kopi americano dan jenis kopi lainnya. Menurut aaya rasanya sama aja, hehe..
BalasHapusSaya seneng aroma kopi tapi gak bisa menikmati kopi, masih setia dengan es teh, hehe
Suamiku suka banget ngopi dan buku ini bakal menarik banget kita bahas ya. Ingin ikutan deh punya bukunya
BalasHapusaku suka dengan tagline bukunya, "karena rasa nggak bisa diperdebatkan"
BalasHapustiap orang meskipun sama sama suka kopi, belum tentu selera jenis kopinya sama.
ada yang suka kopi ala wamena, tapi buat aku kopi wamena terlalu dark dan perutku ga sanggup.
semakin ke sini semakin banyak ya cafe cafe gitu, senangnya kalau para pemilik kafe ini bekerja sama dengan para petani lokal nih.. Aku sendiri tim kopi campuran, tapi entah kenapa aku nggak addict sih, cuma suka incip aja kalau ada yang bikin. Padahal enak, tapi enakan dibikinin emang, hihi
BalasHapusmasih nggunakan tubruk dalam penyajian. Walaupun kepingin alat press, warnanya menggoda apalagi ada kremanya. dan masih ketagihan robusta wonosalam Jatim.
BalasHapusTakaran masih hal yang nomor 1 terkait keniikmatan, selain itu ada roasting dan penyimpanan setelah di roasting.
Sepanjang membaca resensi dari Teteh, Acha paling suka dengan bagian kritik halus soal penulisan. Entah mengapa, senang saja. Dengan anggapan bahwa buku ini dibaca banyak orang awam dan sadar atau nggak kelak cara penyampaiannya bisa ter-copy paste ke kebiasaan menulis pembacanya pula.
BalasHapusSungguh aku jadi tahu kalau pengolahan kopi hingga diseduh dan disajikan dalam cangkir atau gelas itu, punya proses panjang supaya rasanya nikmat. Rupanya sampai ada istilah cacat cita rasa.
Komodti dan komoditas ...bahahahahaha ..... tidak konsisten kayak kamu, iya, kamuuuu ...yang bilang sayang malah melayang entah ke mana ...
BalasHapusBTW aku pun peminum kopi.
Wah bukunya menarik sekali, sampai ada resep-resep kopi yang nikmat.
BalasHapusSuami pecinta berat kopi dan bagi beliau memang kopi tidak usah diperdebatkan. Mau kopi hitam, kopi tubruk yang bijinya disangrai bareng beras atau jagung, kopi susu, semua enak.
Saat ini lagi suka black cofee tanpa gula, tetapi mau juga kopi+gula aren, sepertinya enak.
Setuju banget, yang namanya selera gak bisa diperdebatkan. Ga ada selera yg lebih bagus dengan selera lainnya, semua sama ya, termasuk pemilihan kopi. Ini judul bukunya eye catching banget, isinya juga lengkap.. aku ga begitu paham sih soal perkopian, yang penting pas di lidah ya udah cukup :")
BalasHapusKopi memang penuh misteri. Jadi pengen ngulik lebih dlm nih. Pecinta kopi punya seleranya masing2.
BalasHapuspenikmat kopi sepertinya wajib baca buku ini, biar tahu seluk beluk kopi yang sebenarnya. beberapa tagline yg tertulis dlam artikel ini juga mengena banget,
BalasHapusHahaha... ngakak baca kopinya enak banget sampe mau meninggal. Lucu banget dirimu Mb Eno. :D Iya kenapa ya pada pake istilah begitu untuk menggambarkan rasa yang luar biasa enak.
BalasHapusPengin baca juga nih. Aku penggemar kopi juga mba. Dulu waktu masih kuliah dan hobi naik gunung, minumnya ya kopi item. Masih pake gula sih, belum bisa minum kopi pahit. Nah sekarang udah berubah seleraku. Lebih suka yang ada tambahan aneka macam di dalam kopi.
Mbak pinjeeeemm.... pengen bacaaaa
BalasHapusaku tergelitik dengan tagline 'nggak bisa diperdebatkan', karena belakangan minum kopi aja ada kastanya.. kopi sachet vs V60, hahahaa
Hahahaha aku juga yg ada bingung mba kalo baca/denger review rasanya kayak mau meninggal 🤣🤣. Kok aku langsung mikir, rasanya ga enaaak byangeetttt sampe mau mati aja sekalian hahahah.
BalasHapusOkeee, fix ini buku bakal aku cari sih. Aku bukan pecinta kopi, tapi suka minum kopi kalo sdg ngafe Ama suami. Walopun tetep aja blm bisa menikmati kopi hitam, harus dengan tambahan gula ATO krim, tapi buatku kopi itu beneran bisa bikin mood membaik sih. Sedang jenuh, bosan, kalo minum kopi, pasti bisa lebih semangat setelahnya :).