Wow, asik! Ada kedai kopi di sebelah pool travel! Lihatlah di foto atas itu. Mobil merah di sebelah Kopi Oey adalah mobil travel DayTrans.
Kopi Oey. Namanya serasa familier. Apakah saya pernah membaca tentang Kopi Oey itu di suatu tempat tapi saya lupa di mana? Atau karena “Oey” karena mengingatkan saya pada Morgan Oey yang personel SMASH?
Namun, saya tak langsung menuju kedai kopi dengan ornamen khas Cina itu. Saya lebih memilih bergegas ke … toilet umum. Hehehe… Sepanjang setengah perjalanan tadi saya memang kebelet buang air kecil.
Setelah dari toilet, saya memilih mlipir ngopi di kopicentrum yang terletak paling dekat dengan pool DayTrans.
Rencananya, Kamis (8 Juni 2023) setelah check out dari hotel saya akan ngopi dulu di Kopi Oey, baru pulang ke Bandung.
Menuntaskan Rasa Penasaran
Kopi Oey dan pool travel DayTrans di Jalan Pajajaran Bogor. |
Menjelang check out dari Hotel Permata Bogor, ada teman sesama penulis menyambangi ke hotel. Widi dan putri kecilnya yang memang tinggal di Bogor. Juga Imul yang menyengaja datang dari Depok.
Setelah check out, kami masih lanjut ngobrol dan berfoto-foto di lobi hotel. Maklumlah, sudah lama sekali tak bertemu.
Alhamdulillah, ada waktu satu jam kurang sedikit untuk ke Kopi Oey bersama Widi. Imul langsung balik ke Depok.
Memasuki bangunan bernuansa Tionghoa ini seperti memasuki kedai kopi pada zaman yang telah lalu.
Melangkah ke bagian dalam, terlihat ruangan yang tak begitu besar. Terasa jadul dengan furnitur kayu berwarna cokelat tua hingga kehitaman.
Di meja bagian tengah terdapat stoples besar dan keranjang merah berisi kerupuk.
Di sebelah meja bar, ada semacam lorong kecil menuju ruangan belakang, tempat beberapa meja kursi lainnya.
Cahaya di dalam ruangan tak terlalu terang, tetapi nyaman untuk bersantap sambil mengobrol.
Yang unik, lampu-lampu kuning di kedai kopi ini ditempatkan di dalam sangkar burung dan ditutupi kain berwarna merah.
Meski berpenampilan jadul, Kopi Oey menyediakan berbagai cara pembayaran. Pengunjung yang lebih suka cashless pun bisa tenang makan minum di sini.
Btw, sepanjang ngopi-ngopi di berbagai tempat, yang pembayarannya hanya bosa tunai cuma di Kedai Kopi di Batas Kota Bandung yang saya datangi awal tahun 2023.
Kopi Oey adalah milik pakar kuliner Bondan Winarno. Pria yang pernah bertahun-tahun menjadi host acara Wisata Kuliner di stasiun TV swasta ini juga seorang jurnalis, penulis buku, politisi, dan pebisnis.
Istilah wisata kuliner, wiskul, top markotop, dan maknyus pun menjadi populer seiring acara Wisata Kuliner yang dipandunya. Almarhum bapak saya adalah penggemar acara tersebut.
Teman-teman yang belum pernah menyaksikan acara tersebut di channel YouTube TransTV. Elegan, detail, dan sarat pengetahuan. Berbeda dengan kebanyakan acara kuliner sekarang yang mentok di “seenak ituuuu”, “lo mesti cobain”, “rasanya mo meninggoy”, dsb.
Nama Kopitiam Oey atau Kopi Oey sendiri diambil dari nama beliau. Dalam ejaan Indonesia lama, nama Bondan Winarno adalah Bondan Oeynarno.
Beliau tak hanya membuat menu dan menjaga kualitasnya, tetapi juga ikut mendesain eksterior dan interior Kopi Oey.
Pak Bondan memang sudah meninggal dunia pada 29 November 2017 (dalam usia 67 tahun). Namun, bisnis Kopi Oey miliknya terus berjalan.
Kini Kopi Oey telah mencapai puluhan outlet. Salah satunya yang yang saya kunjungi di Kota Bogor ini. Pusatnya berada di Jalan Sabang, Jakarta.
Sosok di Balik Kopi Oey
Rasa penasaran saya tentang nama “Kopi Oey” pun terpecahkan. Pantas saja nama ini terasa familier.Kopi Oey adalah milik pakar kuliner Bondan Winarno. Pria yang pernah bertahun-tahun menjadi host acara Wisata Kuliner di stasiun TV swasta ini juga seorang jurnalis, penulis buku, politisi, dan pebisnis.
Istilah wisata kuliner, wiskul, top markotop, dan maknyus pun menjadi populer seiring acara Wisata Kuliner yang dipandunya. Almarhum bapak saya adalah penggemar acara tersebut.
