Memberikan pendidikan terbaik untuk ketiga anak perempuannya, begitu tekad Ai Ernawati. Berbekal tekad tersebut, perempuan berusia 49 tahun itu menyingsingkan lengan baju untuk membantu suaminya mencari nafkah.
Apet
Abdurrahman, sang suami, tidak memiliki pekerjaan tetap. Kadang-kadang membantu
orang menjualkan tanah atau rumah. Namun, pekerjaan itu tak selalu ada.
Di
rumah sederhana mereka di kawasan Sukup, Bandung, tinggal pula ayahanda Bu Ai yang
menderita stroke. Semakin kuatlah tekad Bu Ai untuk ikut mencari nafkah.
Jastip Pakaian
Tahun
2012 mulailah Bu Ai berjualan pakaian dan kerudung. Bu Ai menggunakan sistem
jasa titip alias jastip.
Tetangga, kerabat, dan teman-teman Bu Ai kerap meminta bantuannya untuk dicarikan pakaian atau kerudung dengan model tertentu.
Setelah
mendapat pesanan tersebut, Bu Ai pun pergi ke toko, pasar, atau kenalannya yang berjualan pakaian. Dengan teliti
dicarinya pakaian yang dipesan itu. Warnanya, modelnya, ukurannya, haruslah
sesuai dengan pesanan.
Pakaian
atau kerudung pesanan itu dibelinya secara tunai. Baru kemudian barang tersebut
dijualnya kepada pemesan. Selisih harga
beli barang di toko dengan
harga yang diberikannya pada pengguna jasa titip menjadi laba bagi Bu Ai.
Bu Ai mengakui menikmati pekerjaannya.
Lebih-lebih karena pada dasarnya ia senang
bergaul dan bersosialisasi. Ia tak malu-malu menawarkan jasanya pada siapa pun.
Baginya, yang penting berusaha menjemput rezeki halal dan berkah.
Namun,
keterbatasan modal membuat gerak Bu Ai menjadi terbatas. Ia tak bisa membeli
banyak barang sekaligus karena para penitip baru membayar jika barangnya sudah
ada.
Tak jarang pelanggannya tidak mau membayar barang pesanan yang telah dibelikan oleh Bu Ai. Alasannya, barang tidak sesuai dengan permintaan, warna tidak cocok, kesempitan, dan sebagainya.
Jika terjadi hal seperti itu, mau tidak
mau Bu Ai harus mencari calon pembeli baru supaya usahanya tidak merugi.
Bantuan Modal
Agar
usahanya berkembang dan mendapatkan keuntungan yang lebih besar, Bu Ai
berkeinginan menambah modal. Harapannya,
ia dapat lebih leluasa menyediakan barang dagangan untuk ditawarkan. Tambahan modal pun akan membuatnya
lebih mudah menyediakan barang titipan pelanggan.
Penerima bantuan modal usaha ultra mikro PNM Mekaar. |
Namun,
bukan hal mudah baginya untuk menambah modal. Ia pun tidak mau meminjam dari bank
keliling.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Seorang teman mengenalkannya pada PNM Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera). Mekaar adalah layanan permodalan berbasis kelompok bagi perempuan prasejahtera pelaku usaha ultra mikro.
Tahun 2018 untuk pertama kalinya Bu Ai mendapat bantuan modal usaha PIP UMi yang disalurkan melalui PT Permodalan Nasional Madani (PNM). PIP UMi (Pusat Investasi Pemerintah Pembiayaan Ultra Mikro) merupakan tahap lanjutan program bantuan sosial dari pemerintah untuk pelaku usaha mikro yang tidak terjangkau oleh bank.
Sebagai
tahap awal Bu Umi mendapat pinjaman
sebesar Rp 2 juta. Pinjaman itu harus dikembalikan
dalam tempo satu tahun dengan cara mencicil.
Uang
pinjaman itu diputar oleh Bu Ai untuk modal berjualan dengan jasa titip. Usaha
berjalan lancar. Cicilan per bulan pun dibayarnya secara rutin dan lunas tepat waktu.
Performa yang bagus itu membuat Bu Ai dapat mengajukan bantuan modal lebih besar lagi. Tahun 2019 ia mendapat pinjaman modal sebesar Rp 3 juta. Tahun berikutnya naik lagi menjadi Rp 4 juta. Penghasilan kotornya dari berjualan ini mencapai Rp 3 juta per bulan.
Ujian Datang Lagi
Baru
saja Bu Ai mulai bernapas lega, ujian datang lagi. Pandemi Covid-19 membuat usaha jastip Bu Ai sepi. Sedikit sekali orang yang mau
berbelanja pakaian, kerudung, atau sepatu.
Perempuan
tangguh itu tak menyerah. Membantu tetangga memasak kue-kue dan keripik pun
dilakukannya. Tidak rutin, memang. Namun setidaknya ada uang masuk untuk biaya
hidup sehari-hari.
Bulan
November 2021 Bu Ai diajak oleh temannya untuk berjualan kosmetik SR 12. Sistemnya sedikit berbeda dengan
jastip. Harga produk sudah ditentukan oleh produsen. Dengan begitu ia tak bisa
menaikkan harga lagi. Selain dari selisih harga yang sudah tetap, ia mendapat
keuntungan berupa poin.
Katalog
produk kosmetik SR 12 itu ditawarkan oleh Bu Ai melalui status WhatsApp. Perlahan pesanan mulai datang. Satu
per satu kenalannya mulai memesan, baik dalam bentuk paketan maupun satuan.
Modal yang masih ada pun diputarnya untuk usaha ini.
Membangun usaha ultra mikro untuk hidup yanag lebih baik. |
Ketegaran
Bu Ai kembali diuji ketika suaminya harus menjalani operasi kelenjar di leher
pada awal Januari 2022.
Perjuangan Tanpa Henti
Di
tengah berbagai keterbatasan finansial, senyum Bu Ai dibuat merekah oleh ketiga
anak perempuannya. Ketiganya memiliki prestasi akademik yang membanggakan.
Si
sulung kini bekerja di sebuah konter ponsel yang cukup besar, putri keduanya
tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum UNPAD, sedangkan si bungsu duduk di
kelas 9 SMP.
Harapan dan cita-cita harus tetap digantungkan setinggi-tingginya. Kondisi ekonomi keluarga bukan alasan untuk bermalas-malasan, apalagi menyerah. Begitu yang diyakini oleh Bu Ai. Ketegaran dan ketekunannya pun menjadi teladan bagi putri-putrinya.
#PIPUMi #UMiUntukNegeri
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.