Kedai kopi yang saya datangi kali ini berlokasi di ujung Kota Bandung. Tepatnya di perbatasan Kota Bandung dengan Kabupaten Bandung.
Bener-bener di perbatasan. Dari tugu batas kota hanya perlu mengayun kaki beberapa langkah.
Jika datang dari arah Kota Bandung, kalau sudah melewati tugu, berarti kedai kopi ini sudah kelewat.
Sebaliknya, kalau dari arah Sumedang dan berniat mampir ke kedai kopi terdekat di batas kota Bandung ini. Perlambat laju kendaraan begitu tugu terlihat. Kalau sudah sampai ke Bunderan Cibiru, berarti udah kelewat.
Nama coffee shop Bandung di perbatasan kota ini adalah Koffie Prabu.
Sederhana tapi Strategis
Koffie Prabu difoto dari parkiran. Sederhana tapi cukup nyaman untuk beristirahat.
Lokasinya yang tepat di pinggir jalan raya dengan penanda yang sangat jelas, yaitu tugu batas kota, membuat kedai kopi ini mudah ditemukan.
Tampilannya sendiri tidak mencolok, bahkan bisa dibilang sederhana. Bagian luar dan dalam (yang terlihat jelas dari luar) didominasi warna cokelat kayu, hitam, dan krem.
Bentuk bangunannya pun sederhana. Belum masuk saja kita sudah bisa melihat bagian dalamnya yang luas itu seperti apa.
Deretan meja dan bangku, meja bar, sebuah TV, kipas angin di langit-langit ruangan, dan lukisan monokrom di dinding. Pemuja kafe estetik dan instagramable mungkin akan melewatkan warung kopiini.
Pada hari-hari efektif kuliah, kedai kopi ini cukup ramai oleh mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati.
Letak kampus UIN SGD hanya sekitar 850 meter dari Koffie Prabu. Cocok buat tempat nugas atau nongkrong nunggu jam kuliah berikutnya.
Baca Juga: Tempat Ngopi Favorit, Dewaji Coffee Lab
Kedai Kopi yang Kedai
Asyik ngopi atau sibuk nugas, jangan lupa shalat ya Gaes.
Saya ke Koffie Prabu ini pagi hari sebelum Ramadan. Tiba di Koffie Prabu pukul 10.35. Pintu sudah terbuka tetapi tak terlihat seorang pun di dalamnya. Yang terlihat malah seekor kucing.
Karena tak ada bel atau lonceng, saya berpunten-punten saja. Tak lama datang seorang bapak separuh baya dari ruangan belakang.
Kata si Bapak, minuman yang sering dipesan Koffie Prabu (hot, Rp10.000), Es Koffie Prabu (Rp20.000), dan Es Kopi Susu Prabu (Rp25.000).
Karena saya ingin minum yang dingin dan tidak pakai susu, pilihan saya tentu saja Es Koffie Prabu dengan sedikit gula. Sarah (yang datang belakangan) memesan Es Kopi Susu Prabu. Untuk camilan, seporsi cireng bumbu rujak saja buat berdua.
Es Kopi Prabu, Es Kopi Susu Prabu, dan cireng bumbu rujak.
Saya memilih duduk di salah satu sisi ruangan. Dari tempat ini saya leluasa memandang ke arah meja bar dan jalan raya. Juga ke bagian belakang ruangan Koffie Prabu.
Bangunan dan interior yang sederhana, kipas angin tua, variasi minuman yang cenderung klasik (alias bukan kekinian), dan bapak tua yang melayani membuat Koffie Prabu ini seperti berada di dimensi waktu yang berbeda dengan coffeeshop Bandung lainnya.
“Bapak sendirian aja di sini?” saya tak tahan untuk bertanya.
Si bapak mengangguk. “Iya.”
“Dari pagi sampai malam?” tanya saya lagi.
“Iya. Tapi biasanya ada teman yang bantu-bantu.” Ia diam sejenak. “Dulu ada banyak pegawai, jadi bisa shift-shift-an. Tapi sejak pandemi, tinggal saya sendiri.”