Teman-teman yang belum pernah menyaksikan acara tersebut di channel YouTube TransTV. Elegan, detail, dan sarat pengetahuan. Berbeda dengan kebanyakan acara kuliner sekarang yang mentok di “seenak ituuuu”, “lo mesti cobain”, “rasanya mo meninggoy”, dsb.
Nama Kopitiam Oey atau Kopi Oey sendiri diambil dari nama beliau. Dalam ejaan Indonesia lama, nama Bondan Winarno adalah Bondan Oeynarno.
Beliau tak hanya membuat menu dan menjaga kualitasnya, tetapi juga ikut mendesain eksterior dan interior Kopi Oey.
Pak Bondan memang sudah meninggal dunia pada 29 November 2017 (dalam usia 67 tahun). Namun, bisnis Kopi Oey miliknya terus berjalan.
Kini Kopi Oey telah mencapai puluhan outlet. Salah satunya yang yang saya kunjungi di Kota Bogor ini. Pusatnya berada di Jalan Sabang, Jakarta.
Mampir ke sini juga, Ngopi Santai di Jalan Pulang.
Aneka menu mie, pasta, dan nasi yang tercantum di daftar menu sesungguhnya sangat menggoda. Apalagi ada nama besar Pak Bondan di belakangnya.
Namun, keterbatasan waktu membuat saya memesan siomay dan es kopi saja. Untuk es kopi, saya minta dalam gelas plastik saja.
Bagi saya, kopi (panas atau dingin) adalah minuman yang harus dinikmati perlahan dan melibatkan perasaan, bukan untuk diminum secara terburu-buru.
Jadi, saya berniat membawa pulang es kopi ini ke Bandung dan menikmatinya di rumah. Sebagai pelicin tenggorokan saat menyantap siomay ala Bondan Winarno, cukuplah air mineral.
Oya, penulisan menu di Kopi Oey ini pun disesuaikan dengan konsep jadul alias menggunakan ejaan lama.
Ketika sedang memilih kopi, saya sempat agak lama menatap menu Koffie Taloea Boekittinggi. Ya Allah, pengeeeen. Tapi kopi talua khas Bukittinggi ini disajikan panas. Rasanya merepotkan jika dibawa ke Bandung. Lebih mudah membawa es kopi.
Jadi, secara random saya memesan Ijs Koffie Soesoe Keponakan (Rp20.000). Harga ini belum nett karena masih dikenai pajak.
Tak perlu menunggu lama hingga makanan dan minuman yang kami pesan diantar ke meja. Namun, sebelum makan ada ritual yang perlu saya lakukan: memotret makanan.
“Kenapa nggak makan? Kenapa difoto-foto terus?” tanya si kecil Gayatri keheranan.
Saya nyengir. Akhirnya saya meletakkan ponsel dan mulai menyantap siomay. Mengobrol dengan Widi sambil sesekali mengusili Gayatri.
“Rasa dan harga siomaynya untuk kelas menengah ke atas,” komentar Widi setelah mencicipi siomay di piringnya.
Setiap potong siomay ini empuk, lembut, gurih, dan ada sedikit rasa crunchy. Jenis siomay yang bisa membuat saya nambah dan nambah lagi. Maknyuss tenan.
Rasa gurih dan lezatnyanya bahkan masih melekat di lidah hingga beberapa jam seusai makan.
Aaargh! Di Bandung ada nggak niiih? Saya langsung mencari info. Ternyata di Bandung pernah ada di Jalan Braga, sekawasan dengan Indische Cafe, Kafe Buku di Jalan Braga.
Mencicipi Menu Kopi Oey
Perut yang sudah keroncongan pada pukul satu siang itu membuat saya memilih siomay campur (Rp35.000). Dalam seporsi siomay campur ini ada siomay ayam, siomay ikan, siomay udang, dan telur rebus.Aneka menu mie, pasta, dan nasi yang tercantum di daftar menu sesungguhnya sangat menggoda. Apalagi ada nama besar Pak Bondan di belakangnya.
Namun, keterbatasan waktu membuat saya memesan siomay dan es kopi saja. Untuk es kopi, saya minta dalam gelas plastik saja.
Bagi saya, kopi (panas atau dingin) adalah minuman yang harus dinikmati perlahan dan melibatkan perasaan, bukan untuk diminum secara terburu-buru.
Jadi, saya berniat membawa pulang es kopi ini ke Bandung dan menikmatinya di rumah. Sebagai pelicin tenggorokan saat menyantap siomay ala Bondan Winarno, cukuplah air mineral.
Oya, penulisan menu di Kopi Oey ini pun disesuaikan dengan konsep jadul alias menggunakan ejaan lama.
Ketika sedang memilih kopi, saya sempat agak lama menatap menu Koffie Taloea Boekittinggi. Ya Allah, pengeeeen. Tapi kopi talua khas Bukittinggi ini disajikan panas. Rasanya merepotkan jika dibawa ke Bandung. Lebih mudah membawa es kopi.
Jadi, secara random saya memesan Ijs Koffie Soesoe Keponakan (Rp20.000). Harga ini belum nett karena masih dikenai pajak.
