Di Kota Bandung ada beberapa rumah makan Aceh, tersebar di berbagai pelosok kota.
Memang sih tidak sebanyak rumah makan Padang, apalagi warung Tegal. Namun, cukup banget untuk memanjakan lidah dengan cita rasa kuliner khas Serambi Mekah.
Salah satunya adalah Gampoeng Aceh.
Rumah Makan Aceh di Bandung
Gampoeng Aceh bukan tempat baru bagi saya. Saya beberapa kali datang ke sana untuk membeli martabak Aceh.Dulu lokasinya di Jl. Ir. H. Juanda alias Dago. Sejejeran dengan SMA 1 Dago. Jaraknya dengan sekolah tersebut pun tak terlalu jauh. Masih bisa dijangkau dengan berjalan kaki tanpa kelelahan.
Beberapa tahun lalu bangunan Gampoeng Aceh yang didominasi warna merah itu dibongkar. Tidak cuma itu. Bangunan lain di lahan itu pun dibongkar.
Pindah ke mana dia?
Lama saya tak tahu di mana lokasi barunya. Sampai kemudian tak sengaja melihat rumah makan khas Aceh ini di Jalan Cihampelas Bandung. Tetap dengan warna merahnya yang khas.
Meskipun sudah menemukan lokasi barunya, bukan berarti saya langung masuk ke sana buat makan-makan. Setidaknya, saya sudah tahu tempatnya yang baru. Udah, itu aja dulu.
Menjelang tutup tahun 2024, akhirnya kami ke Gampoeng Aceh. Saya dan kedua anak saya.
Kebetulan, kami habis staycation di Hotel Amaris. Jadi, setelah check out dari hotel, langsung meluncur ke Gampoeng Aceh ini.
Rumah makan ini terlihat sepi, mungkin karena belum masuk jam makan. Atau bisa jadi orang-orang lebih suka pesan online saja.
Apa pun itu, karena sepi kami jadi leluasa memilih tempat. Banyak tempat cantik di sini. Akhirnya kami memilih satu meja di lantai atas karena kelihatannya lebih tenang. Oya, di sini semua ruangannya terbuka.
Kuliner Aceh
![]() |
Teman cemal-cemil dan bersantai di Gampoeng Aceh. |
Seperti sudah saya duga, anak-anak masih kenyang setelah sarapan di hotel. Jadi kami pesan minuman dan makanan yang ringan-ringan saja.
Es timun serut, kopi khop panas, ice choco hazelnut, roti cane kari ayam, dan roti cane gula. Selain itu, dua martabak untuk dibawa pulang.
Cukuplah untuk bersantai menikmati angin siang di Bandung. Lagi pula, mana lah bisa minum kopi khop buru-buru? Kopi biasa aja paling nikmat dinikmati secara perlahan-lahan. Apalagi kopi khop.
Dan yaaa, anak-anak mesti sabar dengerin ibu mereka ini cerita tentang masa kecil di Aceh, terkhusus bab makanan dan jajanannya. Hehe....
Senang rasanya melihat makanan dan minuman itu terhidang di meja kami. Sayangnya timphan, kue khas Aceh favorit saya, sedang tidak ada.
Dari empat pesanan kami, yang bukan khas Aceh hanya pesanan si bungsu, yaitu ice choco hazelnut. Selebihnya khas daerah Serambi Mekkah itu.
1. Es Timun Serut
![]() |
Minuman khas vs minuman kekinian. |
Es timun serut terbuat dari buah timun yang biasa untuk lalapan. Tapi bijinya nggak ikut dimasukkan ke minuman. Hanya daging buahnya yang diserut.
Ada yang menyajikan es timun serut ini dengan simple syrop (sirop gula pasir) yang bening. Ada pula dengan sirop khas Aceh.
Nah, di Gampoeng Aceh ini menggunakan sirop khas yang berwarna merah dengan aroma raspberry. Nama resminya sirop Kurnia, tapi ada yang menyebutnya sirop Cap Patung dan sirop Specie. Saya sendiri menyebutnya sirop Specie.
Tentang sirop khas ini dan namanya yang macam-macam, bisa dibaca di tulisan saya Sirop Favorit Saat Lebaran.
Es timun serut ini sederhana banget. Bikin di rumah pun bisa. Tapi kalau sudah membawa “kenangan”, nah itu yang tak ternilai.
2. Kopi Khop
![]() |
Cara unik menikmati kopi khop. |
Bagaimana dengan kopi khop?
Kalau untuk minuman yang satu ini, terus terang saya baru mencobanya kali ini. Maklum ya, waktu di Aceh saya masih bocil.
Jadi, walaupun kopi menjadi bagian dari keseharian masyarakat Aceh, saya belum kenal minum kopi. Saya tahunya minum sirop dan limun.
Yang unik dari kopi khop ini adalah penyajiannya yang terbalik. Saya baca di Tempo sih, ini ada hubungannya dengan kebiasaan masyarakat Meulaboh (Aceh Barat) yang bekerja sebagai nelayan.
