Menjadi single parent memaksa saya untuk bisa dan bijak mengelola keuangan. Apalagi saya bukan orang kantoran. Tak ada penghasilan tetap setiap bulan, tetapi setiap bulan harus tetap berpenghasilan.
Saya belajar dari berbagai buku dan artikel populer tentang pengelolaan keuangan. Sesekali ikut acara offline yang menghadirkan perencana keuangan, salah satunya Safir Senduk.
Saya belajar yang simple-simpel aja, sih. Yang terpenting, bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Belum lagi kalau pengalaman itu pahit dan menyakitkan. Belum tentu bisa kuat bertahan. Belum tentu bisa cepat move on untuk memulai lagi.
Pengalaman orang lain juga bisa menjadi guru yang baik. Misalnya, ada yang mengakhiri hidup karena terlilit utang, ya sudah jangan ikut-ikutan tergoda ngutang.
Atau misalnya lagi, ada yang usahanya bangkrut karena sering ngasih utangan ke pelanggan. Ada yang usahanya berantakan karena kerja bareng keluarga dekat yang ternyata sama sekali nggak profesional. Nggak perlu mengalami sendiri kan supaya mendapat pelajaran?
Dalam blogpost Ayo Hijrah, Hidup Tenang dan Berkah, saya cerita tentang babak belurnya kehidupan saya sampai semua aset terlepas.
Belajar dari pengalaman sendiri dan pengalaman orang-orang lain, saya berkali-kali mengingatkan anak-anak untuk mandiri dan menjauhi utang. Inginnya saya sih, anak-anak juga punya skill wirausaha.
Mungkin seperti kata orang Sunda, bakat ku butuh. Maksudnya, bakat atau ide yang muncul karena terdesak oleh kebutuhan. Semacam the power of kepepet gitulah.
Sesekali saya ajak anak-anak untuk terlibat dalam urusan jualan online ini. Misalnya menyortir majalah lawas, packing, mengantar paket ke agen ekspedisi, atau ikut saya mencari buku di gudang.
Selain itu, mengenalkan cara mengelola usaha juga bisa dilakukan melalui game.
Dulu ada game bawaan yang terinstal di komputer. Game-nya tuh tentang koki restoran yang harus menyiapkan pesanan pelanggannya. Setiap satu pesanan selesai, maka uang pun akan bertambah.
Anak-anak seneng main game itu. Sayangnya saya lupa nama game tersebut. Komputernya juga sudah lama rusak (dan akhirnya saya jual sebagai barang rongsokan).
Untungnya saya kemudian menemukan website yang menyediakan berbagai game online tentang uang, keuangan, dan pengelolaan usaha. Namanya mortgagecalculator.org. Jadi, kami bisa seru-seruan nge-game di sana.
Saya belajar dari berbagai buku dan artikel populer tentang pengelolaan keuangan. Sesekali ikut acara offline yang menghadirkan perencana keuangan, salah satunya Safir Senduk.
Saya belajar yang simple-simpel aja, sih. Yang terpenting, bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengalaman, Guru Terbaik
Pengalaman adalah guru terbaik. Pengalaman di sini bukan berarti yang dialami sendiri. Duh, usia saya terlalu pendek kalau harus mengalami sendiri segala sesuatu yang mungkin terjadi di dunia ini.Belum lagi kalau pengalaman itu pahit dan menyakitkan. Belum tentu bisa kuat bertahan. Belum tentu bisa cepat move on untuk memulai lagi.
Pengalaman orang lain juga bisa menjadi guru yang baik. Misalnya, ada yang mengakhiri hidup karena terlilit utang, ya sudah jangan ikut-ikutan tergoda ngutang.
Atau misalnya lagi, ada yang usahanya bangkrut karena sering ngasih utangan ke pelanggan. Ada yang usahanya berantakan karena kerja bareng keluarga dekat yang ternyata sama sekali nggak profesional. Nggak perlu mengalami sendiri kan supaya mendapat pelajaran?