Es kopi susu gula aren ala Kopi Oey. |
Tak perlu menunggu lama hingga makanan dan minuman yang kami pesan diantar ke meja. Namun, sebelum makan ada ritual yang perlu saya lakukan: memotret makanan.
“Kenapa nggak makan? Kenapa difoto-foto terus?” tanya si kecil Gayatri keheranan.
Saya nyengir. Akhirnya saya meletakkan ponsel dan mulai menyantap siomay. Mengobrol dengan Widi sambil sesekali mengusili Gayatri.
Siomay yang sangat maknyussss. |
“Rasa dan harga siomaynya untuk kelas menengah ke atas,” komentar Widi setelah mencicipi siomay di piringnya.
Setiap potong siomay ini empuk, lembut, gurih, dan ada sedikit rasa crunchy. Jenis siomay yang bisa membuat saya nambah dan nambah lagi. Maknyuss tenan.
Rasa gurih dan lezatnyanya bahkan masih melekat di lidah hingga beberapa jam seusai makan.
Aaargh! Di Bandung ada nggak niiih? Saya langsung mencari info. Ternyata di Bandung pernah ada di Jalan Braga, sekawasan dengan Indische Cafe, Kafe Buku di Jalan Braga.
Sayangnya, Kopi Oey di Braga sudah tutup permanen sejak beberapa tahun lalu.
Gimana mau mencicipi. Baru juga selesai makan, saya sudah diingatkan oleh Fitri, pegawai Kopi Oey, bahwa mobil travel tujuan Bandung akan segera berangkat.
Langsung deh gedabrukan bayar. Angkut ransel, lalu bergegas ke pool DayTravel di sebelah Kopi Oey. Dan ternyata saya memang penumpang yang terakhir datang.
Untung nggak lupa bawa es kopi susu yang tadi dibeli, karena ternyata rasanya top markotop.
Sebagai es kopi susu, yang terasa dominan pada Ijs Koffie Soesoe Keponakan adalah pahitnya kopi, bukan pahitnya menanggung beban hidup. Gula, susu, dan krimernya hanya pelengkap yang tak sampai mengganggu si pemeran utama.
Finally, Gedabrukan
Gimana mau mencicipi. Baru juga selesai makan, saya sudah diingatkan oleh Fitri, pegawai Kopi Oey, bahwa mobil travel tujuan Bandung akan segera berangkat.
Langsung deh gedabrukan bayar. Angkut ransel, lalu bergegas ke pool DayTravel di sebelah Kopi Oey. Dan ternyata saya memang penumpang yang terakhir datang.
Untung nggak lupa bawa es kopi susu yang tadi dibeli, karena ternyata rasanya top markotop.
Sebagai es kopi susu, yang terasa dominan pada Ijs Koffie Soesoe Keponakan adalah pahitnya kopi, bukan pahitnya menanggung beban hidup. Gula, susu, dan krimernya hanya pelengkap yang tak sampai mengganggu si pemeran utama.
Btw, karena saya pakai DayTrans Travel, ketika di Kopi Oey saya dapat diskon 20%. Alhamdulillah. Senang sekali!
Kalau Teman-teman juga pakai travel berwarna merah cerah ini, cobalah tanyakan apa tiket (atau e-ticket)nya masih bisa digunakan untuk mendapatkan diskon di Kopi Oey.
Kalau Teman-teman juga pakai travel berwarna merah cerah ini, cobalah tanyakan apa tiket (atau e-ticket)nya masih bisa digunakan untuk mendapatkan diskon di Kopi Oey.
Alamat Kopi Oey Bogor
- Alamat Kopi Oey: Gedung Alumni IPB
Jl. Raya Pajajaran No. 54, Bogor Tengah, Bogor - Waktu buka: Setiap hari, 08.00 – 23.30 WIB.
- Menu: Minuman kopi dan nonkopi, kudapan (lumpia, siomay, singking sambal roa, pempek, dll), dan makanan berat (nasi, mi, sop buntut, tongseng, dll).
- Ruangan: Indoor (no smoking) dan outdoor (smoking area).
Selamat ngopi.
Salam,
Triani Retno A
Daku pernah coba Kopi Oey tapi yang di Sabang, Jakarta. Sepertinya sama ya? Soalnya yang daku pesan waktu itu makanannya sama, si siomay itu juga hehe
BalasHapusmantap nih mbak, kalau ke sana bisa jadi referensi nih hehe
BalasHapusJadi penasaran sama rasa kopinya, tapi jujur sih kak kalau oey jadi inget morgan mah kalau aku, wkwkwk. Suasananya jadul ya, minum kopi disini bakal nikmat banget kayaknya dengan suasana gini
BalasHapusMbak Triani Retno kapan ke Bogor? Aq ga tahu, hehe. Padahal gedung alumni IPB deket sama tempat kerjaku. Tahu gitu kusamperin. Aku baru tahu kalau Kopi Oey punya Pak Bondan, pan kapan coba ah. Soalnya rekomwndasi Pak Bokdan pasti maknyus
BalasHapus