Melankolis adalah salah satu jenis kepribadian. Ciri paling menonjol dari manusia melankolis ini adalah perfeksionis dan sangat memperhatikan detail.
Nah, bagaimana jadinya kalau si melankolis ini akan jalan-jalan alias pergi traveling?
Persiapan Jalan-Jalan
Ya, saya manusia dengan kepribadian melankolis. Manusia yang kalau mau jalan-jalan saja harus melakukan berbagai persiapan mendetail.Berikut ini yang biasa saya lakukan ketika memutuskan akan jalan-jalan, terutama ke luar kota.
1. Mencari informasi tempat yang akan didatangi.
Ulasan yang saya temukan di Google cukup membantu. Minimal jadi ada sedikit gambaran, deh.Begitu pula dengan tips traveling yang bertebaran di jagat internet. Membuat saya jadi lebih mudah mempersiapkan segala sesuatunya.
2. Mempersiapkan itinerary
Kalau ke luar kota, wajib sudah tahu nanti akan ke mana sana. Jarak antar tempatnya berapa jauh. Transportasi umumnya apa, tiketnya berapa, jarak tempuhnya berapa lama, dan sebagainya.Misalnya ketika akan ke berlibur ke Yogyakarta, saya rencanakan pada siang hari akan ke Istana Ratu Boko, Taman Sari, Kraton Yogyakarta, dan mampir ke Benteng Vredeburg.
Sedangkan untuk acara malam hari, misalnya menyusuri Jalan Malioboro atau menikmati pesona Taman Pelangi Yogyakarta.
3. Booking kamar hotel.
Wajiiiib banget. Untuk urusan yang satu ini sejujurnya saya sangat dipermudah oleh aplikasi-aplikasi online travel agent (OTA). Bisa leluasa milih hotel yang sesuai kebutuhan dan tentunya masuk di anggaran.4. Beli tiket pulang.
Selain memesan tiket pergi, saya lebih tenang kalau sudah sekaligus memesan tiket pulang.Mungkin ada yang bertanya, apa saya pernah lupa melakukan persiapan-persiapan itu?
Hm … lupa sih tidak. Tapi kalau teledor … ya, pernah.
Jalan-jalan di Yogyakarta. |
Teledor Saat Booking Hotel
Bagi saya, urusan booking hotel sebenarnya tidak sesimpel hotelnya instagramable, strategis, atau ada harga promo yang bikin hati melonjak gembira.Sebisa mungkin hotelnya harus “bersih”. Kalau pernah baca tulisan saya tentang pengalaman horor di hotel, pasti paham sebabnya.
Sebenernya, peristiwa di luar nalar tidak hanya kami alami di hotel. Pengalaman horor saat berwisata kuliner pun beberapa kali terjadi.
Tapi hotel mendapat perhatian lebih. Ya gimana atuh. Mana bisa istirahat dengan nyaman kalau ada “gangguan” di kamar hotelnya.
Sayangnya, susah menemukan informasi jelas tentang ini. Para blogger lifestyle dan traveling yang sering berbagi pengalaman mereka saat staycation juga tak menuliskan hal ini.
Kalaupun ada biasanya tak menyebut nama dengan jelas. Yakaliiii ... kasih review horor. Bisa-bisa nanti malah dituduh melakukan pencemaran sungai, eh pencemaran nama baik.
Suatu ketika nih, saya dan keluarga akan berlibur ke luar kota. Tiket kereta api pp sudah beres. Itinerary sudah disusun. Tinggal hotelnya yang belum dapat.
Aplikasi OTA menjadi andalan saya untuk mencari hotel. Hotel A terlihat tidak menarik, Hotel B tempatnya kurang asik, dan seterusnya.
Lalu saya tiba di Hotel X dan langsung terpikat. Apalagi letak hotel ini sangat dekat dengan salah satu tujuan wisata kami.
Saya langsung memutuskan memesan satu kamar paling besar buat kami sekeluarga.
Kebetulan harganya masih masuk budget. Daripada mencar-mencar di dua kamar (iya, kalau sebelahan), mendingan ngumpul di satu kamar. Oke, fix.
Ini keteledoran saya.
- Tidak memperhatikan ulasan hotel di aplikasi OTA.
- Tidak googling dulu untuk mencari informasi.
- Lupa baca doa.
Sebelum membayar, saya lihat lagi foto-foto hotel tersebut di OTA. Tiba-tiba tubuh saya gemetar. Hati saya gemetar. Kepala saya nyeri. Rasa excited saya hilang tanpa bekas.
Kami tetap berlibur ke kota tersebut, tetap tidak jadi menginap di hotel itu. Saya memilih hotel lain yang terlihat biasa saja.
Setelah berada di sana, barulah kami mendapat sedikit cerita tentang hotel yang bangunannya merupakan peninggalan Belanda itu.
“Keran air di sana sering terbuka tutup sendiri.”
“Kalau malam hari di sana sering terdengar derap kaki pasukan.”
Waiiiit, ini kenapa mulai jadi cerita horor beginiii? Hihi …. Ya sudahlah. Saya cut di sini saja.
Traveling Santai
Bagi sebagian orang, persiapan-persiapan yang dilakukan si melankolis (dalam hal ini saya) mungkin terlihat ribet, nyusahin, dan menyebalkan.Hehe … itu karena kita berbeda jenis kepribadian. Bagi saya, bepergian sendiri atau merencanakan liburan keluarga butuh persiapan detail.
Street food di Yogyakarta yang mengundang selera. |
Semua persiapan itu membuat saya merasa nyaman dan tenang. Semua persiapan itu membuat saya yang introvert dan melankolis ini lebih bisa menikmati acara jalan-jalan.
Pulang jalan-jalan badan dan pikiran kembali fresh. Siap untuk ngegas kerja lagi.
Salam,
Triani Retno A
Mbaaa, aku pernah nginep SENDIRIAN d sebuah kmr hotel yg ulalaaaa
BalasHapusTapi ya gimanaaa, mau minta pindah hotelll kok sungkan ama yg mbayarin 😆
Ya wis, akhirnya sepanjang malam.TV nyalaaaa, semua lampu aku hidupin 😆
Saya pun termasuk yang suka mempersiapkan secara matang. Apalagi kalau bawa anak-anak dan orangtua. Karena pengennya semua merasa nyaman
BalasHapus