Oh, pandemi!
Sekeluarnya para pegawai yang muda-muda, akun Instagram Koffie Prabu Cibiru pun terbengkalai, tak ada lagi yang mengurus.
Oke, sekarang gimana dengan kopinya?
Bukti otentik saya ngopi di Koffie Prabu :))
Rasa pahit kopi meninggalkan sedikit asam di lidah. Terasa segar tentu saja, karena saya kan pesen yang pakai es. Kalau pesen yang pakai kenangan, pasti rasanya bikin kasuat-suat.
Saya sih suka dengan kopinya. Tapi soal selera itu subjektif. Lagi pula, kopi itu untuk dinikmati, bukan untuk diperdebatkan.
Fyi, kopi yang dihidangkan di sini adalah produksi CV Kopi Prabu. Menggunakan biji kopi pilihan dari Gunung Kerinci dan Bengkulu. Untuk pemanisnya adalah gula aren alami dari Jawa Barat.
Untuk cirengnya B aja sih, tapi bumbu rujaknya memang terasa bumbu rujak yang manis-pedas-asin.
Baca Juga: Café Keluarga di Bandung, Oke Banget
Kedai Kopi dengan Vibes otw Luar Kota
Difoto dari tempat parkir Koffie Prabu. Tugu hijau itu adalah penanda batas Kota Bandung dan Kabupaten Bandung.
Lokasi Koffie Prabu dan desainnya yang sederhana membuat vibes “otw luar kota” sangat terasa.
Tambah lagi Bus AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi) dan bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) berlalu-lalang di jalan raya depan Koffie Prabu.
Deru kendaraan pun terdengar jelas dari dalam ruangan. Pintu ruangan yang terbuka lebar (ingat, ini bukan ruangan ber-AC) pun seolah mempersilakan semua suara dari jalan raya singgah ke telinga para pengunjung kedai kopi.
Baca Juga: Loko Coffee Shop, Tempat Ngopi dengan Vibes Jalan-Jalan
Apakah saya akan kembali ke Koffie Prabu?
Ya, tapi hanya pagi sampai siang hari. Jam-jam itu Koffie Prabu masih relatif sepi. Masih enak buat nebeng kerja. Colokan ada, wifi ada. Bising suara kendaraan no problem. Kalau saya diajak ngobrol ketika sedang kerja, itu baru nyari masalah namanya.
Kalau Teman-teman sedang dalam perjalanan menuju Sumedang, Garut dan seterusnya ke arah timur yang bukan lewat tol, bisa singgah di sini untuk sejenak beristirahat. Begitu juga jika datang dari arah timur hendak menuju Kota Bandung.
Oya, kalau mampir ngopi di kedai kopi ini jangan lupa bawa uang tunai, ya. Ketika saya ke sana, pembayaran hanya bisa dilakukan secara tunai.
Alamat Koffie Prabu
Jalan Raya Cibiru No. 49, Kota Bandung 40615(Kalau di Google Maps, titiknya Steak_Kopi Prabu)
- Fasilitas: mushala lengkap dengan mukena, toilet, wifi, colokan buat ngecas, kipas angin.
- Menu: minuman kopi dan nonkopi, camilan, makanan berat.
- Jam buka: 10.00 – 22.00 WIB
Selamat ngopi.
Salam,
Triani Retno A
Semoga aja ke depannya mereka mulai pakai metode pembayaran cashless ya mba. Skr ini agak susah kalo masih hrs bawa tunai.
BalasHapusTapi aku juga suka liat tempatnya. Terlihat lega, luas. Bener sih kalo masalah rasa itu selera. Aku sendiri belum bisa minum kopi yg tanpa susu apalagi tanpa gula 🤣. Jadi selalunya pesen yg kopsus
Sempet ngobrol sama si bapak. Katanya memang akan pakai cashless, soalnya sering kejadian orang nggak jadi ngopi di situ karena nggak bawa uang tunai. Kan sayang banget ya. Apalagi bisa dibilang di deketnya nggak ada kedai kopi lain yang lokasinya sestrategis itu.
Hapus