Sebelum berangkat melaut, para nelayan biasa minum kopi lebih dahulu. Yang mereka minum hanya beberapa teguk. Selebihnya akan diminum setelah mereka selesai menangkap ikan di laut.
Supaya kopi itu tetap hangat, aromanya terjaga, dan tidak kemasukan pasir, maka gelas kopinya dibalik di atas piring kecil.
Trus, minumnya gimana?
Langsung saja diseruput dari bibir piring. Ah, ini jadi mengingatkan pada masa kecil. Dulu kalau minuman masih panas tapi udah nggak sabar pengen minum, minuman itu dituang sedikit ke piring kecil. Permukaan piring yang lebih luas membuat panas lebih cepat menguap hilang dan air bisa segera diminum.
Ketika memesan kopi khop di Gampoeng Aceh ini, saya nggak request apa-apa. Default aja. Ternyata rasanya terlalu manis untuk lidah saya.
Jadi kalau Teman-teman nggak suka manis, request aja supaya manisnya dikurangi atau sekalian saja tanpa kental manis. Toh kopi khop ini asalnya memang kopi hitam tanpa kental manis.
3. Roti Cane
![]() |
Roti cane dan kari ayam. |
Di Gampoeng Aceh ada banyak pilihan roti cane, tetapi saya memilih yang klasik saja dari kuliner Aceh, yaitu roti cane gula dan roti cane kari ayam. Tadinya mau roti cane kari kambing, sih, tapi ternyata kari kambingnya belum ada.
Roti cane gula ini roti cane ditaburi gula pasir. Sebenarnya, dimakan gitu aja (tanpa gula pasir dan sebagainya) roti cane ini udah enak. Bagian luarnya terasa renyah, sedangkan bagian dalamnya lembut.
Roti cane juga sedap jika dimakan dengan kari ayam (atau kari kambung). Terserah, mau mencelupkan potongan roti cane ke mangkuk kari atau mengguyur roti cane dengan kuah kari. Karena pakai kuah kari, paling enak sih dimakan ketika masih hangat.
4. Martabak Aceh
![]() |
Martabak dengan kuah kari. |
Martabak telur khas Aceh di rumah makan ini juga beragam. Dari yang klasik (martabak biasa, martabak daging, martabak udang, martabak kari), hingga yang mengkuti selera kekinian seperti martabak mozarella.
Pilihan saya adalah martabak biasa. Martabak biasa di sini pun ternyata disajikan dengan kuah kari. Hanya kuah, tanpa isian daging kambing atau daging ayam.
Tapi saya merasa ada yang kurang. Tidak ada acar bawang merahnya!
Enaknya sih tetap enak. Khas martabak Aceh yang lapisan tepungnya ada di bagian dalam, bukannya di luar seperti martabak telur umumnya.
Penutup
Puas banget menemukan Kampoeng Aceh lagi setelah mereka pindahan dari Dago tahun 2019.Pegawai restonya pun surprise ketika saya bilang dulu suka makan di Gampoeng Aceh Dago, tapi baru kali ini ke tempat yang baru.
Dengan antusias dia bilang bahwa rombongan pelanggan yang baru meninggalkan resto juga pelanggan lama dari masa di Dago.
Kalau para pelanggan lama masih setia datang ke lokasi barunya, berarti rasa makanannya sudah teruji dan bikin kangen, kan?
Alamat Gampoeng Aceh
Kalau Teman-teman ingin mencicipi kuliner Aceh, cobalah meluncur ke Gampoeng Aceh ini. Lebih bagus lagi jika membawa perut kosong (dan dompet berisi) agar bisa puas menicicipi aneka kuliner khas Serambi Mekkah.
Alamat Gampong Aceh:
Jl. Cihampelas No.50, Bandung. - Waktu Buka: Setiap hari, pukul 07.00 – 01.00 WIB
- Fasilitas: Wifi, mushala, toilet, parkiran luas (di bagian depan dan di belakang bawah).
- Harga: Snack mulai dari Rp6.000. Untuk makanan berat mulai dari Rp18.000. Kopi saring mulai dari Rp13.000 dan kopo kekinian mulai dari Rp20.000.
Referensi
Tempo. https://www.tempo.co/gaya-hidup/uniknya-kopi-khop-dari-aceh-yang-disajikan-dengan-gelas-terbalik--1160122
Wah jadi penasaran dengan martabak Aceh dan es timun dengan sirup Kurnia. Biasanya minum es timun dengan air gula aja.
BalasHapusKuliner Aceh yg pernah kumakan paling mie Aceh aja yaa. Ternyata masih banyak yg lain yg enak2.
Ih, jadi pengiiin ... belum pernah nih nemu resto makanan Aceh yang enak di Denpasar padahal penasaran sama rasa otentiknya.
BalasHapus