Kalau kamu tinggal di Sorong atau Takengon, berwisata ke museum di Bandung tentu jadi mahal di ongkos. Hehe….
Kali ini saya main ke Museum Monpera. Awas, jangan salah baca jadi Menpora atau Menpera, apalagi Mensana in Corpore Sano.
Monpera Bandung
Monpera adalah akronim dari Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat. Untung ya orang Indonesia demen menyingkat dan membuat akronim. Jadi gampang menyebut nama monumen ini.Saya, seperti kebanyakan orang Bandung lainnya, sebenarnya lebih familier menyebut monumen ini dengan nama Monju.
Monju lebih mudah disebut daripada Monumen PRJB. Bahkan, dengan Monpera pun lebih enak menyebut Monju.
Itu saya yang nggak bermasalah dengan pelafalan huruf r loh ya. Apalagi kedua anak saya yang pelafalan r-nya nggak jelas.
Namun, ternyata akronim resmi monumen yang diresmikan pada 23 Agustus 1995 ini adalah Monpera.
Agak keterlaluan kalau orang Bandung (terutama Kota Bandung) nggak tau di mana letak Monpera alias Monju ini.
Kalau tahu letak Gedung Sate dan Lapangan Gasibu yang merupakan landmark Kota Bandung, pasti tahu di mana Monpera.
Gedung Sate, Lapangan Gasibu, dan Monpera ini terletak dalam satu garis lurus. Tapi, kalau mau masuk ke Monpera (bukan ke tamannya), mesti lewat Jalan Dipati Ukur, pas depan Kampus Unpad.
Kalau lagi gabut seperti saya kemarin, bisa dari depan Lapangan Gasibu, jalan kaki menyusuri Jalan Japati sekitar 300 meter, lalu baru sampai di bangunan Monpera yang jadi tujuan wisata sejarah Bandung kali ini.
Bonusnya, bisa momotret Monpera dari garis lurus di kejauhan. Balik badan 180 derajat, bisa memotret Gedung Sate.
Museum Monpera
Deretan patung menyambut di dalam museum. |
Monpera yang diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat (ketika itu) R. Nuriana berada di atas lahan seluas 72.040 meter persegi. Bangunan Monpera ini sendiri hanya seluas 2.143 meter persegi.
Monumen berbentuk bambu runcing dengan gaya arsitektur modern ini tampak gagah. Warna putih membuat monumen ini terlihat elegan.
Museumnya di mana?
Nah, museumnya agak di bawah permukaan tanah. Kalau tadi masuk dari arah Gasibu berarti mesti mengitari monumen dari luar pagar agar tiba di pintu masuk.
Lumayan sih muternya ini. Makanya, kalau nggak lagi gabut, mendingan masuk dari arah Jalan Dipati Ukur aja. Gerbang masuknya di situ.
Lapor dulu ke satpam di pos dan mengisi buku tamu plus meninggalkan KTP. Untuk masuk ke Museum Monpera ini nggak perlu bayar alias gratis.
Dari pos satpam mesti berjalan kaki lagi ke Monumen. Sebelum tiba di pintu masuk museum, di sepanjang dinding ada relief perjuangan rakyat Jawa Barat.
Di pintu masuk museum sejarah ini ada petugas yang berjaga. Mereka pun akan menemani kita berjalan-jalan di museum.
Pengalaman saya kemarin sih, mesti kita yang aktif ngajak ngobrol dan bertanya tentang koleksi museum. Kalau kita bertanya, mereka akan menjelaskan dengan ramah dan lengkap, kok.
Sebaliknya, kalau kita nggak nanya, mereka juga nggak menjelaskan apa-apa alias hanya menemani menyusuri museum ini.
Nggak enak, kan, jalan diem-dieman kayak orang musuhan. Trus tau-tau terpisah dan kamu sendirian di dalam ruangan museum yang sepi. Duh, saya big no banget kalau ditinggal sendirian di dalam museum.
Baca Juga: Jalan-Jalan ke Museum Pos Indonesia
Koleksi Museum Monpera
Membaca Bandung zaman baheula. |
Setelah mengisi buku tamu, kami menuruni tangga untuk menuju ruangan museum.