Dalam blogpost Ayo Hijrah, Hidup Tenang dan Berkah, saya cerita tentang babak belurnya kehidupan saya sampai semua aset terlepas.
Belajar dari pengalaman sendiri dan pengalaman orang-orang lain, saya berkali-kali mengingatkan anak-anak untuk mandiri dan menjauhi utang. Inginnya saya sih, anak-anak juga punya skill wirausaha.
Bakat ku Butuh
Saya sendiri pun rasanya nggak ada tuh bakat jualan. Tapi karena butuh, sekarang saya berjualan buku dan sepatu bordir secara online.Mungkin seperti kata orang Sunda, bakat ku butuh. Maksudnya, bakat atau ide yang muncul karena terdesak oleh kebutuhan. Semacam the power of kepepet gitulah.
Sesekali saya ajak anak-anak untuk terlibat dalam urusan jualan online ini. Misalnya menyortir majalah lawas, packing, mengantar paket ke agen ekspedisi, atau ikut saya mencari buku di gudang.
Selain itu, mengenalkan cara mengelola usaha juga bisa dilakukan melalui game.
Dulu ada game bawaan yang terinstal di komputer. Game-nya tuh tentang koki restoran yang harus menyiapkan pesanan pelanggannya. Setiap satu pesanan selesai, maka uang pun akan bertambah.
Anak-anak seneng main game itu. Sayangnya saya lupa nama game tersebut. Komputernya juga sudah lama rusak (dan akhirnya saya jual sebagai barang rongsokan).
Untungnya saya kemudian menemukan website yang menyediakan berbagai game online tentang uang, keuangan, dan pengelolaan usaha. Namanya mortgagecalculator.org. Jadi, kami bisa seru-seruan nge-game di sana.
Baca Juga: Belajar Bisnis di Aplikasi Siap Kerja QuBisa
Ini dia tiga game yang dimainkan oleh anak-anak. Saya? Saya mah memantau mereka main dan ngasih saran harusnya seperti apa. Walaupun yaaah, saran saya nggak selalu bener juga sih. Hehe….
Seperti banyak kota besar di Indonesia, di Bandung juga coffee shop ada di mana-mana. Kami pun kerap ke coffee shop untuk quality time.
Ketika melihat ada game Coffee Shop, anak-anak langsung antusias memainkannya.
“Seru tapi susah juga!” komentar mereka.
Di game ini pemain ditantang untuk menjalankan usaha kedai kopi. Membuat racikan kopi yang enak dan disukai pelanggan, menentukan harga, serta berbelanja bahan-bahan yang dibutuhkan.
Di sini pemain akan bertemu dengan bermacam-macam karakter pelanggan. Ada yang ingin kopinya lebih pekat, lebih sedikit gula, dan sebagainya.
Semua permintaan pelanggan itu tentu akan berpengaruh pada stok bahan, rasa minuman, dan harga jual.
Anak-anak mencoba meracik menu baru mengikuti selera pelanggan. Coffee shop terlihat cukup ramai, tapi ternyata … bisnis coffee shop mereka bangkrut pada hari kedelapan!
Mencoba Game Coffee Shop ini lagi? Tentu saja, tapi nanti pada akhir pekan ketika mereka libur sekolah.
Dari hasil penjualan itu, pemain dapat membeli bibit baru dan mengembangkan usaha. Semakin rajin bekerja, semakin banyak keuntungan yang didapat, semakin besar usaha yang dijalankan.
Sebagai kasir, pemain bertugas menghitung belanjaan dan harga yang harus dibayar, menerima uang dari pelanggan, dan memberika uang kembalian (jika ada). Pelanggan bisa membayar dengan uang tunai, bisa dengan voucher.
Kelihatannya mudah aja. Sedikit kesulitannya pada mata uang. Maklumlah, kami sehari-hari pakai rupiah dan sekarang jadi kasir yang transaksinya menggunakan uang dolar yang memiliki nilai sen.
