Selama 1,5 tahun menjalani
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), sudah mengalami drama sampai berapa babak, nih?
Anak dan orangtua sama-sama pusing dengan PJJ ini. Sekolah tatap muka pun menjadi sesuatu yang dirindukan.
Rindu belajar langsung dari para
guru. Rindu teman-teman sekelas. Juga rindu pada … kantin sekolah dan segenap
jajanan di dalamnya.
- Berliterasi Sejak dari Rumah
- Meski Berbeda, Semua Anak Cerdas
- Ganti Cara Belajar dengan Zenius Education
Drama PJJ
Gimana PJJ nggak jadi drama. Hampir setiap
hari memicu keributan di rumah. Misalnya nih, jumlah gadget tak sesuai
jumlah anggota keluarga yang membutuhkannya.
Sebelum pandemi, satu hape bisa
dipakai beberapa anak sekaligus. Lebih sering lagi anak memakai hape
orangtuanya selama 1-2 jam.
Tapi sekolah masa pandemi membuat semua
orang membutuhkan gawai, minimal hape.
Anak-anak butuh hape untuk mengikuti
kegiatan belajar online. Orangtua butuh hape
untuk bekerja.
Selain gadget, materi pelajaran pun
jadi drama tersendiri di sekolah masa pandemi.
Tak sedikit orangtua yang mengeluh,
guru-guru hanya menyuruh anak-anak membaca buku paket halaman sekian sampai
sekian, lalu mengerjakan tugas.
Dijelaskan? Nggak. Entah karena nggak ada kuota, nggak tau cara membuat video pembelajaran, atau penyebab lainnya.
Sementara itu, nggak bisa juga
mengandalkan orangtua untuk menjelaskan semua materi pelajaran.
Di sekolah aja guru IPS beda kan
dengan guru Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Fisika, Matematika, dan
sebagainya? Yakalik orangtua mesti menguasai semuanya.
Orangtua dengan anak-anak usia SD kelas bawah biasanya diuji dengan “keajaiban” si anak saat belajar. Dari yang nggak paham-paham sampai yang ngeyelan dan bikin aturan sendiri.
“k-e ke, r-a ra. Dibacanya kera.”
“Bukan, Maaak. Itu monyet, bukan
kera!”
Lain waktu:
“Kemanusiaan yang adil dan berada … berada….
”
“Beradab, Nak. Coba ulangi.”
“Kemanusiaan yang adil dan berada …
berada di mana, Mak?”
“Beradab, Naaak. Beradab.”
Selain dua hal itu, pasti masih
banyak peristiwa drama PJJ lainnya karena beda keluarga beda cerita. Makanya, ketika Pemerintah memutuskan untuk
memulai sekolah tatap muka, rasanya tuh scary-scary delicious.
Sekolah Tatap Muka, Yes or No?
Sekolah di masa pandemi memang ngeri-ngeri
sedap. Di satu sisi, senang karena anak-anak kembali belajar langsung dengan
guru-gurunya setelah 1,5 tahun sekolah online.
Sekolah tatap muka dengan tetap menerapkan prokes. (Foto: Shutterstock) |
Belajar online, apalagi “mendadak”
dan tanpa persiapan, hasilnya tak bisa dibilang menggembirakan. Sedikit sekali
materi pelajaran yang bisa ditangkap.
Di sisi lain, yaaa … ngeri juga sih
melepas anak-anak berangkat ke sekolah di masa pandemi begini.
Di rumah, anak-anak sudah dibiasakan
mengonsumsi makanan bergizi. Ditambah pula dengan vitamin C dan multivitamin untuk menjaga daya
tahan tubuh.
Tapi yaa… namanya orangtua. Masih ada
rasa khawatir. Sudah aman atau belum sih?
Anak saya kelas 7 ketika pandemi
menyerang. Belum satu tahun menjalani senangnya bersekolah di SMP.
Sekolah anak saya juga maju mundur
terus untuk menerapkan pembelajaran tatap muka. Hingga akhirnya awal Oktober 2021 fix memulai
kegiatan belajar-mengajar secara tatap muka.
Bagaimana persiapannya?
Persiapan Sekolah di Masa Pandemi
Begini persiapan dan peraturan yang
diterapkan oleh sekolah anak saya.
- Status vaksinasi Covid-19. Sebelum
mulai sekolah tatap muka, orangtua murid diminta untuk mengirimkan sertifikat
vaksinasi. Yang belum vaksinasi, dianjurkan untuk segera mendapatkan vaksinasi.
- Satu kelas hanya diisi maksimal 20
anak.
- Jam belajar dibagi menjadi dua
shift.
- Pengecekan suhu tubuh ketika akan
memasuki area sekolah.
- Disediakan beberapa wastafel plus
sabun cair untuk mencuci tangan.
- Wajib memakai masker dan membawa handsanitizer.
Lebih tenang rasanya setelah melihat
persiapan yang dilakukan oleh sekolah.
Semoga sekolah tatap muka di masa
pandemi ini berjalan lancar dan tidak menimbulkan cluster-cluster covid yang baru.
Salam,
Triani Retno A
Sekolah tatap muka di masa pandemi membutuhkan persiapan khusus.
BalasHapusAnak kita seumuran ya. Sebelum pandemi baru masuk SMP. Eh, habis pandemi udah mau SMA lagi.
BalasHapusYang penting anak-anak seneng banget nih bisa ketemu lagi sama teman-temannya. Cukup hampir 2 tahun belajar sambil nyantainya.
Iya, Teh. Dia agak kaget juga sih. Setelah 1,5 tahun nyantai belajar nyantai di rumah, sekarang Senin-Jumat mesti ke sekolah. Pas musim hujan pula :D
HapusOrtu jadi dobel ya kerjanya selama pandemi krn hrs jadi guru di rumah. Duh dilema bgt memang pandemi ini
BalasHapusHehe...terutama yang anak-anaknya masih SD tuh. Setidaknya pandemi ini bikin kita lebih bisa menghargai peran guru :)
HapusSaya berharap semester depan sudah bisa PTM dan enggak PJJ lagi
BalasHapusSoalnya sulit banget kalau anaknya kedistrak sama adeknya
Dan emaknya juga puyeng ya, Amma :D
Hapus