Di bawah kami disambut oleh deretan patung dalam kotak kaca. Ada yang mengenakan pakaian pejuang, perawat, tentara Belanda, dan sebagainya.
Patung-patung ini lebih seperti display pakaian orang-orang di zaman perang dulu, sih. Nggak menampilkan adegan tertentu seperti di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
Setelah melewati patung-patung ini, ada pintu menuju Ruang Diorama, Ruang Foto Dokumenter, dan Ruang Pamer Benda Bersejarah.
Mengingat Monpera-nya sendiri berbentuk lingkaran, nggak heran kalau ruang pameran museumnya juga berbentuk melingkar.
Ruang pertama yang kami masuki adalah Ruang Foto Dokumenter. Di dinding terpajang foto-foto Bandung dari masa ke masa, lengkap dengan penjelasannya.
Sisi yang satu adalah Bandung tahun 1800-an. Sisi yang satu lagi adalah Bandung pada masa perang.
Karena keterbatasan waktu, saya memilih sisi Bandung zaman baheula. Yang masa perang saya lirik sebentar saja. Hehe…. Untuk bagian perang ini Museum Mandala Wangsit lebih lengkap (dan lebih bikin merinding).
Bandung tahun 1800-an ini masa-masa yang bikin banyak orang zaman sekarang ngayal ingin kembali ke masa lalu.
Bandung yang bersih, sejuk, tenang, serta gedung-gedung era Kolonial yang cantik. Bangunan-bangunan jadul itu sebagian masih ada sampai sekarang.
Baca Juga: Roemah Martha Tilaar, Museum Budaya Gombong
Ruang Diorama dan Benda Bersejarah
Ruang Diorama Museum Monpera. |
Dari Ruang Foto kami beranjak ke Ruang Diorama. Ada beberapa diorama di sini.
- Diorama Perjuangan Sultan Agung Tirtayasa bersama Rakyat Menentang Kolonial Belanda.
- Diorama Dewi Sartika dan Kaoetamaan Istri
- Diorama Partisipasi Rakyat dalam Pembangunan Jalan di Sumedang.
- Diorama Perundingan Linggarjati.
- Diorama Bandung Lautan Api.
- Diorama Long March Siliwangi.
- Diorama Konferensi Asia Afrika di Bandung.
- Diorama Operasi Pagar Betis (Operasi Brata Yuda).
Pada setiap diorama ada media audio visual yang akan menjelaskan maksud diorama tersebut.
Sayangnya, waktu kami ke sana hanya dua yang berfungsi. Kata pegawai yang menemani kami sih, yang lainnya sedang dalam perbaikan.
Ruangan terakhir adalah Ruang Pamer Benda Bersejarah. Di sini dipamerkan berbagai benda bersejarah. Ada yang asli, ada pula yang replika.
Ruang Pamer Benda Bersejarah di Museum Monpera Bandung. |
“Kalau yang ini asli,” ujar pak pegawai yang menemani kami. Ia menunjuk sebilah pedang dan tombak panjang.
Kalimat sependek itu langsung membawa pikiran saya terbang pada berapa banyak nyawa yang berakhir di kedua senjata itu.
Ketika akan keluar dari area Museum Monpera kami melewati ruangan perpustakaan. Koleksi bukunya sedikit dan tentu saja, sunyi sepi.
Pegawai museum mengantarkan kami hingga ke pintu keluar museum. Alhamdulillah. Selesai sudah perjalanan wisata sejarah di dalam Museum Monpera ini.
Kami duduk lesehan di Plaza Monpera, mengistirahatkan kaki yang pegal setelah berkeliling museum. Lega rasanya bisa menghirup udara bebas kembali. Kembali melihat terangnya dunia masa kini.
Wisata Sejarah Bandung
Mau berwisata ke Museum Monpera juga?- Alamat: Jalan Dipati Ukur No. 48, Kota Bandung.
- Tiket masuk: Gratis.
- Waktu buka: Senin – Jumat, pukul 08.00 – 16.00 WIB.
- Museum lain di sekitarnya: Museum Geologi, Museum Pos Indonesia, Museum Perbendaharaan Negara.
Triani Retno A
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.