Oya, kok nggak nemu timer-nya di mana, ya? Tahu-tahu time is over aja.
Sambil bersenang-senang bermain game di mortgagecalculator.org, pemain mendapat pengetahuan tentang pengelolaan keuangan, serta latihan untuk memulai dan mengembangkan usaha.
Di dalam game saja perlu ketekunan dan strategi dalam mengelola keuangan dan mengembangkan usaha, apalagi di dunia nyata.
Teman-teman sudah pernah mencoba memainkan game yang mana?
Belajar dan Bermain
Ada banyak sekali permainan online di website ini yang terbagi dalam beberapa kategori, seperti Real Estate Games, Money Games, Restaurant Simulation Games, dan Grocery Store Games. Setiap kategori terbagi lagi atas berbagai permainan seru.Ini dia tiga game yang dimainkan oleh anak-anak. Saya? Saya mah memantau mereka main dan ngasih saran harusnya seperti apa. Walaupun yaaah, saran saya nggak selalu bener juga sih. Hehe….
1. Coffee Shop
Belajar mengelola coffee shop. |
Seperti banyak kota besar di Indonesia, di Bandung juga coffee shop ada di mana-mana. Kami pun kerap ke coffee shop untuk quality time.
Ketika melihat ada game Coffee Shop, anak-anak langsung antusias memainkannya.
“Seru tapi susah juga!” komentar mereka.
Di game ini pemain ditantang untuk menjalankan usaha kedai kopi. Membuat racikan kopi yang enak dan disukai pelanggan, menentukan harga, serta berbelanja bahan-bahan yang dibutuhkan.
Di sini pemain akan bertemu dengan bermacam-macam karakter pelanggan. Ada yang ingin kopinya lebih pekat, lebih sedikit gula, dan sebagainya.
Semua permintaan pelanggan itu tentu akan berpengaruh pada stok bahan, rasa minuman, dan harga jual.
Anak-anak mencoba meracik menu baru mengikuti selera pelanggan. Coffee shop terlihat cukup ramai, tapi ternyata … bisnis coffee shop mereka bangkrut pada hari kedelapan!
Mencoba Game Coffee Shop ini lagi? Tentu saja, tapi nanti pada akhir pekan ketika mereka libur sekolah.
2. Farm Town
Dari hasil penjualan itu, pemain dapat membeli bibit baru dan mengembangkan usaha. Semakin rajin bekerja, semakin banyak keuntungan yang didapat, semakin besar usaha yang dijalankan.
3. Grocery Cashier
Sebagai kasir, pemain bertugas menghitung belanjaan dan harga yang harus dibayar, menerima uang dari pelanggan, dan memberika uang kembalian (jika ada). Pelanggan bisa membayar dengan uang tunai, bisa dengan voucher.
Kelihatannya mudah aja. Sedikit kesulitannya pada mata uang. Maklumlah, kami sehari-hari pakai rupiah dan sekarang jadi kasir yang transaksinya menggunakan uang dolar yang memiliki nilai sen.
Oya, kok nggak nemu timer-nya di mana, ya? Tahu-tahu time is over aja.
Literasi Keuangan
Dilihat-lihat, jenis-jenis permainan dalam website game ini dapat digunakan untuk menumbuhkan atau meningkatkan literasi keuangan.Sambil bersenang-senang bermain game di mortgagecalculator.org, pemain mendapat pengetahuan tentang pengelolaan keuangan, serta latihan untuk memulai dan mengembangkan usaha.
Di dalam game saja perlu ketekunan dan strategi dalam mengelola keuangan dan mengembangkan usaha, apalagi di dunia nyata.
Teman-teman sudah pernah mencoba memainkan game yang mana?
Tidak ada komentar
Komentar dimoderasi dulu karena banyak spam. Terima kasih.